tag:blogger.com,1999:blog-492395910362745132024-03-06T05:53:06.253+07:00Cruising Time, Enjoying Lifemini-diary of my life: food, traveling, maybe some scientific stuff. expect randomness, readers :DAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.comBlogger33125tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-6437253695324652542017-05-26T13:47:00.001+07:002017-05-26T13:47:53.358+07:00Menambah Uang Jajan dari Ikutan Penelitian<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEif52XmPrs6WuD-gQ40wE-Pz2hdrK_OlEwaXl6MXKNN_MR0QpKaRm1X8dANAnV7_5b92hQB-nlrT-Um5eMgU7oAhmWI7q_UNoiOAtJZPT4kZ5PkHsGAxkqr-6C_koHJ3RqvWG0pKn_4jw/s1600/12244433_10206790903985728_1109358518249499516_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEif52XmPrs6WuD-gQ40wE-Pz2hdrK_OlEwaXl6MXKNN_MR0QpKaRm1X8dANAnV7_5b92hQB-nlrT-Um5eMgU7oAhmWI7q_UNoiOAtJZPT4kZ5PkHsGAxkqr-6C_koHJ3RqvWG0pKn_4jw/s320/12244433_10206790903985728_1109358518249499516_o.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
Sebelum memulai postingan ini, izinkanlah saya membersihkan dahulu sarang laba-laba yang mengotori blog ini. Miris sekali melihat postingan terakhir bertanggal Oktober 2015! Berarti saya sudah enggak mengelus-elus blog ini hampir selama satu setengah tahun! Harap maklum, kegiatan tulis menulis sedang saya fokuskan <a href="https://www.guesehat.com/yovita-diane-titiesari" target="_blank">disini</a>. <strike>Demi terciptanya stabilitas rekening.</strike><br />
<br />
Baiklah, postingan kali ini agak-agak berbau <i>throwback</i>. Maklum, saya lagi senang mengenang. Dari sekian banyak episode kehidupan saya, edisi mengenang paling sering saya lakukan terhadap medio September 2014 hingga September 2015. Yup, saat saya menikmati satu tahun menjadi mahasiswi berbeasiswa di kotanya Mbak Kate Middleton.<br />
<br />
Namanya juga mahasiswi berbeasiswa, tentunya harus pintar-pintar mengatur keuangan. Uang beasiswa yang saya terima saat itu memang terbilang cukup untuk menjalani kehidupan. Namun harap diingat bahwa saya hidup di kota metropolitan dengan biaya hidup yang cukup tinggi di seantero jagad. Sehingga walaupun saya sudah bela-belain bekal setiap hari, tinggal di daerah yang cukup jauh dari sekolah demi menghemat <i>rent</i>, banyak jalan kaki dan meminimalkan naik tube, ya kalau mau tambahan jajan harus ada ekstra usaha.<br />
<br />
Saya sadar diri bahwa otak dan fisik saya enggak cukup mumpuni untuk menjalani <i>part time working</i> sambil kuliah master. <i>And mind you, my major is pharmacy</i>. Entah mengapa menurut saya kuliahnya lebih heboh daripada major lain. Dan program master di UK hanya dijalani dalam waktu setahun saja. Sehingga pace kuliahnya sudah kayak orang lagi F1 racing. Riskan sekali untuk menjejali waktu luang dengan kerja, lha wong untuk baca jurnal saja kadang saya lakukan sambil semedi di WC.<br />
<br />
Pencerahan datang dari teman satu flat saya yang kebetulan juga berasal dari Indonesia dan dari pemberi beasiswa yang sama. Nona Rasti ini majornya psikologi, dan suatu hari dia bercerita tentang banyaknya mahasiswa psikologi, baik master maupun doktoral, yang sering mengadakan rekrutmen untuk partisipan penelitian yang mereka lakukan. Dan para partisipan ini akan diberi imbalan yang sesuai dalam bentuk poundsterling!<br />
<br />
Saat mendengar hal ini di dapur flat bersama sahabat kami dari Mexico, Roberto, saya cuma manggut-manggut saja. Belum terasa ada urgensi untuk cari poundsterling tambahan. Yang saya butuhkan waktu itu malahan jam tambahan dalam sehari karena banyak sekali paper yang harus saya kerjakan.<br />
<br />
Suatu sore yang hujan di bulan Juni 2015, saat itu saya sudah bebas dari<i> taught lectures</i> alias kuliah di kelas. Yang tersisa 'hanyalah' paper yang menunggu di-submit, dan tentunya disertasi yang setiap hari hadir di pikiran saya bahkan saat saya sedang tidur. Nona Rasti meng-WhatsApp saya, bertanya apakah saya ada waktu luang sore itu.<br />
<br />
"Gue harusnya jadi partisipan penelitian temen gue, nih. Tapi ternyata gue enggak <i>eligible </i>karena riwayat medis gue. Lo bisa gantiin gue nggak, ceu? Tempatnya di Bedford Way doang kok, enggak bakal lebih dari sejam durasinya! Dapet £20 lho ceu buat dua kali kedatangan!"<br />
<br />
Saat itu saya mengiyakan tawaran Nona Rasti karena nadanya yang memelas dan katanya ini adalah teman sekelasnya yang sudah cukup desperate cari partisipan. Baiklah, saya pun berangkat.<br />
<br />
Setelah menembus hujan deras berjalan kaki dari Brunswick Square ke Bedford Way, saya disambut oleh Victor sang <i>researcher</i>. Setelah berbasa-basi sejenak mengenai derasnya hujan sore itu, ia pun menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang ia lakukan. Ternyata ia hendak meneliti bagaimana seseorang menyimpan memori terhadap suatu <i>unfortunate events</i>, dalam hal ini kecelakaan lalu lintas. Dan bagaimana jika orang tersebut disodori pekerjaan yang 'mendistraksi' pikirannya yang sedang membayangkan <i>event </i>tidak menyenangkan tersebut. Victor bilang, tujuan penelitiannya adalah untuk mencari terapi secara psikologis yang tepat bagi para korban kecelakaan lalu lintas. Wah, menarik sekali!<br />
<br />
Setelah menjelaskan teknis penelitian, Victor menyodorkan sebuah kertas berisi <i>informed consent </i>yang perlu saya tanda tangani. Ia bertanya apakah saya keberatan jika dipertontonkan video yang mengandung unsur darah dan semacamnya. Saya sih santai saja.<br />
<br />
Saya pun masuk ke sebuah ruangan, yang jujur saja menurut saya agak <i>creepy</i>, berisi meja, kursi, dan seperangkat komputer. Suasana makin <i>creepy </i>gimanaa gitu karena jendela ruangan tersebut menghadap ke Bloomsbury Hotel yang notabene cukup tua, London hujan deras dan berpetir pula. Dan dalam kondisi begitu saya menonton lima video tentang kecelakaan lalu lintas. Sedap.<br />
<br />
Di akhir setiap video, ada <i>task </i>yang harus saya kerjakan, kebanyakan seperti main games berbasis logika. Setelah itu saya disodori pertanyaan-pertanyaan yang intinya menggali memori saya tentang video yang saya tonton tadi.<br />
<br />
Sesi sore itu akhirnya selesai dan saya harus kembali lagi dua minggu kemudian, dimana setiap hari saya harus mengisi <i>daily journal</i> yang menanyakan apakah memori tentang video-video yang saya tonton tadi terulang di pikiran saya selama dua minggu tersebut.<br />
<br />
Dua minggu kemudian saya datang, dan menjalani sesi kedua. Selesai sesi, Victor menyatakan terima kasihnya kepada saya sambil menyodorkan dua lembar uang £10. Astaga, nikmat sekali rasanya menerima uang tersebut di tangan saya! Apalagi siang itu saya ada janji <i>lunch </i>bareng sahabat saya si Carrie. Lumayan, bisa beli minuman tambahan selain <i>tap water</i>.<br />
<br />
Pengalaman pertama tersebut tiba-tiba membuat saya <i>craving for more</i>. Apalagi saat itu paper yang tersisa tinggal disertasi saja. Kalaulah waktu saya dalam sehari saya sisihkan satu atau dua jam untuk menjadi partisipan penelitian, saya rasa enggak ada ruginya.<br />
<br />
Kembali Nona Rasti yang memberi saya informasi mengenai bagaimana caranya ikut dalam penelitian-penelitian lain tersebut. Ada suatu situs internal UCL tempat para <i>researcher </i>memasang 'iklan' jika mereka sedang mencari partisipan. Di situ akan disebutkan kriteria orang yang dicari (misal dari segi umur, gender, dan riwayat kesehatan), slot waktu dimana mereka mengadakan penelitian (dan calon partisipan memilih mereka hendak berpartisipasi di slot waktu yang mana), deskripsi singkat mengenai kegiatan yang harus dilakukan partisipan selama penelitian, dan tentunya imbalan yang ditawarkan. Kebanyakan studi dilakukan oleh para mahasiswa psikologi dan neuroscience. Saya hampir tidak menemukan penelitian yang bersifat klinis dan melibatkan minum obat, ambil sampel cairan tubuh seperti darah atau urin, dan lain sebagainya.<br />
<br />
Mulailah saya berpetualang dari satu <i>appointment </i>satu ke <i>appointment </i>berikutnya. Kadang dalam sehari saya bahkan datang ke dua appointment sekaligus. Apalagi setelah disertasi saya dikumpulkan, wah kerjaan saya cuma cari-cari duit dari partisipasi penelitian saja.<br />
<br />
Penelitian yang saya ikuti bermacam-macam, demikian pula 'tugas' yang harus dilakukan. Saya agak lupa berapa persisnya jumlah penelitian yang saya lakukan. Tapi ada beberapa penelitian yang membekas di ingatan saya.<br />
<br />
Yang pertama adalah suatu penelitian yang mengambil <i>venue </i>cukup jauh dari wilayah UCL, yakni di sekitar wilayah Angel Station. Sialnya, hari itu terjadi pemogokan transportasi umum di kota London! Aduh, saya jadi berkontemplasi sekali. Imbalannya lumayan, kalau tidak salah £15. Saya cek apps Citymapper, jika ditempuh dengan berjalan kaki dari rumah tinggal saya, butuh waktu sekitar satu jam. Ah, sudah kepalang, saya pun nekat pergi berjalan kaki. Dan London yang biasanya mendung hari itu super panas, bikin perjalanan saya berasa lagi di negara tropis banget. Sampai di tempat, sang <i>researcher </i>berterima kasih pada saya karena tetap datang, soalnya beberapa peserta lain mengundurkan diri akibat tidak adanya transpor. Ah, saya jadi terharu.<br />
<br />
Yang kedua adalah suatu percobaan di lingkungan departemen neuroscience. Kalau tidak salah studinya tentang somatosensory. Jangan tanya saya apa itu somatosensory, saya juga enggak ngerti-ngerti amat. Beberapa hari sebelum jadwal percobaan, saya di-email oleh salah satu researcher yang ada di dalam tim penelitian tersebut. Ia menjelaskan beberapa hal tambahan yang harus saya persiapkan. Salah satunya adalah: jangan keramas. Eh?<br />
<br />
Di hari jadwal temu, saya pergi ke tempat perjanjian. Saya dijemput di ruang tunggu oleh Rory, si <i>researcher </i>yang meng-email saya tersebut. Astaga Gusti nu Agung.... Ganteng pisan! Selain baik hati, Rory juga ramah, bikin saya makin deg-degan. Dia memperkenalkan diri sebagai mahasiswa PhD di departemen tersebut. Ia mempersilahkan saya menunggu di ruang kerja para mahasiswa PhD, katanya ia mau memamggil rekannya dulu. Enggak berapa lama, sang rekan datang, dan ternyata sang rekan kerja berbentuk pria yang enggak kalah gantengnya! Ia memperkenalkan diri sebagai Massih, post doctoral student rekan kerja Rory. Duh Gusti nu Agung, nikmat dunia manakah yang aku dustakan. Ini mah bener-bener yah, udah ganteng, <i>scientist</i>, <i>neuroscience </i>pula! Lewat banget itu Ganteng-Ganteng Serigala! Ini lebih luar biasa, Ganteng-Ganteng Scientist.<br />
<br />
Alasan kenapa saya enggak boleh keramas akhirnya terjawab. Karena ternyata kepala saya ditempeli topi yang berkabel-kabel buat merekam gelombang otak saya. Tangan saya juga dipasangi elektrode gitu. Maafin saya salah fokus, tapi saat itu saya super menyesal hanya pakai T-shirt yang enggak kece, celana jeans, tanpa make up dan lipstik. Kalau tahu researcher-nya hot hot pop begini, saya nyalon dulu deh (emang sanggup nyalon di London). Untung saja yang dicek gelombang otak dan bukan EKG jantung saya, malu banget ketahuan saya deg-degan ada di sebuah ruangan penelitian bersama dua <i>scientist </i>ganteng.<br />
<br />
Penelitian tersebut mengakhiri petualangan saya mencari uang jajan tambahan di penelitian orang. Karena minggu berikutnya saya sudah pulang ke Indonesia. Saya hitung-hitung, uang yang berhasil saya kumpulkan cukup lumayan juga. Kalau enggak salah sampai hampir £90an dalam jangka waktu satu bulanan (soalnya saya sempat vakum dua minggu buat liburan). Sebagian uang tersebut saya gunakan untuk nambah-nambah beli oleh-oleh buat teman dan keluarga di Indonesia. Sebagian saya gunakan untuk membayar <i>excess baggage</i> saat saya pulang (haha).<br />
<br />
Mengikuti penelitian-penelitian tersebut enggak hanya soal uang jajan sih kalau buat saya. Saya bisa kenal dengan banyak orang baru, dan terlibat dalam penelitian yang mereka kerjakan. Ternyata seru-seru sekali deh penelitian yang mereka lakukan. Kadang bahkan <i>beyond my imagination</i>. Dan terus merasa seperti remah rempeyek karena ternyata ilmu pengetahuan itu luas sekali!<br />
<br />
