Monday 4 March 2013

Travelling, Pesawat Terbang, dan Nyeri Telinga: A Drama of My Life


Akhir-akhir ini pekerjaan saya mengharuskan saya traveling dari satu kota ke kota lain menggunakan pesawat terbang. Dan setiap kali terbang itu pula, saya 'harus' merasakan nyeri di telinga saya, rasanya telinga ini 'penuh' dengan udara yang 'terperangkap' dan tidak bisa keluar dari dalam lubang telinga. Pendengaran jadi sedikit terganggu dan tentunya nyerinya itu loh, kadang menjalar sampai jadi sakit kepala.

Anda yang bepergian dengan pesawat terbang mungkin pernah mengalami hal yang sama. Kondisi ini biasa disebut airplane ear pain. Karena saya penasaran dengan kondisi-penuh-derita ini, plus beberapa rekan juga sering mengeluhkan hal yang sama, saya jadi ingin mengupas hal ini dalam tulisan saya.

Sebelum melangkah lebih 'dalam', yuk kita berkenalan dulu dengan organ tubuh kita yang menjadi bahasan tulisan kali ini: telinga. Organ pendengaran kita ini, 'dalemannya' kira-kira seperti ini nih:

Source: edoctoronline.com
Bagian yang saya beri linkaran biru putus-putus itu adalah bintang utama dalam bahasan kita kali ini. Yup, namanya saluran Eustachius atau Eustachian tube. Saluran Eustachius ini panjangnya sekitar 4 cm dan terdiri dari dua bagian, bagian pertama berada di dekat perbatasan dengan middle ear, sedangkan bagian lainnya berada di dekat perbatasan dengan nasofaring (bagian dari saluran pencernaan yang menjadi 'pemisah' antara rongga hidung dengan rongga mulut). Fungsi saluran Eustachius sendiri adalah sebagai pengatur agar tekanan udara di outer ear (sebelum eardrum/gendang telinga) sama dengan di inner ear (setelah eardrum). Kenapa tekanan sebelum dan sesudah gendang telinga harus sama? Supaya gendang telinga kita nggak 'pecah', sebab si gendang telinga ini bentuknya 'hanya' seperti lapisan tipis saja :)

Jadi, kalau ada perbedaan tekanan antara outer ear dan inner ear, tugas si saluran Eustachius ini-lah buat menyeimbangkannya. Caranya, saluran Eustachius ini akan membuka sehingga ada aliran udara dari dan keluar inner ear sampai diperoleh tekanan yang sama antara kedua ruang tersebut.

Nah, ini nih yang jadi 'masalah' saat kita naik pesawat terbang. Seperti kita tahu, kalau naik pesawat terbang, lingkungan di luar pesawat terbang mengalami perubahan tekanan seiring dengan meningkat atau menurunnya ketinggian jelajah kita. Misalnya nih, kita semula berada di ground alias masih di daratan pas pesawat mau take off, tekanan udara di luaran itu sekitar 1 bar. Pas pesawat udah naik makin dan makin tinggi, tekanan udara di luar menurun, di ketinggian jelajah 8000 feet kira-kira tekanannya jadi 0,7 bar. Begitu pula saat kita mau landing, ada perbedaan tekanan antara saat kita masih di udara dengan saat kita landing.

Perubahan tekanan udara di sekitar kita membuat tekanan udara yang masuk ke outer ear pun berubah, sehingga terjadi perbedaan tekanan antara outer dan inner ear. Gendang telinga pun jadi seakan menahan perbedaan udara yang berbeda tersebut, sehingga kita biasanya merasakan pusing dan seperti ada udara yang nge-block telinga kita.

