Wednesday 3 June 2015

[#NulisRandom2015] Day Three - Perpustakaan

Perpustakaan. Library.


Apa yang ada di benak Anda sekalian jika mendengar kata perpustakaan? Sebuah ruangan dengan tingkat kebosanan yang tinggi, dipenuhi oleh orang-orang berkacamata tebal yang sedang membaca dari buku setebal bantal? Atau malah, suatu bentuk surga di dunia yang penuh dengan halaman-halaman menarik yang mengakomodasi fantasi?

Saya sendiri termasuk golongan kedua. Saya senang sekali membaca sejak masih kecil. Kalau anak kecil lain bahagia dengan boneka Barbie atau Tamiya, saya akan melonjak kegirangan jika Mama saya mengijinkan saya membeli sebuah buku saat kami jalan-jalan sekeluarga. Tapi, bukan rahasia umum lagi jika membeli buku berarti mengeluarkan sejumlah uang yang cukup lumayan. Oleh karena itu, semangat mencari gratisan dalam diri saya langsung mencari ide bagaimana caranya saya bisa tetap membaca dengan pengorbanan minimal. Dan, perpustakaan adalah jawabannya!

Waktu saya sekolah di SMP-SMA Santo Aloysius Bandung, saya suka sekali ke perpustakaan walaupun penjaganya galak sekali. Saya biasanya baca majalah atau novel, dan cukup girang karena bisa menemukan novel-novel Pujangga Baru disana. Tentunya cetakan 1970an, jadi kertasnya sudah kuning dan rapuh. Tapi saya tetap bahagia!

Saat di ITB, perpustakaan sayangnya bukan menjadi pilihan utama saya. Perpustakaan Pusat ITB dahulu sangat suram, gelap, remang-remang, dan koleksinya berasal dari jaman Orde Baru semua. Perpustakaan jurusan Farmasi cukup menyenangkan, walaupun kalau mau meminjam buku rasanya seperti mau mendaftar visa untuk berkunjung ke negara lain: ribet. Pas saya lulus, si Perpustakaan Pusat ITB menjadi kinclong bersinar dan kece abis. Hahaha, emang kurang hoki.

Saat kerja di PT Dexa Medica, secara tidak terduga, tersedia perpustakaan yang bisa diakses gratis oleh setiap karyawan! Koleksi buku-bukunya juga beragam sekali. Dari buku-buku sakti penunjang pekerjaan seperti AHFS Drug Information dan Handbook of Injectable Drugs, hingga novel terbaru kaya Dee Lestari dan Ariesadhar. Jurnal-jurnal kefarmasian, buku-buku self-motivation, surat kabar mulai dari Kompas hingga Jakarta Post, majalah mulai dari Reader's Digest hingga Cosmopolitan. Gimana saya nggak teriak-teriak dalam hati coba? Saya selalu rindu ngantor dan pergi ke perpus kalau lagi kebagian tugas keluar kota. Librarian-nya, kebetulan adalah teman baik saya. Jadi info ter-update soal koleksi perpustakaan pasti sampai ke telinga saya, kadang lengkap dengan resensinya. Mantab!

Tiba di negara ini, saya benar-benar nggak habis pikir dengan perpustakaan disini. Bayangkan, di daerah tempat saya tinggal saja ada dua perpustakaan lokal yang bisa dicapai dengan jalan kaki selama 5-10 menit! Pokoknya masyarakat disini benar-benar dimanjakan oleh adanya perpustakaan yang dikelola oleh City Council. Koleksinya cukup update, menjadi member pun cukup mudah. Selain buat tempat membaca, perpustakaan juga menyediakan berbagai kegiatan menarik, misalnya Knitting Club yang saya temui di Kentish Town Library. Beberapa warga senior disini saya perhatikan setiap hari jalan ke perpustakaan bahkan sebelum perpustakaannya buka.

Perpustakaan kampus sih lain lagi ceritanya. Perpustakaan UCL School of Pharmacy mungkin menjadi tempat yang paling banyak saya kunjungi selama saya disini. Saya anaknya nggak bisa belajar di kamar karena godaannya banyak sekali, sebut saja tidur, makan, tidur, tidur, dan tidur. Oleh karena itu saya selalu kabur ke perpustakaan dan belajar atau mengerjakan tugas disana. Kalau lagi bosan ke School of Pharmacy, saya biasanya ke Main Library atau Science Library. Main Library-nya UCL megah sekali, kaya di cerita Harry Potter. Beberapa kali saya sempat juga ke British Library, yang aturan utamanya (menurut saya) adalah datanglah setengah jam sebelum perpustakaannya buka, kalau mau dapat tempat duduk.
British Library (sumber: bbc.co.uk)
UCL School of Pharmacy Library (sumber: ucl.ac.uk)

UCL Main Library (sumber: en.wikipedia.org)
 
Berebut tempat di perpustakaan adalah hal yang lumrah terjadi selama saya studi disini. Iya, walaupun perpustakaannya banyak, tetap saja semua orang rebutan! Apalagi kalau masa-masa mau ujian, beuh, dapet tempat di perpus sama susahnya kaya mencari lipstik merah yang kece.

Setahu saya, di Indonesia sendiri sudah mulai berkembang perpustakaan-perpustakaan yang dikelola oleh Pemerintah Daerah setempat. Saya pernah lihat di Cimahi sudah ada Perpustakaan Kota, Menurut saya hal seperti ini bagus sekali untuk menumbuhkan minat baca, plus juga meningkatkan akses masyarakat terhadap literatur bermutu.

Saya percaya banget sama kata-kata bahwa buku adalah jendela dunia. Iya, dengan membaca, kita bisa merasakan dunia yang belum sempat kita pijak dan rasakan. Jadi, mari pergi ke perpustakaan dan membaca!

1 comment:

  1. Iya, Tiesa di daerah2 perpustakaan memang sudah ada tapi konten bukunya belum terlalu beragam karena tergantung tender. Klo di luar setau saya sampe ke novel populer pun ada, kalau di kita belum tentu. Dan memang belum banyak kegiatan menarik di perpustakaan sehingga belum bisa menarik banyak pengunjung.

    Tapi di Jakarta ada tuh perpustakaan yg sudah mendesain ulanh interiornya menjadi lebih menarik. Mudah2an menyebar ke seluruh Indonesia ya :)

    ReplyDelete