Itulah pengalaman saya mencari tambahan uang jajan. Siapa tahu menginspirasi teman-teman yang sedang kuliah di UCL, haha. Pesan saya sih jangan sampai hal ini mengganggu kuiah teman-teman, karena kuliah kan your main business. Kalau misal jadwal penelitiannya bentrok dengan jadwal kuliah, ya relakan saja dan cari penelitian lain. Selamat mengejar uang jajan!<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-3822976432929968762015-10-20T13:11:00.000+07:002015-10-20T13:11:06.039+07:00How I Survived in London<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFsjAiX9T-9rppuI7RoVmzvrBFku0JVdB9RRbUszop7-_kdAMMJutKY_qXaS50qALBvriC_ToHxcQqQQgwnv7y7JbcpjNytDmpGApjA5XoM-wbT_pgwEYieHaWLdrQQu6CVkxxHv-ydg/s1600/20140923_120647.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFsjAiX9T-9rppuI7RoVmzvrBFku0JVdB9RRbUszop7-_kdAMMJutKY_qXaS50qALBvriC_ToHxcQqQQgwnv7y7JbcpjNytDmpGApjA5XoM-wbT_pgwEYieHaWLdrQQu6CVkxxHv-ydg/s400/20140923_120647.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sudah menjadi rahasia umum kalau London adalah salah satu kota metropolitan tersibuk, terpadat, sekaligus termahal di Eropa. Setahun menjadi penduduk London dengan status mahasiswi berbeasiswa tentunya membutuhkan banyak intrik, agar uang beasiswa tetap bisa mencukupi kebutuhan hidup. Syukur-syukur malah bisa menabung buat jalan-jalan dan mencukupi kebutuhan tersier lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di postingan ini saya akan coba menjabarkan langkah-langkah yang dulu saya tempuh agar bisa <i>survive</i> di London, <i>materially</i> maupun <i>mentally</i>. Iya, kekuatan mental juga diperlukan loh dalam menghadapi London yang cukup berbeda dari Indonesia. Yuk, coba kita lihat satu-satu!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>1. </b><i><b>Forget those high street shops, go to the charity ones!</b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya sengaja nggak membawa banyak baju dari Indonesia waktu saya pergi ke London. Alasan pertama, karena koper saya sudah dipenuhi oleh bumbu-bumbu masakan Indonesia, <i>rice cooker</i>, bahkan cobek kayu. Dan alasan kedua, karena saya yakin baju-baju tropikal yang biasa saya pakai di Indonesia tidak akan sanggup menahan udara dingin Kota London, jadi lebih baik beli baju di sana.</div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu pilihan hemat untuk mendapatkan baju bagus dengan harga terjangkau adalah c<i>harity shops</i> yang banyak sekali tersebar di seluruh London. <i>Charity shops</i> ini biasanya dikelola oleh yayasan-yayasan kemanusiaan dan digunakan untuk menggalang dana bagi yayasan tersebut. Beberapa <i>charity shops</i> yang cabangnya ada dimana-mana contohnya Oxfam, Cancer Research UK, British Heart Foundation, dan banyak lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jangan khawatir soal kualitas, asalkan kita pintar memilih, pasti bisa dapat barang yang bagus dengan harga terjangkau! Saya bisa mendapatkan <i>jumper</i> musim dingin seharga £5 saja, teman saya bahkan membeli <i>coat</i> tebal hanya dengan £10. Kenapa harganya bisa terjangkau begitu? Itu karena mereka hampir tidak mengeluarkan modal untuk barang-barang tersebut. Barang-barang yg ada di <i>charity shop</i> adalah barang yang disumbangkan secara cuma-cuma oleh orang lain yang sudah tidak membutuhkannya. Menarik sekali kan, konsepnya?</div>
<div style="text-align: justify;">
Selain pakaian, <i>charity shops</i> juga menjual peralatan rumah tangga seperti piring, gelas, dan kawan-kawannya, DVD, dan favorit saya: buku <i>second hand</i>. Saya cukup girang karena bisa mendapatkan tiga buku Jane Austen, <i>hard cover</i>, hanya dengan £5 saja! Benar-benar kebahagiaan. Plus, kenapa saya suka belanja di <i>charity shops</i>, adalah karena saya tahu sembari berbelanja saya menyumbang (walaupun tidak banyak) uang kepada kegiatan sosial yayasan tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2.</b> <i><b>Doing exercise while saving</b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Jalan kaki adalah salah satu hobi saya selama di London. Trotoar yang sangat nyaman memang sangat mendukung kebiasaan ini. Mungkin ini alasannya saya jarang jalan kaki di Indonesia, karena tidak semua tempat mempunyai trotoar yang mumpuni. Kalau nekat jalan di pinggir jalan, ya sudah harus siap diklaksonin sama mobil yang melintas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Saya tinggal sekitar 2 mil dari sekolah, oleh karena itu saya membutuhkan sarana transportasi setiap harinya. Biasanya saya naik tube atau <i>underground</i>, atau bis. Harga tiket terusan untuk periode 30 hari adalah £89 untuk tube zona 1 dan 2 serta bus, dan £56 untuk bus saja. Lumayan kan bedanya? Jadilah untuk bulan-bulan terakhir saya di London, saya hanya langganan <i>bus pass</i> saja. Kadang malah sama sekali tidak berlangganan dan memilih berjalan kaki. Keuntungannya adalah badan jadi sehat! Bahkan bobot badan saya bisa turun sekitar 5kg loh saat di London!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiO3ZOIXGQbizZ7lvoXfZuM7_6Aye0H5AOTSTv4Q0ZoygcEB4LRwaOZeW9Y4MUlkTJgUFEiGv46t4_wHcVO0JaFDUcFUfXMSzMrp92g8UOfmdNnlg1XAHAL55tTu9uCeFeeaXNqBdyteA/s1600/20140925_095421.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiO3ZOIXGQbizZ7lvoXfZuM7_6Aye0H5AOTSTv4Q0ZoygcEB4LRwaOZeW9Y4MUlkTJgUFEiGv46t4_wHcVO0JaFDUcFUfXMSzMrp92g8UOfmdNnlg1XAHAL55tTu9uCeFeeaXNqBdyteA/s320/20140925_095421.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>3. <i>Enhance your cooking skill!</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Cooking is absolutely a great way to save up some money!</i> Berbeda dengan di Indonesia dimana harga makanan<i> ready-to-eat</i> bisa jadi hampir sama dengan harga belanja bahan mentah untuk masak, harga makanan <i>ready-to-eat</i> alias siap saji di London itu mahalnya nggak nahan! Salah satu dugaan saya mengapa hal tersebut bisa terjadi adalah 1) tingginya biaya jasa orang-orang yang memasak dan melayani penjualannya, dan 2) tingginya harga sewa tempat berjualan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai perbandingan, satu kotak sandwich yang terdiri dari dua lembar roti, beberapa lembar salami, dan sayuran harganya kurang lebih £3.5. Sedangkan harga belanja satu pak roti isi 12 lembar, satu pak salami isi 10 lembar, dan satu bag sayuran segar harganya hanya sekitar £5, bisa buat 5 kali makan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Alasan lain masak sendiri adalah mengobati kerinduan pada masakan Indonesia. Lama-lama rasanya bosan loh makan makanan Barat. <i>Skill</i> masak saya memang cukup meningkat selama di London. Di London-lah saya belajar masak rendang, opor, sambal goreng, sayur lodeh, aneka soto. Kreativitas saya juga meningkat sekali, saya bisa banget masak pasta dengan sambal balado, atau nasi goreng aneka variasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Biasanya saya masak di malam hari sebanyak dua porsi, satu porsi untuk makan malam itu, dan satu porsi untuk bekal makan siang keesokan harinya. Dalam seminggu saya biasanya belanja <i>groceries</i> sekali, dan menghabiskan sekitar £10 hingga £15, dan itu cukup untuk membuat makanan selama satu minggu tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Halangan dalam memasak adalah pada saat jadwal kuliah sedang padat-padatnya. Saat itu rasanya punya waktu lebih buat tidur saja sudah syukur, boro-boro masak. Jadi untuk saat-saat seperti ini, masak terpaksa dihentikan dahulu dan mulailah saya bergantung pada makanan-makanan siap saji dan <i>microwaveable</i>, alias tinggal buka-microwave-makan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkccbsrJreCFYTTnZ-MEaPiCHpHDcjA71d-YVQ3KsTkYubaYRS7Ps_1eNNrmFaagZC75JYDrzITRhMN-H7w7m5vGOOWewHiMDn_M_ydpFQWrOcL20tyeXsYoDk_fNJi4f7IgdrGlzGIQ/s1600/20141129_205537.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkccbsrJreCFYTTnZ-MEaPiCHpHDcjA71d-YVQ3KsTkYubaYRS7Ps_1eNNrmFaagZC75JYDrzITRhMN-H7w7m5vGOOWewHiMDn_M_ydpFQWrOcL20tyeXsYoDk_fNJi4f7IgdrGlzGIQ/s320/20141129_205537.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>4.<i> Grab that almost-expired discount</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Ngomong-ngomong makanan siap saji dan <i>microwaveable</i>, di London banyak sekali supermarket yang menyediakannya. Tesco, Sainsbury's, M&S, Waitrose, adalah beberapa nama supermarket langganan saya. Dan karena London adalah kota besar, maka hampir tiap 200 meter ada supermarket, <i>so convenient</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Soal rasa, menurut saya M&S adalah yang paling enak. <i>Unfortunately</i>, salah satu yang termahal juga. Untuk menyiasatinya, pintar-pintarlah mencari barang dengan <i>reduced price</i>. Biasanya makanan segar yang sudah akan <i>expired</i> keesokan harinya, harganya sudah menjadi setengah harga normalnya. Asik kan? Bisa makan enak tapi tetap hemat!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>5.<i> Sharing is caring</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya suka masak bareng teman-teman di flat. Kebetulan ada beberapa anak dari Indonesia juga yang satu flat sama saya. Setiap kali salah satu dari kami masak dengan porsi yang cukup besar, pasti saling berbagi. Biaya belanja bisa dibagi, plus keuntungan lain tentunya adalah mempererat silaturahmi.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4R6kiOs9rxZB6yTTwbGzEso0yEB8VpQ9J-oPsOVFPLYh1-0R3vd8tGVDkeTNoHLpeSNGIdsiD85jMswEBIAMAqhprly2dO2KjPN3x0I2FHtCwCki-H_zPYSlz3odENir-NCFSNe3aFw/s1600/20150314_135307.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4R6kiOs9rxZB6yTTwbGzEso0yEB8VpQ9J-oPsOVFPLYh1-0R3vd8tGVDkeTNoHLpeSNGIdsiD85jMswEBIAMAqhprly2dO2KjPN3x0I2FHtCwCki-H_zPYSlz3odENir-NCFSNe3aFw/s320/20150314_135307.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>6.<i> Manage your account</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya menggunakan bank <a href="https://www.lloydsbank.com/" target="_blank">ini</a> selama saya tinggal di UK. Keunggulan dari bank tersebut menurut saya adalah karena dia memiliki dua jenis account yang 'satu namun terpisah'. Akun pertama adalah akun untuk transaksi sehari-hari, dilengkapi dengan <i>debit card</i>. Akun kedua adalah <i>saving account</i>, yang tidak bisa digunakan untuk transaksi. Setiap kali saya menerima kiriman uang beasiswa, saya langsung transfer sebagian besar ke akun <i>saving</i> saya, dan hanya menyisakan sedikit di akun transaksi. Hal ini cukup berguna untuk mengerem kebiasaan belanja saya. Keuntungan lain melakukan hal seperti ini adalah keamanan yang lebih terjamin jika amit-amit kartu debitnya hilang atau terjadi <i>fraud</i> lewat <i>online banking</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>7.</b> <b><i>Hey, those parks and gardens and museums are absolutely FREE!</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Entertaining ourselves</i> tentunya adalah hal yang nggak boleh dilupakan. Belajar terus-menerus tanpa jeda juga akan membuat jenuh, sehingga refreshing sudah jelas dibutuhkan. Asyiknya, di London banyak banget kegiatan hiburan yang bisa kita dapatkan secara <i>free</i> alias gratis!</div>
<div style="text-align: justify;">
Pertama adalah museum. Seperti yang saya jabarkan di <a href="http://pinkishsailor.blogspot.co.id/2015/08/date-at-museums.html" target="_blank">postingan terdahulu</a>, museum tuh adalah tempat yang asyik loh buat <i>refreshing</i>. Museum-museum banyak berjejeran di daerah South Kensington, ada pula British Museum yang lokasinya dekat UCL.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua adalah taman kota, nah kalau ini lengkapnya bisa disimak di <a href="http://pinkishsailor.blogspot.co.id/2015/06/nulisrandom2015-day-ten-london-episode.html" target="_blank">postingan ini</a>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, banyak juga <i>event</i> atau <i>exhibition</i> seni yang semuanya gratis. Untuk <i>event</i> biasanya diadakan di Trafalgar Square atau Covent Garden. Rajin-rajin aja baca koran (yang juga gratis dan bisa didapatkan di setiap stasiun), atau <i>follow</i> Facebook atau Twitter tentang London.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOsGuEBLpKnVqnvqh95goosJjQp6HjHQs333G2xYE7pRU_MXMUstT7AO7FYVAHMNIqcubVZ_-MQpzi8dyumHuaFOVyPt846fZJxHTOf4K2WDKtr6mWv95TGaeGtl_Eev9gy4SW1U8tOA/s1600/20141224_151218.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOsGuEBLpKnVqnvqh95goosJjQp6HjHQs333G2xYE7pRU_MXMUstT7AO7FYVAHMNIqcubVZ_-MQpzi8dyumHuaFOVyPt846fZJxHTOf4K2WDKtr6mWv95TGaeGtl_Eev9gy4SW1U8tOA/s320/20141224_151218.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kira-kira begitulah saya berusaha menghemat pengeluaran saya, sekaligus menabung untuk kegiatan lain seperti jalan-jalan. London memang mahal, tapi bukan berarti nggak bisa disiasati kok!</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-68854244549522447402015-09-28T12:19:00.001+07:002015-09-28T12:19:29.423+07:00Saya dan Terbang<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Saya pernah bercerita di postingan saya terdahulu, kalau pekerjaan saya yang lampau mengharuskan saya menjadi seorang <i>frequent flyer.</i> Ada masa-masa dimana naik pesawat adalah sesuatu yang terlalu biasa, bahkan sehari bisa dua kali, udah ngalahin frekuensi mandi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Setelah hampir 10 bulan berhenti dari kebiasaan lompat dari satu penerbangan ke penerbangan lain, akhirnya beberapa hari lalu saya terbang dari London ke Amsterdam, dan tiga hari setelahnya dari Amsterdam ke Berlin, dan minggu depan ada tiga penerbangan lagi menunggu saya: Budapest-Roma, Roma-Paris, dan Paris-London. Wah, akhirnya ketemu lagi sama pesawat terbang! Berhubung ini hitungannya penerbangan internasional, saya agak gagap di jam-jam awal masuk bandara. Kaya nggak pernah naik pesawat deh pokoknya. Tapi menariknya, di penerbangan kedua saya dari Amsterdam ke Berlin, saya menemukan kembali kebiasaan-kebiasaan masa lalu saya yang ternyata masih sangat melekat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhenZHeMHjUTxFXT_v21vIRRJiIp6mmtNAxgd8Z5t8BVUVrpx1-3YVZBs4hpwQ639t5GpiFuS34mKgdhsV2vWNi8YNni0krnr7TsI9M_uf0i4uNQ4d9lSH6QfUH12LVm6vTEOvP6TMhdQ/s1600/waitingairport.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhenZHeMHjUTxFXT_v21vIRRJiIp6mmtNAxgd8Z5t8BVUVrpx1-3YVZBs4hpwQ639t5GpiFuS34mKgdhsV2vWNi8YNni0krnr7TsI9M_uf0i4uNQ4d9lSH6QfUH12LVm6vTEOvP6TMhdQ/s400/waitingairport.