Di sini nih saluran Eustachius kita akan bekerja sebagai 'pahlawan' yang akan menyeimbangkan lagi tekanan udara antara outer dan inner ear, sesuai dengan fungsinya yang udah saya sebutkan tadi. Gimana caranya? Inget kan, tadi saya bilang bahwa saluran Eustachius terhubung juga ke nasofaring. Kita bisa memanfaatkan hubungan ini nih untuk membuat agar saluran Eustachius terbuka, sehingga ada aliran udara yang seimbang antara outer dan inner ear. Here some of the tips to do that:

  • Jangan tidur selama pesawat take off dan landing! Nah ini nih, ternyata yang menjadi penyebab saya hampir selalu mengalami ear pain selama terbang. Sebagai anak pelor alias nempel-langsung-molor, saya akan segera tertidur begitu menyentuh bangku pesawat dan baru bangun saat orang-orang sudah heboh mau turun pesawat (ya maap.. kan capek habis kerja :p). Kenapa juga nggak boleh tidur saat take off atau landing? Seperti tadi yang sudah saya katakan, perubahan tekanan luar terjadi paling 'ekstrim' tentunya saat pesawat menanjak naik dan menukik turun. So dua saat ini adalah timing yang 'kritis' dalam menentukan kita bakalan mengalami ear pain atau enggak. Dengan terjaga selama dua kondisi tersebut, ke'kaget'an kita akan perubahan tekanan udara akan lebih minimal
  • Menguap atau mengunyah atau menelan selama pesawat take off dan landing. Di setiap penerbangan, mbak-mbak pramugari yang cantik (atau pramugara yang ganteng, tapi saya jarang ketemu sih :p) pasti akan nawarin kita permen sebelum terbang. Ini bertujuan supaya kita mengunyah atau at least menggerak-gerakan rahang kita, serta ada mekanisme menelan juga, sehingga akan tercipta jalan buat saluran Eustachius untuk bisa membuka karena nasofaring juga ikut bergerak. Kalau buat saya pribadi, menguap adalah hal yang paling bikin telinga 'plong', walaupun efek sampingnya adalah saya diliatin dengan tatapan aneh sama bule ganteng di sebelah soalnya nguap-nguap mulu hahaha *sigh, nasibb*  Oh iya, kalau Anda punya anak kecil atau mungkin adik yg usianya masih kecil, selama pesawat take off dan landing bimbing juga supaya dia selalu menggerakan mulutnya.
  • Lakukan Valsalva's maneuver bila perlu. Telinga udah keburu 'tersumbat' dan berasa nggak enak? Bisa dicoba melakukan Valsalva's maneuver bila perlu. Valsalva's maneuver adalah suatu gerakan yang dimaksudkan untuk 'membuka' saluran Eustachius yang tertutup. Caranya, tarik napas seperti biasa, lalu tutup hidung (misal dengan cara pinching) dan mulut, lalu hembuskan napas. Karena hidung dan mulut tertutup, maka udara yang tadi kita hirup saat menarik napas akan keluar lewat telinga, sehingga disinilah saluran Eustachius akan bekerja. NOTE! Lakukan gerakan ini dengan lembut dan tanpa dipaksa ya, karena kalau terlalu dipaksa malah dapat mengakibatkan iritasi pada saluran Eustachius sendiri :)
  • Konsumsi dekongestan (bila perlu). Flu adalah kondisi terburuk untuk bepergian dengan pesawat terbang, menurut saya. Selain berpotensi tinggi menyebarkan bakteri atau virus pada sesama penumpang di ruang kabin yang kecil begitu, hidung tersumbat yang menyertai penyakit flu juga akan menjadikan airplane ear pain yang kita alami menjadi 10 kali lebih buruk (kira-kira segitulah hiperbolisme saya :p). Saat-saat begini, beberapa obat dekongestan dapat menjadi pilihan. Silakan berkonsultasi pada dokter Anda masing-masing tentang penyakit flu Anda, atau bisa juga menanyakan pada Apoteker di apotek untuk mendapatkan dekongestan over-the-counter yang bisa Anda gunakan untuk membebaskan hidung Anda dari tersumbat (ehem, sekalian promosi profesi ehem).
So that's all! I've tried the tips waktu terbang beberapa hari lalu dan lumayan membantu loh :) Yah, walaupun it means saya jadi 'dilarang' tidur di pesawat hiks hiks :p
Semoga tulisan ini membantu dan berguna buat yang sering mengalami nasib yang sama dengan saya ini hehe. 

Have an enjoyable flight, readers! (kok berasa kaya quotes salah satu maskapai penerbangan nasional ya :p)

ps: big thanks buat Vega yang sudah bersusah payah mengajari saya tentang air pressure, maafkan keterbatasan kemampuan mencerna di otak saya sehingga jadinya cuma segini yang ditulis, you're the master of it while I'm just a pharmacist xD