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Picture source: <a href="https://thriftytravelmama.files.wordpress.com/2012/03/waitingairport.jpg" target="_blank">here</a></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Pertama adalah kesigapan <i>packing </i>koper. Saya cukup bangga sama diri sendiri karena, menurut saya, kemampuan <i>packing </i>saya cukup mumpuni. Kebiasaan sering bepergian dulu membuat saya paham barang apa yang perlu dan nggak perlu masuk koper. Saya hampir nggak butuh list barang bawaan karena otak ini sudah memberi sinyal apa saja yang harus masuk koper. Tapi harus diakui, kemampuan saya belum ada apa-apanya dibanding mama saya, yang dengan begitu canggihnya berhasil mengepak 46kg barang dalam dua koper waktu saya pergi dari Jakarta ke London, dimana barang yang masuk koper itu termasuk <i>rice cooker</i> dan cobek kayu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Kedua adalah kebiasaan <i>check-in</i> yang cukup awal, demi kepentingan mendapatkan <i>seat </i>terbaik. Kalau untuk penerbangan-penerbangan antar negara Eropa kali ini sih semua <i>check in</i> saya lakukan secara <i>online </i>sehingga nggak bisa memilih <i>seat </i>yang saya inginkan. Tapi dulu, kala masih sering terbang bersama maskapai ber-<i>mileage </i>kebangaan Indonesia, saya selalu <i>request seat</i> yang saya inginkan kepada petugas <i>check in</i>. Ada beberapa kondisi yang menentukan pilihan <i>seat </i>saya. Jika penerbangannya pagi hari, saya selalu pilih <i>seat </i>dekat jendela demi bisa meneruskan tidur yang tertunda. Kalau penerbangan malam, selalu memilih <i>seat </i>di <i>aisle</i>, kalau bisa paling depan atau paling belakang, demi kecepatan turun dari pesawat dan tiba di rumah untuk tidur. Untuk penerbangan ke destinasi-destinasi cantik macam Padang, saya selalu pilih <i>seat </i>dekat jendela karena pemandangannya spektakuler banget.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Ketiga adalah kesigapan dalam pemeriksaan di <i>gate </i>keberangkatan. Menurut saya, saya anaknya cukup ringkas dan efisien dalam kegiatan menempatkan koper di ban berjalan, buka jaket, buka sepatu, masuk ke X-ray dan siap diraba-raba, sampai mengumpulkan kembali semua barang dari ban berjalan. Tapi perihal ini, saya cukup kurang sigap untuk mengeluarkan semua gadget (laptop, tablet, kamera) dari dalam tas saat saya akan terbang dari London ke Jakarta beberapa waktu lalu. Laptop sih sudah saya keluarkan, tapi tablet masih tertinggal di dalam tas tangan dan menyebabkan tas saya nggak lolos <i>scanning</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Keempat adalah kesigapan dalam masuk pesawat. Wah, ini penting sekali, demi memastikan <i>cabin</i> <i>luggage </i>saya mendapat tempat yang aman dan nyaman tepat di atas kepala saya. Saya paling menghindari kehabisan tempat untuk menaruh koper di kabin dan berujung pada koper saya harus masuk ke <i>checked luggage</i>. Nunggu bagasinya itu lho, berabad lamanya! Oleh karena itu, saya selalu siaga pilih tempat menunggu persis di depan <i>gate</i>, agar pas gate dibuka saya langsung bisa meluncur masuk. Pokoknya harus terdepan dalam prestasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Kelima, ini ciri khas saya banget, adalah tidur nyenyak menjelang <i>take off</i> atau <i>landing</i>. Pokoknya mulai dari pesawat berjalan dari tempat parkir menuju <i>runway</i>, bisa dipastikan saya lagi bobok cantik. Kadang pakai acara agak mangap kalau kecapekan banget. Suasananya mendukung pula buat tidur, karena lampu kabin kan dipadamkan, remang-remang enak deh buat terlelap. Biasanya saya baru bangun saat pesawat udah di udara dan mbak pramugari maskapai ber-<i>mileage </i>mulai membagikan makanan. Habis makan (biasanya sambil nonton TV kalau pesawatnya ada TV-nya), ya tidur lagi. Betapa produktifnya saya di ketinggian 30000 kaki! Kegiatan membanggakan macam mengerjakan kerjaan kantor atau membaca jurnal yang berkaitan dengan presentasi biasanya saya lakukan kalau saya nervous banget dengan presentasi yang akan saya hadapi. Tapi kadang saya cukup berada di jalan yang benar kok, contohnya tulisan ini saya buat saat pesawat sedang melintasi Hannover menuju Berlin (menurut info dari Om Pilot sih begitu), disebabkan saya nggak bisa tidur karena mas bule kece sebelah saya parfumnya memabukkan sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Menulis semua ini bagaikan refleksi, nostalgia yang membuat saya senyum-senyum sendiri. Kalau dipikir-pikir, masa muda saya ini cukup menyenangkan, karena nggak semua orang bisa memiliki pengalaman terbang sebanyak saya di usia semuda ini. Tahun-tahun ke depan sudah dipastikan akan sepi terbang, <i>but if a day comes when I need to catch a flight, I know for sure that I will giggle to remember my old self doing those mentioned things!</i><br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-16633504267235409082015-08-01T06:24:00.000+07:002015-08-01T06:24:12.977+07:00Date at the Museums<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Masih ingat film <a href="http://www.imdb.com/title/tt0477347/" target="_blank">Night at the Museum</a> yang dibintangi oleh Ben Stiller dan almarhum Robin Williams? Walaupun belum pernah nonton, tapi dari judulnya saja sudah bisa ditebak bahwa <i>setting</i> dari cerita film tersebut adalah di museum.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apa sih yang ada di pikiran kita jika mendengar kata museum? Fosil-fosil binatang purba, manuskrip berwarna coklat dari jaman penjajahan, manekin peraga yang kelihatan seram dan sepertinya benar-benar hidup saat tidak ada orang yang melihat? Menurut <a href="http://kbbi.web.id/museum" target="_blank">KBBI</a>, museum adalah 'gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yg patut
mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu; tempat
menyimpan barang kuno'. Jadi memang penampakannya kurang lebih akan sama seperti yang saya sebutkan tadi, hehe.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena fungsinya memang untuk mengenang hal-hal dari masa yang sudah lalu, maka wajar jika mengunjungi museum dianggap tidak kekinian. Dan tidak heran pula, sedikit sekali anak muda yang sumringah untuk diajak mengunjungi museum. Pusat perbelanjaan atau tempat-tempat makan lebih menjadi pilihan dalam menghabiskan waktu luang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya juga pernah menjadi bagian dari populasi itu. Saya hanya mengunjungi museum kalau ada karya wisata dari sekolah, atau kalau ada sepupu-sepupu yang lagi main ke Bandung dan minta diantar ke Museum Geologi. Dan sepengamatan saya, ya memang museum-museum tersebut pengunjungnya adalah keluarga dan anak-anak mereka yang berusia kurang dari 16 tahun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Satu <i>event </i>yang saya datangi bulan Juni lalu membuka pikiran saya akan suatu kegiatan lain yang mungkin bisa dilakukan di museum: pacaran. Iya, <i>date at the museum!</i></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Jadi ceritanya, Juni lalu saya diajak oleh Robyn dan Bu Glori untuk pergi ke acara <a href="http://www.sciencemuseum.org.uk/visitmuseum/plan_your_visit/lates.aspx" target="_blank">Lates</a>-nya Science Museum, London. Setiap hari Rabu terakhir di setiap bulan, Science Museum akan buka sampai pukul 10 malam, namun yang boleh masuk hanyalah orang dewasa berusia lebih dari 18 tahun. Acaranya menarik sekali! Intinya tetap memperkenalkan sains, namun kepada <i>adult audience</i>, dengan materi dan pendekatan yang dikemas khusus untuk orang dewasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Stand </i>pertama yang saya kunjungi adalah 'DNA isolation'. Prinsipnya sederhana sekali: apusan sel mukosa dari rongga mulut (hasil kumur-kumur semenit pakai NaCl) diekstraksi dengan alkohol agar protein (dan DNA penyusunnya) terperangkap di fase alkohol tersebut. <i>Stand </i>kedua adalah 'build your own DNA' dimana kita bisa membuat model struktur DNA menggunakan <i>jelly</i>, permen, dan <i>marshmallow</i>! <i>Jelly </i>dipakai sebagai model rantai DNA, dan <i>marshmallow </i>aneka warna dipakai sebagai model empat basa penyusun DNA. Jadi waktu menyusun si <i>marshmallow</i>, nggak boleh asal. Harus ingat, adenin itu berpasangannya sama timin, sementara guanin pasangannya adalah sitosin. Setelah selesai, semua <i>marshmallow </i>dan <i>jelly</i>-nya boleh dimakan. Enak kan?</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTLeGxaQO5ANTNMGAj_XsQAedjjrkwhrfEAgQulk3J0VHDU8MPpX1NSujDYOIwoJgGC7fDovZ1UHg8DFF8Jg1DCXpzr5oUnbHdpbANvTMznXdUlir5r5-vfai0hu6TML9Vq97wbyIeHg/s1600/20150624_192310.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTLeGxaQO5ANTNMGAj_XsQAedjjrkwhrfEAgQulk3J0VHDU8MPpX1NSujDYOIwoJgGC7fDovZ1UHg8DFF8Jg1DCXpzr5oUnbHdpbANvTMznXdUlir5r5-vfai0hu6TML9Vq97wbyIeHg/s320/20150624_192310.jpg" width="180" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Build your own DNA</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: center;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-IxqLYnd2S3HTjIGEcaLca2QCbntsW0TQGkQZ6tUnJJB6nt45Pw11_C8iGKjppFqg4ApNulegKMWqjigLknpfk_IpF-QuG9-efQyQNkKjOS71LqVqbwup4s6wTx5_Qj9Hy9nBGzkV-Q/s1600/IMG-20150625-WA0011.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-IxqLYnd2S3HTjIGEcaLca2QCbntsW0TQGkQZ6tUnJJB6nt45Pw11_C8iGKjppFqg4ApNulegKMWqjigLknpfk_IpF-QuG9-efQyQNkKjOS71LqVqbwup4s6wTx5_Qj9Hy9nBGzkV-Q/s320/IMG-20150625-WA0011.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Model DNA buatan saya! (Photo: T. Robyn)</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i>Stand </i>menarik lain yang saya kunjungi adalah <i>stand</i>-nya <a href="http://www2.warwick.ac.uk/fac/sci/physics/research/condensedmatt/magneticresonancecluster/diamond-epr/" target="_blank">Diamond Research Group, University of Warwick</a>. Kalau selama ini kita (atau saya lebih tepatnya, heu) hanya mengenal <i>diamond </i>alias berlian sebagai molekul paling kuat, ternyata berlian juga mempunyai fitur lain yang super keren! Salah satunya, sebagai molekul dengan konduktivitas termal paling tinggi. <i>And I proved it! </i>Saya bisa melelehkan sebuah bongkahan besar es batu hanya dengan gesekan lembut dari seserpih berlian. <i>Amazing!</i> Berlian tersebut menghantarkan panas dari tubuh saya, sehingga es batunya bisa lumer dengan mudah.</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXk6X3oTrfYoeN-S56JLB3SpJfgt884KcTsll3y_lKyX-sqTCrD1QwM9W48g6YH5oL6jAuwtUrPCPLA7b4GGOz8BVKgXsKaWKjRmxVXlekUiqTBtTtKJPOU3n2HB9A7VjzhFYieDr9VA/s1600/blog.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="131" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXk6X3oTrfYoeN-S56JLB3SpJfgt884KcTsll3y_lKyX-sqTCrD1QwM9W48g6YH5oL6jAuwtUrPCPLA7b4GGOz8BVKgXsKaWKjRmxVXlekUiqTBtTtKJPOU3n2HB9A7VjzhFYieDr9VA/s400/blog.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo courtesy: http://www2.warwick.ac.uk </td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Acara lain yang menarik adalah suatu <i>round table discussion</i> yang dipandu oleh seorang moderator, dimana para pengunjung boleh berpartisipasi mengutarakan pendapat soal topik yang dibahas. Kalau nggak salah yang saya lihat kemarin sedang membahas tentang <i>computer and culture.</i></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinnfydrks2CzEvCpA_XSg74JBkKO6i5fIg2VRnnd8TulSYEyqL10hr7E_-gE1EwDBhllh7XEHzPP1CCpeIprcKfCrPlrHkckLnE-zG4o9VAz-5kUK4J509IErLoRFEp_JvS2Q_mKln7g/s1600/20150624_204208.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinnfydrks2CzEvCpA_XSg74JBkKO6i5fIg2VRnnd8TulSYEyqL10hr7E_-gE1EwDBhllh7XEHzPP1CCpeIprcKfCrPlrHkckLnE-zG4o9VAz-5kUK4J509IErLoRFEp_JvS2Q_mKln7g/s320/20150624_204208.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Nah. Jadi, apa hubungannya sama <i>date at the museum</i>?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sepenglihatan saya, yang datang ke acara tersebut adalah pasangan-pasangan muda gitu. Habis pulang kantor, janjian ketemu di museum. Terus mereka keliling-keliling ke tiap <i>stand </i>sambil gandengan (enggak, aku enggak iri kok) tangan, sekaligus sambil diskusi. Tangan lain memegang gelas minuman atau makanan ringan. Hampir sama kaya pacaran di mal gitu, tapi bedanya ini yang dilihat adalah <i>stand-stand</i> tentang sains dan hal-hal menarik lainnya, bukan toko baju. Kalau nguping-nguping diskusinya juga serius banget deh. Dan jangan salah, yang datang ini bukan golongan <i>nerd </i>dengan kacamata tebal dan baju ketinggalan jaman. Semuanya gaul dan gaya, khas anak muda London pada umumnya. Dan jangan salah, ada <i>dance floor</i>-nya juga buat <i>mingle </i>setelah lelah mengitar seisi museum!</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFRF-yPi6vtNmbSQWlkLmENRcoH3xwRGgyxc5gSVAwgBEH32OXCLdD5mBlTT5hD9knzJE8DrvJzDL-gKmVffQJTxTeWAhJOSCAubAy2PBI2kjgXG3LJyhHuFGDK06l0D0AN3133lNaqw/s1600/Pavegen-image-800x534.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFRF-yPi6vtNmbSQWlkLmENRcoH3xwRGgyxc5gSVAwgBEH32OXCLdD5mBlTT5hD9knzJE8DrvJzDL-gKmVffQJTxTeWAhJOSCAubAy2PBI2kjgXG3LJyhHuFGDK06l0D0AN3133lNaqw/s400/Pavegen-image-800x534.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Photo courtesy: http://blog.sciencemuseum.org.uk/insight/category/lates/</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Menarik sekali bukan? Pertama-tama saya kagum dengan pihak pengelola museum yang mampu menjadikan museum suatu atraksi yang menarik, nggak membosankan, dan bisa dinikmati oleh semua golongan usia. Kedua, saya kagum sama masyarakat yang juga antusias dengan program-program seperti ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya langsung bertekad banget menggalakkan tipe pacaran pintar macam nge-date di museum gini di Indonesia. Kalau dipikir-pikir, di Indonesia juga banyak banget museum yang menarik buat dikunjungi. Nggak cuma dikunjungi, tapi juga ditelisik sejarah dan nilai-nilai lain di balik benda-benda yang dikoleksi. Dan betapa serunya kalau bisa mendiskusikan itu sambil pacaran. Menarik sekali kan, bisa mengakrabkan diri dengan calon pendamping hidup tapi sambil belajar sesuatu yang baru. Jadi sekali-kali obrolannya bukan cuma tentang gosip artis, gosip teman, atau KPR rumah. Dan tempat nge-<i>date</i>-nya bisa lebih bervariasi dari cuma bioskop atau tempat makan saja. Diskusinya jangan dibawa serius dan mengancam kehidupan asmara juga tapi, kan nggak lucu kalau marahan sama pacar gara-gara berbeda pendapat soal masa depan BPJS di Indonesia, misalnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Butuh ide tentang museum-museum yang bisa dikunjungi? Untuk yang berdomisili di Jakarta bisa klik <a href="http://www.jakarta-tourism.go.id/taxonomy/term/18">http://www.jakarta-tourism.go.id/taxonomy/term/18</a>. Untuk Jawa Barat silakan ditilik website Dinas Pariwisata Jawa Barat di <a href="http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/cat-det.php?id=18&lang=id">http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/cat-det.php?id=18&lang=id</a>. Buat daerah-daerah lain, mesin pencari pasti siap memberikan jawaban untuk semua kebutuhan kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>So, are you ready to date at the museums</i>? </div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-10994245715334282722015-07-24T08:05:00.000+07:002015-07-24T08:05:08.508+07:00Ketika Semuanya Berakhir<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
London, 22 Juli 2015. Saya bangun pukul 9.30AM, setelah hanya tidur beberapa jam saja. Satu setengah jam kemudian saya sudah berada di <a href="https://www.ucl.ac.uk/library/sites/cruciform" target="_blank">Cruciform Hub</a>, kembali menghadapi sebuah <i>file </i>berjudul 'Dissertation.docx'.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
5PM. Setelah jam-jam penuh kegalauan dan komat-kamit berdoa, saya menekan tombol Ctrl+P. Dua puluh menit (dan tujuh belas British pound sterling) kemudian, tiba-tiba saya mendapati dua bundel cetakan disertasi saya. Suatu kata benda yang menjadi momok saya selama sembilan bulan terakhir, yang menjadi sarapan dan selimut tidur malam saya. Yang menjadi inti dari doa-doa saya, yang menjadi topik curhatan di WhatsApp, LINE call, sekolah, bahkan dapur flat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
5.30PM. Saya berjalan menyusuri Euston Road ditemani sinar matahari sore. Cerah, namun tidak menyengat. Bahkan angin kota London terasa begitu ramah. Dua bundel cetakan disertasi tersebut ada dalam map di dekapan saya, siap dijilid rapi di sebuah tempat penjilidan di sekitar King's Cross. Saya menikmati setiap langkah sambil memandang bus-bus merah bertingkat, menikmati aksen cantik dari para Britons yang tertangkap oleh telinga saya kala saya berjalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu tiba-tiba semuanya terasa tidak nyata.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya sudah sampai sejauh ini. Saya sudah menyelesaikan semua tugas-tugas yang diwajibkan kepada saya sebagai mahasiswi. Dan itu berarti, saya sudah sampai di penghujung program Master ini. Suatu program yang kadang membuat saya mempertanyakan kewarasan saya: 'kenapa dulu lu nekat ambil S2 di UCL sih, Ties?'</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berakhir sudah malam-malam dengan tidur minimalis. Tidak akan ada lagi cerita dramatis memperebutkan seonggok tempat belajar di perpustakaan, atau komputer dengan posisi paling mantab di computer cluster. Penjaga perpustakaan School of Pharmacy mungkin akan merindukan saya, yang selalu pulang ketika perpus hampir tutup. Dan yang selalu pinjam laptop di perpustakaan karena malas bawa laptop berat-berat dari rumah. Dan saya juga akan merindukan segelas kopi murah-namun-tidak-enak-sama-sekali di kantin sekolah, sebatang Eat Natural rasa yoghurt and almond yang selalu menjadi penyelamat saya di saat lapar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemana jam-jam penuh keputusasaan menatap puluhan jurnal yang harus dibaca dalam dua malam? Kemana waktu-waktu penuh ketakutan menghadapi ujian dan presentasi? Kemana perginya saat-saat penuh air mata karena merasa gagal mendapatkan nilai yang memuaskan?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ya, saya tidak bisa percaya ini semua sudah berakhir. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lega?</div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak juga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tentunya karena nilai saya belum keluar, saya belum dinyatakan sah menjadi seorang Master. Plus topik disertasi saya terlalu menarik untuk tidak dipublikasikan (baca: saya butuh second round survey untuk meningkatkan response rate (baca lagi: habis ini saya tetap harus kerjain proyeknya)), sehingga masih banyak yang menunggu di depan mata.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi jujur, saya merasa kosong sekali segera setelah menyerahkan semua disertasi saya kepada pihak sekolah. Selama 10 bulan terakhir, UCL memaksa saya berlari terus menerus. Sprint, bukan jogging. Dan terus menerus. Saat saya ingin berhenti, UCL mencambuk saya dengan memberi saya nilai yang membuat saya tersenyum pahit. Rasanya dengan effort setara, saya bisa dapat A saat S1 dulu, tapi level maksimal saya ternyata hanya level main-main buat Universitas ini. Jadilah saya diam mendekam di perpus manapun yang saya suka, atau di coffee shop manapun yang bisa membangkitkan inspirasi. Membiarkan liburan-liburan Natal dan Paskah saya lewat begitu saja demi kelulusan dari program ini, walaupun dengan perasaan iri pada teman-teman yang bisa berlibur kemana-mana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan yah, saat semua <i>life routine</i> tersebut tiba-tiba berhenti di hari ini, saya merasa berada dalam ketidaknyataan. Namun di sisi lain, saya lega setengah mati karena saya selamat secara akademik menjalani semua kegilaan ini. Semua mata kuliah saya sudah dinyatakan lulus (kecuali tentunya untuk disertasi ini) sehingga saya terhindar dari kewajiban <i>re-sit</i> ujian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
*</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
London, 24 Juli 2015. 01.38AM dan saya masih terjaga. Badan saya masih belum bisa menerima ritme baru untuk tidur sebelum jam 2 pagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika semuanya berakhir, saat itulah kita merefleksi semua yang sudah terjadi. Dan saat itu pulalah, kita menyadari bahwa selalu ada kekuatan dalam diri kita yang membuat kita mampu melewati semua hal-hal yang awalnya kelihatan tidak nyata. Ya, seperti apa yang dikatakan mendiang Nelson Mandela, <i>everything seems impossible until it is done</i>. </div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYRKzj-OUCKBk7UFXP5LXgBpIpmudo0kCr2lPfkAX41EFTqCzCvL8Ym7t4t4zAGx-4yy5rdZfptxFJYJ3dT8g_dQTYkXH9_SAHaMAX4yVnsjXloVXTlN5J2mmFqEjS6tyc7eewJGBZ1w/s1600/2015-07-24-02-00-32_deco%255B1%255D.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYRKzj-OUCKBk7UFXP5LXgBpIpmudo0kCr2lPfkAX41EFTqCzCvL8Ym7t4t4zAGx-4yy5rdZfptxFJYJ3dT8g_dQTYkXH9_SAHaMAX4yVnsjXloVXTlN5J2mmFqEjS6tyc7eewJGBZ1w/s400/2015-07-24-02-00-32_deco%255B1%255D.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-45638025424900152992015-06-11T07:45:00.002+07:002015-06-11T07:46:11.625+07:00[#NulisRandom2015] Day Ten- London (Episode: Taman)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Berdasarkan <i>request </i>dari seorang ibu-ibu yang komen di postingan saya kemarin (yang adalah mama saya, gaul sekali memang ibu-ibu itu), maka edisi cerita London a la saya kali ini adalah tentang taman kota yang banyak banget (banget!) ada di London.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEge08oWLRECJ6xEjORiFN5VVFnC-mP87LJAg9z78tVGZUl8m1FDqnj1klgGpUI4TeirdjDavOAKtc9uPv10AJNGxnXolibGTYYjfb07iwXtQ6I3IgF_jzFZ5kuVJbtMTvxqA-ek9UjBSQ/s1600/20150408_144353.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEge08oWLRECJ6xEjORiFN5VVFnC-mP87LJAg9z78tVGZUl8m1FDqnj1klgGpUI4TeirdjDavOAKtc9uPv10AJNGxnXolibGTYYjfb07iwXtQ6I3IgF_jzFZ5kuVJbtMTvxqA-ek9UjBSQ/s400/20150408_144353.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>St James' Park, with Buckingham Palace in the background</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
London sering sekali membuat saya jatuh cinta. Dan salah satu momen jatuh cinta itu adalah saat saya berkunjung ke <i>green spaces </i>alias ruang terbuka hijau di kota ini. Fakta mengejutkannya, 47% dari total luas daerah London ternyata adalah ruang terbuka hijau, dengan total delapan juta pohon! Bayangkan, sebuah kota metropolis, padat penduduk, masih bisa menjadi salah satu model <i>urban forest </i>dunia. Berita ini dilansir oleh The Independent pada bulan September 2014 yang lalu, silakan membaca berita lengkapnya <a href="http://www.independent.co.uk/environment/47-per-cent-of-london-is-green-space-is-it-time-for-our-capital-to-become-a-national-park-9756470.html" target="_blank">di tautan ini.</a><br />
<br />
Ada berbagai jenis ruang terbuka hijau yang ada di London ini. Ada taman-taman kota yang dikelola oleh pemerintah <i>borough </i>(semacam kecamatan kalau di Indonesia) setempat, Royal Parks, hutan-hutan kota, bahkan pemakaman umum masa lampau yang disulap menjadi taman cantik.<br />
<br />
Saya suka sekali berkunjung ke taman-taman kota, bahkan kadang dibela-belain pergi ke taman yang lokasinya cukup jauh sekalipun. Banyak sekali aktivitas yang bisa dilakukan di taman: olahraga, membaca buku, makan siang bersama teman-teman (ataupun sendirian, biasanya ini terjadi hari Sabtu kalau teman-teman saya yang lain lagi nggak ke perpus), bermain bersama hewan peliharaan (si Monic selalu gembira pergi ke taman karena banyak anjing-anjing unyu yang bisa dia godain. Yah walaupun anjing-anjing disini kebanyakan sih sombong, nggak mau digodain sama orang lain), duduk santai ngobrol bersama teman atau keluarga, dan yang paling utama adalah berjemur. Salah satu dosen saya mengklaim jika setengah dari populasi negara ini kekurangan vitamin D akibatnya jarangnya orang-orang disini terpapar sinar matahari. Jadi nggak heran, kalau matahari bersinar cukup cerah, semua orang langsung menyerbu taman terdekat buat berjemur.<br />
<br />
Kegiatan lain yang sering saya lakukan di taman adalah duduk diam dan memperhatikan sekitar. Saya sangat menyukai hal ini, mungkin bias dibilang ini salah satu hobi saya: <i>observing. I observe anything, </i>mulai dari ekspresi orang-orang, <i>fashion </i>yang mereka gunakan, menebak-nebak apa yang ada di pikiran mereka berdasarkan ekspresi wajah dan bahasa tubuhnya, kegiatan yang sedang mereka lakukan, dan lain-lain. Melakukan hal ini mungkin juga salah satu perwujudan saya sebagai makhluk sosial, <i>to assure myself that I'm not alone in this big universe.</i><br />
<br />
Taman paling dekat yang bisa saya akses dari rumah adalah Talacre Garden. Ukurannya cukup kecil, dengan jalan setapak yang sering saya jadikan <i>shortcut </i>untuk mencapai halte bus. Karena ini adalah taman yang saya lihat hampir setiap hari, menarik sekali rasanya memperhatikan ia berubah dari musim gugur, musim dingin, musim semi, dan sekarang hampir memasuki musim panas. Daun-daun yang berwarna merah dan oranye di musim gugur itu akan meranggas seutuhnya, meninggalkan ranting-ranting yang kedinginan tanpa daun di musim dingin. Tunas baru seakan melambangkan harapan manis akan hadirnya musim semi, dan lalu semua warna hijau akan kembali menghiasi pohon-pohon itu saat musim panas tiba. <i>It's like human life. We born, grow, and eventually will die.</i><br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhM_5TfVFGhabobCOOAMZa5-D_bLJsqMSyO0KnZPX64wbJpMrHHcC0AY9Ri1iQH1LwwOJLeYo_wsvMvDdVAb4keQUl2Ox42-90DIDAbBwC9owvfRz2XrPOQpgVmnqS0AB8tvrGh8T2wVw/s1600/20150203_082943.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhM_5TfVFGhabobCOOAMZa5-D_bLJsqMSyO0KnZPX64wbJpMrHHcC0AY9Ri1iQH1LwwOJLeYo_wsvMvDdVAb4keQUl2Ox42-90DIDAbBwC9owvfRz2XrPOQpgVmnqS0AB8tvrGh8T2wVw/s320/20150203_082943.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Talacre Garden during winter season (January 2015)</td></tr>
</tbody></table>
<i></i><br />
<i>Green space </i>favorit saya sepanjang saya di London, tak lain dan tak bukan, adalah Hampstead Heath. <i>Heath </i>sendiri sepanjang pemahaman saya bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia adalah padang, suatu dataran luas yang tidak ditanami. Dan ya seperti itulah Hampstead Heath. Luasnya ditaksir sekitar 320 hektar, dan ia adalah salah satu titik tertinggi di Kota London. Dari atas Hampstead Heath kita bisa memandang Kota London, bisa melihat The Shard, St. Paul's Cathedral, indah sekali. Dan hebatnya lagi, pemandangan ini dilindungi. Tidak ada satupun gedung atau bangunan yang boleh berdiri dan menghalangi <i>view </i>dari Hampstead Heath ini. Saya benar-benar geleng-geleng kepala ketika mengetahui hal ini. Saking luasnya si Heath, saya belum selesai menjelajahi semua bagiannya. Saya biasanya datang dari South End Green <i>entrance</i>, dan pulang lewat jalan yang sama, <i>most likely</i> karena mau beli <i>pressed juice</i> favorit (£5 dapat 3 botol <a href="https://www.blogger.com/null">@750mL</a>, benar-benar <i>best deal</i>!) di Marks and Spencer.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2PDwzkw9OwIdPkcdujAx947sKQybPkQu390WgvzjQrF2meKjuvojgNdsmO8hQBazj4ichSJqiJslYHqiktb0RK7JSPHklxAE16YUsS4sy7YJTENkat3eCLgNtwCM7a7whyN_SqM-P-w/s1600/20150407_162052.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2PDwzkw9OwIdPkcdujAx947sKQybPkQu390WgvzjQrF2meKjuvojgNdsmO8hQBazj4ichSJqiJslYHqiktb0RK7JSPHklxAE16YUsS4sy7YJTENkat3eCLgNtwCM7a7whyN_SqM-P-w/s640/20150407_162052.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hampstead Heath</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<i>Green spaces </i>di London juga menjadi rumah yang nyaman untuk beberapa margasatwa. Paling umum tentunya berbagai jenis burung (terutama burung merpati) dan tupai. Beberapa taman juga mempunyai kolam yang dihuni oleh angsa, bebek, dan unggas-unggas lainnya. Cantik sekali. Aturan tidak boleh memberi makan hewan-hewan liar tersebut berlaku di <i>green spaces </i>di London, tapi saya sering sekali melihat turis-turis memberi makan angsa dan tupai di St. James' Park. Kadang-kadang saya melihat ada sisi diskriminasi juga disini. Kalau angsa yang cantik putih bersih atau tupai yang lucu semua orang berebut ngasih makan. Kalau bebek-bebek pendek warna coklat atau burung gagak, nggak ada yang ngelirik.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5j7gvI97TyhyphenhyphenAH08cdDSmh152WoKTb10hKluCw0I_d_HJEl_MED1BbvoY-jlqfwv_CoV4b2vDS3VGsOAVymAXAHJZqHIInw7HlX9b_l7kAQpBx_veJaBCqpRUFqsoQ4h8uNVcidgiBA/s1600/20150321_091948.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5j7gvI97TyhyphenhyphenAH08cdDSmh152WoKTb10hKluCw0I_d_HJEl_MED1BbvoY-jlqfwv_CoV4b2vDS3VGsOAVymAXAHJZqHIInw7HlX9b_l7kAQpBx_veJaBCqpRUFqsoQ4h8uNVcidgiBA/s400/20150321_091948.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Home for birds</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
Tulisan ini beneran akan menjadi novel kalau saya ceritakan satu-satu tentang semua taman yang sudah pernah saya jelajahi. Jadi, silakan menikmati foto-foto di bawah ini ya! <i>Caption </i>yang saya sediakan semoga membantu agar foto tersebut dapat bercerita lebih banyak.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLtdkDmDJc4nn3sQU0LOk_cm0YXXwvlaPkCqBXDMmGBqk9FJ2KY00guVYpl7MWwLXdX9w4kZlHkaRGm-df3vuSC4GuPQKLFh-H3meKcsaZHE0yzUwCxijK_Ie84hMC7uJJ_i1Ka_P6xA/s400/20150408_144503.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="225" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>St James' Park during autumn season (October 2014). This park located opposite to the Buckingham Palace, the home of the Queen. You can see London Eye in the background. Yes, it's also close to Big Ben and London Eye!</i></td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguoT8PFbTPkLwyH48hcEJzAB4GVNjmHDEg2RPHBId9e78COfAmtmzoLsvZ1G8Js1vG-8pv_xv03_Jh-8PbQ_sIDWdpb1SZYyL8d4HTzojhXC3GW8zs0nd-z4OpX2xIsgu54WH4CyPbFQ/s1600/20141224_151221.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguoT8PFbTPkLwyH48hcEJzAB4GVNjmHDEg2RPHBId9e78COfAmtmzoLsvZ1G8Js1vG-8pv_xv03_Jh-8PbQ_sIDWdpb1SZYyL8d4HTzojhXC3GW8zs0nd-z4OpX2xIsgu54WH4CyPbFQ/s400/20141224_151221.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>St James' Park during winter season (December 2014)</i></td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdNtmVg0i6MQhzWQlGnKk50J__7WfAHat65KW6YrsFDL6ntjjY8BX7HxbaIVHcW9NfrnybPtoET8x83VXutQxnLUtoUvXODDLGOOwnZ6IHjUFddunG9thbS66zH4dGHL4mvD7wxpx_Qw/s1600/20150408_130222.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdNtmVg0i6MQhzWQlGnKk50J__7WfAHat65KW6YrsFDL6ntjjY8BX7HxbaIVHcW9NfrnybPtoET8x83VXutQxnLUtoUvXODDLGOOwnZ6IHjUFddunG9thbS66zH4dGHL4mvD7wxpx_Qw/s400/20150408_130222.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>St. James' Park during the cherry blossom season (transition between winter to spring), April 2015</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgV86jhvuUBBy8HGbqBW8pPIn_IzDfKYiVPSZtl_GwBcg0wzx8DL2ppy3H2tWUv-CHM810ouEdZYizf3SF9qswk8TgRKxGvMI-z-dApjCbwcJHPF8ET9IDtXaIF64EUHpVEzA5vKCtdDA/s1600/20150525_181435.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgV86jhvuUBBy8HGbqBW8pPIn_IzDfKYiVPSZtl_GwBcg0wzx8DL2ppy3H2tWUv-CHM810ouEdZYizf3SF9qswk8TgRKxGvMI-z-dApjCbwcJHPF8ET9IDtXaIF64EUHpVEzA5vKCtdDA/s400/20150525_181435.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Carnival in Hampstead Heath</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFTB36Mm1Cjgw-HhDZctfo5GNc0oN_PsCN8awCPiEhmmQcTzK1cQweEWSnJv70qtEVabtRULnkpv-TjU1tpmnfLwfUgexnT-MbfRUJ04Refpj-hu3z1-xTtmzcXvW3DbV6jiJ8A5suFg/s1600/20150508_164126.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFTB36Mm1Cjgw-HhDZctfo5GNc0oN_PsCN8awCPiEhmmQcTzK1cQweEWSnJv70qtEVabtRULnkpv-TjU1tpmnfLwfUgexnT-MbfRUJ04Refpj-hu3z1-xTtmzcXvW3DbV6jiJ8A5suFg/s400/20150508_164126.jpg" width="225" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Tulips in Holland Park, Notting Hill. I really love this park! This is surely one of the hidden gems London had. You can even find peacocks (below) here, as well as Japanese-themed Kyoto Garden.</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKZVsgEgBeiJeMjInGqU6S4b2JSM7Pb9RkjwlaYZfDXZrFg6jq5yLi6_Tx5Ra0XFsqPih_VHJu5VDJvADangeA5mfiqp3bprhHjJdMGOHb3wsIbZ5EVjKus9J0mbEZji0r_N6x_cZKmA/s1600/20150508_163909.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKZVsgEgBeiJeMjInGqU6S4b2JSM7Pb9RkjwlaYZfDXZrFg6jq5yLi6_Tx5Ra0XFsqPih_VHJu5VDJvADangeA5mfiqp3bprhHjJdMGOHb3wsIbZ5EVjKus9J0mbEZji0r_N6x_cZKmA/s400/20150508_163909.jpg" width="225" /></a></div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4u3CDAB_Qx3QiKMd8jfE8xTxb-49VlarqMcCC8TFUUjwpWBT9Ii1yiqbP65HYGJuZCU9VStYnfWuBS9v02vGXTavsznCJvqcNOV6Nh3wIXlFrCtaDAE50e_wDFlUlhbdTyCe-ZiU47A/s1600/20150421_171226.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4u3CDAB_Qx3QiKMd8jfE8xTxb-49VlarqMcCC8TFUUjwpWBT9Ii1yiqbP65HYGJuZCU9VStYnfWuBS9v02vGXTavsznCJvqcNOV6Nh3wIXlFrCtaDAE50e_wDFlUlhbdTyCe-ZiU47A/s400/20150421_171226.jpg" width="225" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Tavistock Garden, one garden near to UCL Main Campus. It was still cherry blossom season when I took this photo. Lovely</i>!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPideBLxTjQnXPnptveIaf6tunysgmg5OCvqNfvUGitial7AEleJGpZ-C62ST86MsxkKrdAkeQ9UOVa2jABxNv94E5-L-6idTT8lBpndFy1T0pEvHMun-ge5HxQmd3koOICS93I-7bQA/s1600/20150418_195938.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPideBLxTjQnXPnptveIaf6tunysgmg5OCvqNfvUGitial7AEleJGpZ-C62ST86MsxkKrdAkeQ9UOVa2jABxNv94E5-L-6idTT8lBpndFy1T0pEvHMun-ge5HxQmd3koOICS93I-7bQA/s400/20150418_195938.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Athletic track in Hampstead Heath</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQdpuPth0fali7TWn9-HYyxqi34qYDeFMuW-C7d9GU5UimMIp5OuZ2wY0b451X2EdcyGhhm-FbYD_F4FsepRQqQUerNaCZnYsRn23psrKNRSQTj_UsNQNjyJvCNIyaVZm508HWjVJYaA/s1600/20150418_191639.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQdpuPth0fali7TWn9-HYyxqi34qYDeFMuW-C7d9GU5UimMIp5OuZ2wY0b451X2EdcyGhhm-FbYD_F4FsepRQqQUerNaCZnYsRn23psrKNRSQTj_UsNQNjyJvCNIyaVZm508HWjVJYaA/s400/20150418_191639.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>One of the ponds in Hampstead Heath</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTMuPo9HeUkZmYPHEx5_WrUQ2YqgTGqKjNkuzeTDHLwee_c1KUaGh6mSqLYzSd9YkxCZlLhuKHPuxn7zugADyqK8_gNMJSRecAjvgGNBqorFue057Sa2arso_kNKCC9zzH8aKmqIAHCw/s1600/20150408_125353.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTMuPo9HeUkZmYPHEx5_WrUQ2YqgTGqKjNkuzeTDHLwee_c1KUaGh6mSqLYzSd9YkxCZlLhuKHPuxn7zugADyqK8_gNMJSRecAjvgGNBqorFue057Sa2arso_kNKCC9zzH8aKmqIAHCw/s400/20150408_125353.jpg" width="225" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Yellow daffodils at Green Park during spring season (April 2015). This park located near St. James' Park and Buckingham Palace.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgknTrNeWgrN7nY_FInmP1JXrH4TsaYrDOhK24uZIwqvnsFwzLlTLyk34VobO1QlxSay12z4OXUilXnPEf6XmkLwyklQAZsf12OfgIwFlvrS-T7cmOit4a6K0PFWgC5FtRETk49UbqJYA/s1600/20150321_100316.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgknTrNeWgrN7nY_FInmP1JXrH4TsaYrDOhK24uZIwqvnsFwzLlTLyk34VobO1QlxSay12z4OXUilXnPEf6XmkLwyklQAZsf12OfgIwFlvrS-T7cmOit4a6K0PFWgC5FtRETk49UbqJYA/s400/20150321_100316.jpg" width="225" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Regent's Park during spring season (April 2015)</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcP-B5hPsqArro3ox1qflKzgtROW2beIO6CYaoq391ylQCwvrnENjh3o-UbyHiTyh_zU5Kq0QoDcubuD_4DnyEEfBHsMVMLyT7mluc2666dzeKBrMClRXyye59q2Ko4zYQDtJFdMeYcg/s1600/20150307_131751.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcP-B5hPsqArro3ox1qflKzgtROW2beIO6CYaoq391ylQCwvrnENjh3o-UbyHiTyh_zU5Kq0QoDcubuD_4DnyEEfBHsMVMLyT7mluc2666dzeKBrMClRXyye59q2Ko4zYQDtJFdMeYcg/s400/20150307_131751.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Greenwich Park (March 2015). Do you reckon the name? Yes, it is located near the zero point of Greenwich Mean Time, the standard time used worldwide! We can also enjoy London from above here. Apart from this park, Greenwich area also offers so many fascinating touristic spots like The Dock, museums, chapels, etc.</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjntJO8zvni6HLk66X11WAGf6-9EP9XFjmM1cVQJCRET49ElKxa6KpyyqawQEhligE8prxSrtYlNnbKvwLsWjB1F-axtZvm-MnlLS7NMY8jl-mgYmsuZuK0oIrnnQ3LPpKjAZ_CnemZnQ/s1600/20150116_083133.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjntJO8zvni6HLk66X11WAGf6-9EP9XFjmM1cVQJCRET49ElKxa6KpyyqawQEhligE8prxSrtYlNnbKvwLsWjB1F-axtZvm-MnlLS7NMY8jl-mgYmsuZuK0oIrnnQ3LPpKjAZ_CnemZnQ/s400/20150116_083133.jpg" width="225" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Margravine Cemetery, an old cemetery in Borough of Hammersmith and Fulham. I love the classy, nostalgic feeling of this place. The graves here are dated between 1869 until 1945. It was bombed twice during the Second World War, but then was refurbished in 1965.</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sekian dulu cerita saya. <i>Oh, I could not imagine how much I will miss the lovely green spaces in this city!!!</i></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-38106847318978545252015-06-09T01:19:00.000+07:002015-06-11T07:46:23.661+07:00[#NulisRandom2015] Day Eight - London (Episode: Underground)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Pertama-tama, ijinkanlah saya mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya karena tiga hari ke belakang saya tidak menulis apa-apa. Kecuali disertasi. Dan <i>literature review</i>. Atau curhatan penuh tangisan pada sahabat. Tapi kan semuanya itu tidak mungkin saya <i>posting</i> di blog ini sebagai bagian dari #NulisRandom2015. Jadi jelas dong, sebenarnya saya sudah kalah dalam tantangan #NulisRandom2015 ini. Tapi saya menolak untuk kalah, dan memutuskan untuk terus (mencoba) melaju sampai hari ketiga puluh.<br />
<br />
Selama seminggu ini (8 Juni-14 Juni 2015), postingan saya akan serba London! Yup, saya akan berbagi cerita mengenai banyak hal menarik yang saya temui di ibukota Inggris ini. <i>Disclaimer </i>dulu: semua yang saya tulis murni adalah sudut pandang dan pengalaman pribadi saya, <i>so </i>bisa jadi banyak hal yang tidak bisa digeneralisir.<br />
<br />
Seperti yang sudah diketahui masyarakat luas (sok terkenal), saya sekarang bermukim di London dalam rangka menyematkan gelar Master of Science di belakang nama saya. Hari ini adalah hari ke-260 sejak saya turun dari pesawat Garuda Indonesia yang menerbangkan saya dari Jakarta ke London. Hari ke-260 sejak terakhir kali saya merasakan keringatan di suhu 30 derajat Celcius, 260 hari sejak terakhir kali saya transaksi menggunakan selembar kertas merah bergambar Soekarno-Hatta, 260 hari sejak saya menggandeng tangan <a href="http://ariesadhar.com/" target="_blank">mas ini</a>.... Oke, mulai sinetron.<br />
<br />
Salah satu pengalaman baru yang saya alami di jam-jam pertama saya tiba di London adalah naik <i><a href="https://www.tfl.gov.uk/corporate/about-tfl/culture-and-heritage/londons-transport-a-history/london-underground" target="_blank">underground</a></i> alias kereta bawah tanah. <i>Underground</i> ini lazim juga disebut dengan <i>tube. </i><br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSLESSKQeU3KI6ru-jlCZrWtivGtiLQjGjh92cB-FrNOuLxHSC-cFcHtwPmHAZosA-pQaOx-l73ufMofkQ5wJoVoZF7kI4MR4upIr907kJM3l1HdgAck4LjhWIgr26Erc4p3oE4o3Ylw/s1600/tube-train_2016780c.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="199" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSLESSKQeU3KI6ru-jlCZrWtivGtiLQjGjh92cB-FrNOuLxHSC-cFcHtwPmHAZosA-pQaOx-l73ufMofkQ5wJoVoZF7kI4MR4upIr907kJM3l1HdgAck4LjhWIgr26Erc4p3oE4o3Ylw/s320/tube-train_2016780c.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Source: telegraph.co.uk</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<i>Underground </i>adalah salah satu mode transportasi masal yang gampang banget dijumpai di London, tinggal cari saja tempat dengan tanda seperti ini:<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4UFL2nFciBNNcuciJONiRUuZsRBSL07cN6fA6OBRp5oMhWjaC1eu3RzdOozBBSYT7J-rnoWwK7-qlexzCySUad4DZNypEESeYHb52YJDcDwRxvMR8s1kKvwH2wQaFtMgQFwV55AWDSw/s1600/underground+logo.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4UFL2nFciBNNcuciJONiRUuZsRBSL07cN6fA6OBRp5oMhWjaC1eu3RzdOozBBSYT7J-rnoWwK7-qlexzCySUad4DZNypEESeYHb52YJDcDwRxvMR8s1kKvwH2wQaFtMgQFwV55AWDSw/s1600/underground+logo.png" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Source: creoglassonline.co.uk</td></tr>
</tbody></table>
<i>Underground </i>dibagi menjadi beberapa <i>line </i>berdasarkan rutenya: Northern, Piccadilly, Victoria, Metropolitan, Bakerloo, Hammersmith and City, Circle, District, dan Jubilee. Di gambar di bawah bias juga diperhatikan bahwa ada pembagian zona untuk transportasi di London ini.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8sgyW94tBpx7DVen8b0Rx3Zt5LP5aUMaous2xikflepuwahjBJnR8vB-RpUmeWN8HNE1tnB196_fMQRFCGEPksOCPl-JAYfstLtBPe_omdXDbKucuL3IG8uV1e8yzTHyEDUuEq7zJ5g/s1600/tube_map.gif" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="425" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8sgyW94tBpx7DVen8b0Rx3Zt5LP5aUMaous2xikflepuwahjBJnR8vB-RpUmeWN8HNE1tnB196_fMQRFCGEPksOCPl-JAYfstLtBPe_omdXDbKucuL3IG8uV1e8yzTHyEDUuEq7zJ5g/s640/tube_map.gif" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Source: bbc.co.uk</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
Bingung? Hehe.. sebenarnya nggak sesulit itu kok! Asalkan kita tahu stasiun keberangkatan dan tujuan akhir kita, mudah sekali menelusuri <i>line</i> apa yang harus kita gunakan dan dimana kita harus pindah <i>line </i>jika diperlukan. Petugas-petugas yang ada di setiap stasiun juga akan dengan senang hati membantu kita, dan di keretanya sendiri ada informasi suara dan teks berjalan yang akan memandu kita. <br />
<br />
Kelebihan <i>underground</i> dibanding moda transportasi lain adalah kecepatannya. Ruang bawah tanah tentunya bebas macet, kecuali jika ada gangguan <i>major </i>yang bikin <i>delay </i>parah. Saya pernah terlambat satu jam ke tempat praktek kerja karena seorang pria dilaporkan melakukan percobaan bunuh diri dengan berdiri di lintasan <i>underground. </i>Kelebihan lain adalah daya angkutnya yang cukup besar, tidak seperti bus yang bisa banget menolak penumpang kalau udah kepenuhan, nggak peduli bahwa saya udah hampir nangis nunggu 20 menit di tengah hujan di musim dingin. tapi walaupun daya angkutnya cukup besar, penolakan penumpang bias tetap terjadi kalau lagi jam sibuk. Tapi tenang saja, kereta lain akan muncul dalam rentang waktu 3 menit, jadi agak tenang.<br />
<br />
<i>Underground </i>ideal digunakan jika kita ingin pergi ke tempat yang cukup jauh karena akan menghemat waktu. <a href="https://www.tfl.gov.uk/fares-and-payments/fares?intcmp=1648" target="_blank">Tarif </a><i><a href="https://www.tfl.gov.uk/fares-and-payments/fares?intcmp=1648" target="_blank">underground</a> </i>adalah yang termahal di antara moda transportasi London lainnya. £2.50 adalah harga minimal, untuk berpindah dari satu stasiun ke stasiun lain yang berada di zona 1 dan 2, dan harganya akan lebih mahal seiring makin luar zona-nya.<br />
<br />
Kekurangan lain dari <i>underground </i>adalah dia berada di bawah tanah, sehingga beberapa <i>privilege </i>yang bias kita nikmati di atas tanah akan hilang. Pertama, tentunya kita butuh naik turun tangga, baik tangga berjalan alias eskalator, atau tangga 'diam' yang ideal untuk melatih kapasitas paru-paru. Soal tangga ini, kesalahan terbesar saya adalah nekat menapaki 171 anak tangga di Russell Square Station karena sudah terlambat kuliah. Sampai di atas, saya bersumpah saya ingin sekali pingsan <strike>dan ditolong oleh mas petugas tampan</strike>. Kedua adalah sinyal <i>handphone </i>yang otomatis langsung hilang. Beberapa provider seluler memang menyediakan layanan Wi-Fi di stasiun <i>underground, </i>tapi ya sinyalnya hanya ada pas di stasiun. Kalau keretanya sudah jalan ya <i>bye-bye </i>sinyal. Hal ini tentunya kurang bersahabat buat saya yang selalu butuh koneksi internet buat dengerin lagu via Spotify. Ketiga, adalah sama sekali nggak ada pemandangan apa-apa di luar jendela <i>underground! </i>Semuanya hitam. Jadi nggak bisa menikmati indahnya Kota London. Kecuali kalau pemandangan dalam bentuk <i>British</i> <i>gentlemen </i>tampan, rapi, wangi, bergaya eksekutif muda bisa dikategorikan sebagai aset keindahan kota ini.<br />
<br />
<i>Anyway, </i>untuk bisa naik <i>underground </i>dan SEMUA moda transportasi di London, kita harus punya sejumlah uang dalam kartu yang disebut <a href="https://www.tfl.gov.uk/fares-and-payments/oyster" target="_blank">Oyster Card</a>. Yup, semua transportasi masal di London ini <i>cashless. </i>Nggak bakal ada mas-mas kondektur yang narikin duit ongkos kita, dan jangan harap bisa naik transportasi masal apapun dengan uang tunai, walaupun kita nunjukkin duit 100 poundsterling sekalipun. Buat para pelajar, jangan lupa <i>apply </i>Oyster Card untuk <i>student, </i>karena kita bisa mendapatkan diskon 30% ongkos perjalanan. Yang adalah sangat lumayan sekali <strike>buat beli lipstick</strike>.<br />
<br />
Bagian tidak terpisahkan dari <i>underground </i>tentunya adalah stasiunnya. Rajin-rajinlah membaca setiap penunjuk arah di stasiun supaya tidak tersasar dan dapat menemukan jalan yang benar. Tenang saja, bahkan anak oon seperti saya bisa mengikuti petunjuknya dengan mudah. Jangan lupa, kalau naik eskalator di stasiun, berdirilah di sebelah kanan. Lajur kiri itu hanya untuk mendahului.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9ORrYQhdVZFNscmMXqVb-asR_udYf_6Kvr4UFC7q397h3c2Hl4IXVvSa5O7NNwWt1a9eEdXeGQG_tgVmOhZnbp0RjUaWrK9i6ttD21LFLeWAgRfic222AhO02uvt3y6RngbxeC-J0pw/s1600/right.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9ORrYQhdVZFNscmMXqVb-asR_udYf_6Kvr4UFC7q397h3c2Hl4IXVvSa5O7NNwWt1a9eEdXeGQG_tgVmOhZnbp0RjUaWrK9i6ttD21LFLeWAgRfic222AhO02uvt3y6RngbxeC-J0pw/s1600/right.png" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Source: balancelondon.sacoapartments.com</td></tr>
</tbody></table>
Saya punya beberapa stasiun <i>underground </i>favorit. Pertama adalah King's Cross-St. Pancras, karena banyaknya toko menarik yang tersedia di dalamnya. Plus arsitekturnya menarik kaya di film Harry Potter. Kedua adalah Hammersmith, sesederhana karena ada toko <a href="http://www.benscookies.com/" target="_blank">Ben's Cookies</a> disana. Ketiga adalah East Acton, karena bernuansa <i>classy</i> seperti tahun-tahun masa perang. Baron's Court juga cukup menyenangkan karena tangganya sedikit dan bisa jalan-jalan ke Margravine Cemetery yang ada di dekatnya. Stasiun yang saya nggak suka adalah stasiun yang banyak turisnya macam Knightsbridge, Green Park, Waterloo... Ya padahal saya juga turis, tapi kadang kalau lagi penuh banget rasanya lelah banget.<br />
<br />
Sekian dulu cerita saya mengenai <i>London underground. </i>Jangan lupa untuk selalu <i>tap-in</i> dan <i>tap-out</i> di stasiun, dan hindari mampir ke toko-toko menarik yang ada di stasiun kalau tidak ingin tergoda membeli!<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlHf-Pf96b5z085n0IQxNyHWC2l8xojWYOE9j36ceo_b1QKq_1_1D0YWxKY2N9b4MigJXk04YoTGi_cHMfc6iWANSa84yDEQN-vVVaWw-CRwY2FZiwjzn2hR_OUpooHm-NN10awiCI6Q/s1600/gap.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlHf-Pf96b5z085n0IQxNyHWC2l8xojWYOE9j36ceo_b1QKq_1_1D0YWxKY2N9b4MigJXk04YoTGi_cHMfc6iWANSa84yDEQN-vVVaWw-CRwY2FZiwjzn2hR_OUpooHm-NN10awiCI6Q/s320/gap.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Source: <a href="http://abcltd.uk.com/">abcltd.uk.com</a></td></tr>
</tbody></table>
p.s.: <i>link </i>yang saya sediakan di atas adalah sumber resmi Transport for London alias Tfl, organisasi yang mengatur semua hal mengenai transportasi di London. Silakan dibaca-baca untuk keterangan lebih lengkap ya!</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-30568801039572273162015-06-05T02:46:00.002+07:002015-06-05T02:46:26.907+07:00[#NulisRandom2015] Day Four - Sendiri<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWibShX4nj46YG1JlUBZ0E8Ll2sxqGT-a3dr4CZxjd_INUDmGPbYdhbLlPFt2oGwqodhHZFjdyuUf2RNNjO79mlPFKwWuHXahNF28t7J8_7bqB280ncNGFMhVJqyY-g9pr6UvUy8Cp3g/s1600/sendiri.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWibShX4nj46YG1JlUBZ0E8Ll2sxqGT-a3dr4CZxjd_INUDmGPbYdhbLlPFt2oGwqodhHZFjdyuUf2RNNjO79mlPFKwWuHXahNF28t7J8_7bqB280ncNGFMhVJqyY-g9pr6UvUy8Cp3g/s320/sendiri.jpg" width="320" /></a></div>
Sebagai seorang sanguinis yang juga bernaung di bawah zodiak Pisces, saya adalah definisi nyata dari 'manusia adalah makhluk sosial': tidak bisa sendiri. Saya harus berada di keramaian, bersama orang lain, untuk merasa utuh.<br />
<br />
Saya benci sendiri, karena tidak ada satu orang pun yang bisa saya ajak bicara. Saya bisa berbicara kepada Minky, boneka <i>teddy bear</i> berwarna pink stabilo berukuran jumbo yang ada di kamar saya, tapi Minky tidak akan bisa membalas semua pembicaraan saya dengan 'lebay lo, Ties'.<br />
<br />
Saya benci sendiri, karena tidak ada yang bisa saya mintai komentar tentang baju mana yang harus saya pilih saat berbelanja. Cermin-cermin di toko pakaian yang saya kunjungi bukanlah cermin sakti milik Putri Salju yang bisa bilang kalau saya adalah wanita tercantik di dunia. Saya butuh teman-teman cerewet saya yang akan memberi masukan rok model apa yang harus saya beli, warna apa yang harus saya pilih, toko mana yang memberikan penawaran diskon lebih menarik.<br />
<br />
Saya benci sendiri, karena tidak ada tindakan nyata yang mampu menyelamatkan saya dari rasa terpuruk. Tidak ada bahu <a href="http://ariesadhar.com/" target="_blank">mas ini</a> untuk bersender, tidak ada pelukan hangat Mama yang membuat segala sesuatu terasa lebih indah, tidak ada tepukan di bahu dari sahabat yang membuat semua beban terbang bagai debu.<br />
<br />
Sendiri di ruang pribadi saja sudah menyakitkan, namun sendiri di tempat publik rasanya seperti neraka. Apa nikmatnya <i>lobster roll</i> seharga £20 jika saya memakannya sendirian? Apa enaknya secangkir <i>hazelnut latte</i> jika saya harus meminumnya sendirian di sebelah suatu keluarga yang sedang berkumpul dan berbincang dengan hangat? Apa manfaatnya berdandan rapi lalu ke pub sendirian, sementara di meja sebelah sekelompok gadis sibuk bergosip seperti yang biasa saya lakukan dengan 'geng' saya?<br />
<br />
<i>Family. Loved one. Friends. They accompany me, they keep me happy.</i><br />
<i><br /></i>
<i><br /></i>
<i><br /></i>
<i><br /></i>
<i><br /></i>
<br />
<i>Wait. No, it's definitely more than that........</i><br />
<br />
<i>.......they keep me sane</i>. <br />
<br />
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-23548928727181255792015-06-03T20:31:00.000+07:002015-06-03T20:31:55.167+07:00[#NulisRandom2015] Day Three - Perpustakaan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Perpustakaan. <em>Library.</em><br />
<em></em><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTAMIjFWInzoDcDlKk22zKrgJrD35d97-0cVdBumI5roqlNy_duHNhDcgkNjaJ3qV3DaabVTgSlLj0XoDmIG9h0wgB2oqcXRT0dvF4yRMf1tFtT4cmXKPAsyumVOSHJWR_KOkXfwvlSQ/s1600/perpus+sop.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTAMIjFWInzoDcDlKk22zKrgJrD35d97-0cVdBumI5roqlNy_duHNhDcgkNjaJ3qV3DaabVTgSlLj0XoDmIG9h0wgB2oqcXRT0dvF4yRMf1tFtT4cmXKPAsyumVOSHJWR_KOkXfwvlSQ/s320/perpus+sop.jpg" width="320" /></a></div>
<em></em><br />
Apa yang ada di benak Anda sekalian jika mendengar kata perpustakaan? Sebuah ruangan dengan tingkat kebosanan yang tinggi, dipenuhi oleh orang-orang berkacamata tebal yang sedang membaca dari buku setebal bantal? Atau malah, suatu bentuk surga di dunia yang penuh dengan halaman-halaman menarik yang mengakomodasi fantasi?<br />
<br />
Saya sendiri termasuk golongan kedua. Saya senang sekali membaca sejak masih kecil. Kalau anak kecil lain bahagia dengan boneka Barbie atau Tamiya, saya akan melonjak kegirangan jika Mama saya mengijinkan saya membeli sebuah buku saat kami jalan-jalan sekeluarga. Tapi, bukan rahasia umum lagi jika membeli buku berarti mengeluarkan sejumlah uang yang cukup lumayan. Oleh karena itu, semangat mencari gratisan dalam diri saya langsung mencari ide bagaimana caranya saya bisa tetap membaca dengan pengorbanan minimal. Dan, perpustakaan adalah jawabannya!<br />
<br />
Waktu saya sekolah di <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/SMU_St._Aloysius_Bandung" target="_blank">SMP-SMA Santo Aloysius Bandung</a>, saya suka sekali ke perpustakaan walaupun penjaganya galak sekali. Saya biasanya baca majalah atau novel, dan cukup girang karena bisa menemukan novel-novel Pujangga Baru disana. Tentunya cetakan 1970an, jadi kertasnya sudah kuning dan rapuh. Tapi saya tetap bahagia!<br />
<br />
Saat di ITB, perpustakaan sayangnya bukan menjadi pilihan utama saya. <a href="http://www.lib.itb.ac.id/" target="_blank">Perpustakaan Pusat ITB</a> dahulu sangat suram, gelap, remang-remang, dan koleksinya berasal dari jaman Orde Baru semua. Perpustakaan jurusan Farmasi cukup menyenangkan, walaupun kalau mau meminjam buku rasanya seperti mau mendaftar visa untuk berkunjung ke negara lain: ribet. Pas saya lulus, si Perpustakaan Pusat ITB menjadi kinclong bersinar dan kece abis. Hahaha, emang kurang hoki. <br />
<br />
Saat kerja di <a href="http://www.dexa-medica.com/en" target="_blank">PT Dexa Medica</a>, secara tidak terduga, tersedia perpustakaan yang bisa diakses gratis oleh setiap karyawan! Koleksi buku-bukunya juga beragam sekali. Dari buku-buku sakti penunjang pekerjaan seperti AHFS Drug Information dan Handbook of Injectable Drugs, hingga novel terbaru kaya Dee Lestari dan Ariesadhar. Jurnal-jurnal kefarmasian, buku-buku <em>self-motivation</em>, surat kabar mulai dari Kompas hingga Jakarta Post, majalah mulai dari Reader's Digest hingga Cosmopolitan. Gimana saya nggak teriak-teriak dalam hati coba? Saya selalu rindu ngantor dan pergi ke perpus kalau lagi kebagian tugas keluar kota. <em>Librarian</em>-nya, kebetulan adalah teman baik saya. Jadi info ter-<em>update</em> soal koleksi perpustakaan pasti sampai ke telinga saya, kadang lengkap dengan resensinya. Mantab!<br />
<br />
Tiba di negara ini, saya benar-benar nggak habis pikir dengan perpustakaan disini. Bayangkan, di daerah tempat saya tinggal saja ada dua perpustakaan lokal yang bisa dicapai dengan jalan kaki selama 5-10 menit! Pokoknya masyarakat disini benar-benar dimanjakan oleh adanya perpustakaan yang dikelola oleh City Council. Koleksinya cukup update, menjadi <em>member </em>pun cukup mudah. Selain buat tempat membaca, perpustakaan juga menyediakan berbagai kegiatan menarik, misalnya Knitting Club yang saya temui di <a href="http://www.camden.gov.uk/ccm/navigation/leisure/libraries-and-online-learning-centres/kentish-town-library/;jsessionid=93E7827C0442182FEA43B93DFEE536CA?context=live" target="_blank">Kentish Town Library</a>. Beberapa warga senior disini saya perhatikan setiap hari jalan ke perpustakaan bahkan sebelum perpustakaannya buka.<br />
<br />
Perpustakaan kampus sih lain lagi ceritanya. <a href="http://www.ucl.ac.uk/library/sites/pharmacy" target="_blank">Perpustakaan UCL School of Pharmacy</a> mungkin menjadi tempat yang <em>paling </em>banyak saya kunjungi selama saya disini. Saya anaknya nggak bisa belajar di kamar karena godaannya banyak sekali, sebut saja tidur, makan, tidur, tidur, dan tidur. Oleh karena itu saya selalu kabur ke perpustakaan dan belajar atau mengerjakan tugas disana. Kalau lagi bosan ke School of Pharmacy, saya biasanya ke <a href="http://www.ucl.ac.uk/library/sites/main" target="_blank">Main Library</a> atau <a href="http://www.ucl.ac.uk/library/sites/science" target="_blank">Science Library</a>. Main Library-nya UCL megah sekali, kaya di cerita Harry Potter. Beberapa kali saya sempat juga ke <a href="http://www.bl.uk/" target="_blank">British Library</a>, yang aturan utamanya (menurut saya) adalah datanglah setengah jam sebelum perpustakaannya buka, kalau mau dapat tempat duduk. <br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-vmVzw_L31xBiyaFD_LtqVeuyLq1gTky6V9DvE-cChg-x4ucLiH-DnJsOrGOLtIY64Tv6H2zXEwKL5YskC-RtOzTpl6twMY6usP8oJUqMtrMBxHu8YG_zS7JKTgOTNeO6W2v9X2bLqQ/s1600/british+library.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-vmVzw_L31xBiyaFD_LtqVeuyLq1gTky6V9DvE-cChg-x4ucLiH-DnJsOrGOLtIY64Tv6H2zXEwKL5YskC-RtOzTpl6twMY6usP8oJUqMtrMBxHu8YG_zS7JKTgOTNeO6W2v9X2bLqQ/s320/british+library.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">British Library (sumber: bbc.co.uk)</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEja1lRZS0hvxLv0vFMqS4oGb_bRwFJmVNDfgJ-w3_rnZ1NKujUAePjZz4JLYJVLPX6yvjVw37DxxKSE4rqZ5qTXTKaA_OeZBIGQq14C0oISKqM-EDNTHeuuWgU-AFVvZ43sNTUbIwuJCA/s1600/perpus+sop+2.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEja1lRZS0hvxLv0vFMqS4oGb_bRwFJmVNDfgJ-w3_rnZ1NKujUAePjZz4JLYJVLPX6yvjVw37DxxKSE4rqZ5qTXTKaA_OeZBIGQq14C0oISKqM-EDNTHeuuWgU-AFVvZ43sNTUbIwuJCA/s1600/perpus+sop+2.png" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">UCL School of Pharmacy Library (sumber: ucl.ac.uk)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5khkGixskpUOu2IKZkP8V3cTaGnzTLp13knojbB0vPWYfX250aXpiThIr-izHb-C8H3-MOA3vpNuDzuE3Q4e2DVECFGgoxtT_XZwPGcMxA1Brs7IV7sHQuLTUyhDJvd0JriLUZbHrHQ/s1600/Donaldson_Reading_Room%252C_UCL.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5khkGixskpUOu2IKZkP8V3cTaGnzTLp13knojbB0vPWYfX250aXpiThIr-izHb-C8H3-MOA3vpNuDzuE3Q4e2DVECFGgoxtT_XZwPGcMxA1Brs7IV7sHQuLTUyhDJvd0JriLUZbHrHQ/s320/Donaldson_Reading_Room%252C_UCL.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">UCL Main Library (sumber: en.wikipedia.org)<br />
</td></tr>
</tbody></table>
Berebut tempat di perpustakaan adalah hal yang lumrah terjadi selama saya studi disini. Iya, walaupun perpustakaannya banyak, tetap saja semua orang rebutan! Apalagi kalau masa-masa mau ujian, beuh, dapet tempat di perpus sama susahnya kaya <a href="http://pinkishsailor.blogspot.co.uk/2015/06/nulisrandom2015-day-two-lipstick.html" target="_blank">mencari lipstik merah yang kece</a>.<br />
<br />
Setahu saya, di Indonesia sendiri sudah mulai berkembang perpustakaan-perpustakaan yang dikelola oleh Pemerintah Daerah setempat. Saya pernah lihat di Cimahi sudah ada Perpustakaan Kota, Menurut saya hal seperti ini bagus sekali untuk menumbuhkan minat baca, plus juga meningkatkan akses masyarakat terhadap literatur bermutu.<br />
<br />
Saya percaya banget sama kata-kata bahwa buku adalah jendela dunia. Iya, dengan membaca, kita bisa merasakan dunia yang belum sempat kita pijak dan rasakan. Jadi, mari pergi ke perpustakaan dan membaca!</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-20026683581202756772015-06-02T23:41:00.001+07:002015-06-03T20:32:17.414+07:00[#NulisRandom2015] Day Two - Lipstick<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4qevY23v30Lz_CLd9DlPA2hyGFd6f9d4kSaybB1kQRjmcfyhyerdom5jSbdYUfrvRGfVHYTpKIEItF7s6PlKfGzBkPVjlx_X3TEv_lnmXGysmGY5QULgcic2G5VlYlOoPn3OtGrUklQ/s1600/2015-06-02-17-36-13_deco.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4qevY23v30Lz_CLd9DlPA2hyGFd6f9d4kSaybB1kQRjmcfyhyerdom5jSbdYUfrvRGfVHYTpKIEItF7s6PlKfGzBkPVjlx_X3TEv_lnmXGysmGY5QULgcic2G5VlYlOoPn3OtGrUklQ/s320/2015-06-02-17-36-13_deco.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
I have a <i>very </i>serious problem with a small, colourful tube called lipstick. The problem can be described as severe, chronic addiction to buy and use lipstick. The main symptom is, obviously, never, can <i>not </i>get enough of lipstick.<br />
<br />
Out of a bunch of make-up things, why lipstick, you ask? Well, simply because it's the fastest way to dramatically change your appearance. Every time I feel my face is not in a good shape and very pale, a simple, quick smear of lipstick will definitely makes it better. It will give colour to your face, makes you look more alive and of course, beautiful.<br />
<br />
My affection to lipstick started when I realised that past job required an adequate make-up, since it involved public speaking. I remember, I asked my mom back then on how to choose, and to use lipstick. She chose a pink Revlon Just Bitten Kissable series for me, and yes, that was my first official lipstick (after years borrowing my mom's to be worn in special occasions).<br />
<br />
Since that, I paid special attention to lipstick. I always carry one of my lipstick in my bag. And I start to think that it's a must have daily items, because you won't know when the colour starts to disappear. I tried different shades: pink, red, a bit purple-ish, nude colours, you name it. Every time I went to a shopping mall, cosmetic booths definitely will be my destination. Whether I buy the product or not, I don't really care. Even doing window shopping on lipstick can really makes me happy. <a href="http://ariesadhar.com/" target="_blank">This gentleman</a> even said that I visited the same make-up booth thrice a month, he's been counting. LOL.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheU34pvggy5ADwbTYw0Sf_8BZDG1KrcB_nwAAAJDXaC54O4j0LIxz5yp1RoXTB88Rkgj8REXQ8F4lUMJ15r67WozgokRUOKwIVeGGySklVgyjsKTeJ0mrSUjYo3Nj0BD9GsHbq5Fv_5Q/s1600/2015-06-02-17-37-07_deco.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheU34pvggy5ADwbTYw0Sf_8BZDG1KrcB_nwAAAJDXaC54O4j0LIxz5yp1RoXTB88Rkgj8REXQ8F4lUMJ15r67WozgokRUOKwIVeGGySklVgyjsKTeJ0mrSUjYo3Nj0BD9GsHbq5Fv_5Q/s200/2015-06-02-17-37-07_deco.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Some shades I own, under yellow-ish lighting</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Taylor Swift's phenomenal red lipstick brought this addiction into different way: I craved for a red colour that can perfectly suits me. And I told you: it's hard! Finding a nice red lipstick is kind of searching for the right guy for the rest of your life. Okay, that's superlative. But you know what I mean, it is <i>that </i>hard. Even up until now I don't think I have found the most satisfied one. You have to take your complexion, your natural lip colour, and so many things into account to find your perfect red.<br />
<br />
By far I've tried different brands, from the affordable ones to the one that made me had to live like a beggar for several weeks. I don't have preferences on one particular brand, even though I have to admit that one gives you more moisture, one gives you longer lasting colour, etc. And yeah, I prefer matte finishing, because my big lips won't look that nice in glossy looks.<br />
<br />
Six out of nine lipsticks I own now are <a href="http://www.revlon.com/products/lips" target="_blank">Revlon</a>, and I love them because they're really affordable. They also have a broad range of shades, however they're not lasting that long in my lips and sometimes I think the colour is not that 'pop out' even after several layers of application.<br />
<br />
My <a href="http://www.yslbeauty.co.uk/gift-guide/$100-and-under/rouge-pur-couture/194YSL.html" target="_blank">YSL rouge pur couture</a> is my precious treasure. The glamourous feeling is undeniable when you wear it, it has a slight nice smell of a very classy perfume when you open the cap. It lasts for around 8 to 10 hours, even after some foods and drinks. But unfortunately it is not really hydrating, so a lip balm is a must before I applied it.<br />
<br />
I am currently in love with Rimmel, a UK brand cosmetic. The <a href="http://uk.rimmellondon.com/products/lips/lasting-finish-matte-by-kate-moss" target="_blank">Lasting Finish Lipstick</a> colours are said to be chosen personally by Kate Moss. It is also very affordable, however the range of shades is not that broad. It's quite creamy and I like the packaging.<br />
<br />
Another current baby for me is <a href="http://www.bourjois.co.uk/catalog/make_up/lips/lipstick/rouge_edition_velvet" target="_blank">Bourjois rouge edition velvet</a>. My friend Monica introduced them to me, and I (as expected) could not help but to reach one of them from the Superdrug's shelf. It gives a very intense colour with full coverage to lips. It comes as a liquid with applicator, which Monica said to be the plus point for Bourjois as you can apply the colour more neatly. And as its name says, it feels like a velvet in your lips, which I like.<br />
<br />
I have to admit that lips moisture is a key to have model-look lipstick appearance. Thus, I always put a lip balm before I go to bed every night. Brush the lips gently with toothbrush is also helpful for me, as it drives out the dead lips layer. And surely, gives a day break to your lips is a must, to let them breathe in the 'fresh air' without any barrier.<br />
<br />
As I said earlier, I <i>still </i>couldn't get enough. My next targets are MAC Diva and Topshop lipstick collection. Bobbi Brown is definitely also on the list, but maybe later, after some savings.<br />
<br />
xx!</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-24678756981043487472015-06-01T19:10:00.001+07:002015-06-03T20:32:30.329+07:00[#NulisRandom2015] Day One - Sarapan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Beberapa hari yang lalu beberapa teman saya <i>share </i>ajakan tentang menulis random alias apa saja setiap hari selama sebulan penuh. <i>Hmmm, what a challenge! </i>Tanpa pikir panjang saya pun membulatkan niat untuk ikutan. Sudah lama blog ini diam dalam kesendirian karena yang punyanya (sok) sibuk kuliah. Plus, ajang ini bisa jadi pemanasan untuk menulis disertasi. <i>Yeah.</i><br />
<br />
Hari pertama ini saya ingin menulis tentang sarapan. <i>Simply because I just finished my breakfast. </i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/9UZYi9kwG7fUNPfnLostKVFFMz7Gb3QRbF8NKs314uhrwnWcuqJZNs6YZ127KNUdY4iwHg=s400" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://3.bp.blogspot.com/9UZYi9kwG7fUNPfnLostKVFFMz7Gb3QRbF8NKs314uhrwnWcuqJZNs6YZ127KNUdY4iwHg=s400" width="240" /></a></div>
<br />
<br />
Hasil pengamatan saya terhadap beberapa orang di sekitar saya, ada beberapa tipe orang berdasarkan kebiasaan sarapan mereka. Tipe pertama adalah orang yang harus selalu sarapan. Biasanya, orang-orang ini sejak kecil selalu terbiasa sarapan, sehingga jika tidak sarapan, rasanya ada yang hilang dari diri mereka. Tipe kedua, adalah tipe yang pengen sarapan tapi nggak sempat. Saya banget. Kami lapar, kami tahu kami butuh sarapan, namun apa daya, waktu tak sampai. Tidur lima menit lebih lama di pagi hari itu nikmatnya berpuluh kali lipat dibanding bangun lima menit lebih awal untuk sarapan. Tipe ketiga, adalah orang-orang yang justru ogah sarapan. Beberapa bilang, sarapan malah bikin mereka mual kekenyangan dan mengantuk sehingga nggak bisa konsen belajar atau bekerja.<br />
<br />
Saya pernah membaca beberapa jurnal ilmiah tentang manfaat sarapan pada berbagai usia. Dan hasilnya ternyata bervariasi! Ada penelitian yang bilang kalau sarapan itu nggak berpengaruh banyak sama <i>performance </i>di sekolah atau tempat kerja, ada yang bilang berpengaruh. Menurut saya sih hal ini lumrah, karena banyak faktor lain yang menentukan <i>performance </i>selain sarapan. Misalnya, jumlah jam tidur. Jenis sarapannya itu sendiri seperti apa, usia... Jadi wajar kalau hasilnya tidak bisa digeneralisasi.<br />
<br />
Seperti yang sudah saya bilang, saya termasuk tipe pengen sarapan tapi nggak sempat. Waktu saya masih tinggal bersama mama-papa sih saya pasti sarapan, karena mama saya adalah tipe ibu yang nggak akan membiarkan anggota keluarganya keluar rumah tanpa segelas susu, atau segelas Energen, plus dua roti tawar aneka isi. Saat saya ngekos, mulailah hari-hari tak pernah sarapan dimulai. Minum susu doang biasanya, diikuti beberapa potong gorengan berminyak asoy yang dibeli dalam perjalanan ke kampus. Luar biasa sekali! Seiring bertambahnya usia, saya sadar bahwa saya nggak bisa tiap hari hidup dengan ubi goreng untuk memulai hari kalau saya nggak pengen mati di usia dini karena <i>myocardial infarction. </i>Saya pun mencoba hidup sehat dengan membeli oat siap saji, kemudian saya simpan di laci kantor. Jadi walaupun saya nggak sempat sarapan di rumah, saya bisa sarapan di kantor. Hal ini cukup berhasil, hingga akhirnya saya bosan makan oat tiap pagi. Lalu saya beralih ke tukang bubur ayam depan kantor. Lumayan, variasi.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/KFghrkS8MwlH80fOFcHJcqo7iiAe_4L9_XpH84-qrTSVJOh4wcgMh7QhkN4DbzFJF6UUXw=s400" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://4.bp.blogspot.com/KFghrkS8MwlH80fOFcHJcqo7iiAe_4L9_XpH84-qrTSVJOh4wcgMh7QhkN4DbzFJF6UUXw=s400" width="180" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sereal dan <i>fresh strawberry</i>, tentunya plus susu. <i>Yummy</i>!</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/Vjj2pz8xCX8gM2o0XqnqEgxjDGGylOO0_NhwLta37QNJwWz9tKRQAnQDRgrTFWyVDuCnTQ=s400" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="180" src="https://2.bp.blogspot.com/Vjj2pz8xCX8gM2o0XqnqEgxjDGGylOO0_NhwLta37QNJwWz9tKRQAnQDRgrTFWyVDuCnTQ=s400" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Toast, omelette, yoghurt, and milk coffee.</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
Ketika saya tiba di UK, saya menjadi penggemar setia sereal dan susu. Susu di sini menurut saya enak dan fresh banget, plus harganya super terjangkau. Awal-awal datang, saya nggak terbiasa harus makan sereal dan susu dingin pagi-pagi (apalagi pas lagi <i>winter</i>), jadi saya selalu memanaskan sarapan saya di <i>microwave </i>dahulu sebelum disantap. Sekarang sih saya sudah lebih bisa mentolerir minum susu dingin pagi-pagi. Omelet alias telur dadar juga menjadi pilihan saya buat sarapan disini. Versi super malas, saya kocok telor, kasih garam dan merica, lalu masukin ke <i>microwave </i>selama 40 detik. Jadi deh omelet. Hahaha...<br />
<br />
Pilihan menu sarapan tidak bisa dipungkiri dipengaruhi juga oleh kebudayaan daerah setempat. Suatu kali saya ngobrol dengan teman saya yang berasal dari Belgia. Saya cerita, di Indonesia, nasi bisa menjadi pilihan sarapan. Dia terkejut banget, karena menurutnya nasi itu 'berat' banget, mengenyangkan, masa iya sarapan nasi. Dia lalu cerita kalau dia paling suka makan roti. Seperti halnya saya bisa makan nasi saat sarapan, makan siang maupun makan malam, dia juga bisa makan roti di setiap kesempatan. Saya bilang, saya nggak suka roti. Rasanya hambar, nggak enak deh menurut saya. Teman saya ini bilang, mungkin karena saya nggak makan roti yang bener-bener baru keluar dari oven, yang lembut banget saking fresh-nya, seperti yang ia selalu makan di Belgia. Ah, sepertinya dia benar! Roti tawar di Indonesia kan kebanyakan produksi massal di industri, jadi nggak begitu <i>fresh. </i>Beberapa hari belakangan saya jadi rajin makan roti tawar tiap pagi, pilih yang <i>whole grain </i>karena saya suka teksturnya, dengan <i>topping unsalted butter </i>dan madu.<br />
<br />
Sejak jadi rajin sarapan, saya merasa saya lebih bisa konsentrasi dengan baik sepanjang hari. Plus penyakit maag saya jadi nggak sering kumat. Sekarang saya lagi menghitung hari untuk bisa kembali sarapan nasi kuning, bubur ayam, atau bacang. Rindu banget deh sama menu sarapan super-karbo itu. <br />
<br />
Nah, ini cerita sarapan saya. Kalau kamu?<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/56wowjXr8hx_zto0E6vGmyaOlpVIi4n9Y0huTyzoSxTWXjWf67nC7t-sSe3CkBXGSGjGFQ=s400" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://1.bp.blogspot.com/56wowjXr8hx_zto0E6vGmyaOlpVIi4n9Y0huTyzoSxTWXjWf67nC7t-sSe3CkBXGSGjGFQ=s400" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Banana, oat crumbles, and honey.</i></td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-26644057434650222962015-01-21T02:08:00.000+07:002015-01-21T02:08:57.126+07:00Tentang Kembali Pulang<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Postingan ini ditulis di UCL School of Pharmacy's Library, di saat dimana saya harusnya ngerjain sekitar 5 (lima) tugas yang harus dikumpulkan. Tapi tiba-tiba pengen menulis disini, dan menurut <a href="http://ariesadhar.com/" target="_blank">mentor saya</a> sih sebaiknya janganlah menunda keinginan untuk menulis, <i>or else the present idea will end up as nothing.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ceritanya <i>term </i>ini saya mengikuti satu mata kuliah yang berjudul International Perspective of Health atau biasa disingkat IPH. Saya suka kuliah-kuliah yang diberikan untuk mata kuliah ini, dan sesuai judulnya, semua kuliah kurang lebih bercerita tentang kesehatan sebagai suatu sektor yang penuh dengan dinamika (bisa juga diartikan sebagai masalah :p), termasuk mengenai sistem penyediaan kesehatan itu sendiri. Masih ingat kan cerita saya bahwa kelas saya terdiri dari 22 mahasiswa dari 19 negara, <i>so it is very interesting to know how other countries in this world manage their citizen's health. Of course, the main focus of the course is the pharmaceutical matter,</i> kan kami semua <i>pharmacist</i> alias apoteker.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu tugas berat yang diberikan untuk mata kuliah ini adalah <i>'a business proposal about a <u>pharmaceutical care service</u></i> <i>needed by your home country'</i>. Tiga aspek utama yang membuat tugas ini begitu hebring: <i>business </i>(sudah jelas <i>I know literally nothing about financial and marketing stuff.</i> Ketahuan banget jaman kuliah apoteker dulu selalu ngantuk), <i>needed by your home country</i> (lah kayanya kebutuhannya banyak banget sampai bingung milihnya), dan tentunya karena nilai saya sepenuhnya ditentukan dari si <i>paper </i>ini. <i>No exam. Just this 5000 words paper and a 10 minutes presentation will determine my future</i> (dramatis lebay). Dan dari ketiga aspek tersebut, aspek nomor dua adalah aspek yang bikin saya 'gatel' pengen nulis postingan ini. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Yes, it's about my home country.</i> Banyak sekali orang yang bilang saya idealis karena punya cita-cita ketinggian semacam 'memajukan sistem kefarmasian di Indonesia'. Tapi saya selalu bilang sama mereka semua kalau saya pasti bisa. Pinjam istilahnya <a href="http://sheltyjuliavionni.tumblr.com/" target="_blank">nona ini</a>, 'kalau mimpi aja nggak berani, apalagi bertindak nyata'.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semua idealisme saya rasa-rasanya makin termanjakan sejak saya datang kesini, ke negara yang sistem kefarmasian (dan kesehatan secara umum)-nya sudah sedemikian maju, ke universitas dengan sejuta fasilitas yang bisa diakses dengan sentuhan tangan di laptop atau <i>gadget</i>. Pun dengan orang-orangnya, 90% orang yang saya temui disini adalah orang-orang dengan optimisme tinggi. Kalau saya debat dengan mereka dan nada-nada negatif penuh pesimisme mulai keluar dari mulut saya, mereka malah akan mengernyitkan dahi seolah berkata <i>'there's no such thing as impossibility'</i>. Semua hal-hal tersebut membuat saya semakin mantab dengan pemikiran bahwa cita-cita saya bisa terwujudkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun akhir-akhir ini saya mulai sering mempertanyakan ke-percaya diri-an saya sendiri. Membuat analisis SWOT untuk tugas yang saya sebutkan tadi membuat saya terpana karena kolom T memuat banyak sekali poin yang, menurut saya -- sampai dengan tulisan ini dibuat, adalah hal yang sulit untuk dicari solusinya, atau ada solusinya tapi tingkat keberhasilannya minimal. Hubungan interpersonal dengan sesama tenaga kesehatan, kebijakan (dan anggaran) negara untuk bidang kesehatan (tak usahlah saya menyebutkan empat huruf itu disini), budaya resistensi dalam menerima perubahan, kualitas SDM, itu beberapa yang saya pikirkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya sadar bahwa mungkin saja semua yang saya pikirkan di atas tidaklah seburuk kenyataannya, tapi tetap saja saya jadi berpikir tentang hal yang akan saya hadapi saat saya pulang ke tanah air tercinta nanti. Berhadapan dengan sistem yang belum ajeg, dengan pola pemikiran yang cenderung sempit dari beberapa kepala, dan dengan segala keterbatasan (saya sebenarnya nggak sampai hati menulis 'keterbatasan' karena berkonotasi buruk, tapi 'limitasi' hanyalah bentuk serapan yang bermakna sama, jadi saya memilih yang pertama). Contoh paling gampang saja, akses literatur. Artikel yang baru banget kemarin keluar bisa diunduh dalam hitungan detik disini, textbook edisi terbaru tersedia dalam jumlah mumpuni di perpustakaan. Tak usahlah saya menyebutkan keterbatasan tersebut sampai ke ranah penghargaan material bagi sebuah profesi, karena saya sudah legowo (sambil tepok-tepok dada liat nominal gaji jurusan sebelah) dari entah kapan bahwa profesi yang saya pilih ini setengahnya adalah kerja sosial. Contoh lain yang menurut saya krusial adalah support. Dukungan. Dari siapa saja, mulai dari rekan sejawat hingga masyarakat pada umumnya. Dukungan moril untuk mewujudkan sesuatu yang dianggap nggak mungkin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu kemudian saya takut idealisme saya akan pupus seiring waktu saat saya kembali pulang nanti. Karena saya tidak cukup tabah dan kuat hati. Karena sisi manusia saya (atau bisa disebut egoisme) berteriak lebih keras dari sisi manusiawi (<i>humanity</i>) saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi ada satu hal yang membuat saya tersenyum. Hasil mengobrol dengan kawan-kawan satu tanah air, terutama yang berasal dari <a href="http://www.lpdp.depkeu.go.id/" target="_blank">beasiswa </a>yang sama, membuat saya menarik kesimpulan bahwa saya tidak sendiri. Ada banyak anak muda lain yang ingin sistem negara tercinta bisa lebih baik. Dalam hal apa saja, tidak hanya kesehatan. Mengobrol dengan beberapa rekan sejawat yang berpandangan sama dengan saya juga sangat-sangat menyenangkan, <i>brainstorming sessions</i> dalam bentuk e-mail panjang selalu menguatkan saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin kegalauan ini adalah fase yang memang harus saya lewati sebagai bagian dari dinamika hidup manusia, dan semoga hal-hal kurang baik yang saya bayangkan tidak akan benar terjadi. Biar bagaimanapun, kembali pulang memang adalah hal yang saya rindukan. Selain karena cita-cita luhur seperti yang saya utarakan di atas, juga karena saya kangen sama semua gorengan plus cabe rawit, pecel lele, dan buah pepaya yang dipotong-potong lalu diberi perasan lemon di atasnya!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
-London, 20 Januari 2015 </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-5406927801843752452015-01-18T00:02:00.001+07:002015-01-18T03:49:53.652+07:00Ketika Term 1 Usai<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
London, 17 Januari 2015. Selamat tahun baru (yang sangat terlambat) semuanya! Sudah hampir 4 bulan saya berada di negara ini, dan pencapaian saya dalam hal menulis blog ini sangat minim. Memalukan memang, hahaha.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat saya menulis postingan ini, saya sedang melalui minggu pertama saya di Term 2 kuliah Master ini. <i>Whoa, time flies!</i> Rasanya baru kemaren saya membongkar koper saya saat pertama datang ke London, dan sekarang Term 1 sudah saya lewati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Term 1, sebagai term pembuka, tentunya menawarkan banyak cerita. <b>Adaptasi</b>, itu hal pertama yang saya hadapi ketika Term 1 dimulai. Gimana nggak, sudah dua tahun nggak mengecap bangku kuliah, eh sekarang harus kembali menjadi mahasiswa dengan kondisi <i>everything in English</i> pula! Syukurlah saya sekolah di London, dimana orang-orangnya mempunyai <i>British accent</i> yang cukup <i>understandable</i>. <i>Pace </i>dan intonasi para dosen dalam mengajar pun cukup bisa diikuti, sehingga saya sama sekali tidak pernah menggunakan <i>voice recorder</i> yang saya siapkan dari Indonesia dengan tujuan untuk merekam kuliah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kelas yang saya ikuti adalah suatu <i>international class</i>, 22 orang mahasiswa di program ini berasal dari 19 negara di 5 benua di dunia. <i>Can you imagine how amazing our class is?</i> <i>English is not first/native language for most of us</i>, jadi kami saling membangun satu sama lain. Suatu kali saya pernah curhat sama beberapa teman sekelas bahwa saya cukup <i>nervous </i>untuk melakukan presentasi dalam bahasa Inggris untuk suatu mata kuliah, dan jawaban mereka membuat saya <i>happy</i>: <i>'Why should you worry about it? Your English is good!'. Yay! </i>Saya jadi semakin bersemangat!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Term 1 diwarnai oleh <i>taught sessions, oral presentations, writing assignments,</i> dan tentunya <i>clinical placement</i>. <i>Taught sessions</i> yang diberikan meliputi <b>farmakoterapi </b>untuk beberapa penyakit yang menjadi prioritas WHO, juga tentang <i>pharmaceutical care</i> (terutama tentang <i>role of pharmacist</i>), dan mengenai <i>critical appraisal. </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Diabetes, cardiovascular, respiratory,</i> dan <i>infectious diseases</i> adalah makanan sehari-hari saya selama Term 1 ini. Saya memang punya ketertarikan terhadap <i>pharmaceutical care</i> di area <i>cardiovascular diseases</i> alias penyakit jantung dan pembuluh darah, sehingga kuliah-kuliah yang berat tetap saya lakukan dengan semangat. Pemahaman mengenai terapi penyakit-penyakit tersebut makin diperkuat karena kami harus menjalani <b><i>clinical placement</i></b>, dimana kami melakukan kunjungan ke rumah sakit yang ada di London dan mendalami peran layaknya clinical pharmacist di rumah sakit tersebut. Saya mendapatkan tempat <i>clinical placement</i> di Imperial College Hospitals NHS Trust, dengan penempatan utama di Charing Cross Hospital, tapi terkadang saya juga pergi ke Hammersmith Hospital dan St. Mary's Hospital.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apa saja sih yang saya lakukan di rumah sakit? Ya itu tadi, belajar menjadi seorang <i>clinical pharmacist</i>. Saya pergi ke <i>ward </i>alias bangsal tempat pasien dirawat, membaca <i>clinical notes</i> mereka untuk mengetahui penyakit yang sedang dialami oleh pasien tersebut, kemudian dari situ belajar menentukan terapi apa yang tepat digunakan untuk masing-masing pasien. Yup, untuk <i>masing-masing </i>pasien! Setiap pasien memiliki karakteristik sendiri dari segi fisiologis dan anatomi, sehingga terapi yang diberikan pun akan sesuai dengan kondisi per individual. Contohnya, pasien dengan kondisi hipertensi sebaiknya mendapatkan obat dari golongan <a href="http://www.patient.co.uk/health/ace-inhibitors" target="_blank">ACE-inhibitor</a> untuk mengontrol tekanan darah mereka, tapi ada beberapa pasien yang intoleran dengan efek samping batuk yang ditimbulkan oleh ACE-inhibitor sehingga mereka akan menggunakan obat antihipertensi golongan <a href="http://www.bloodpressureuk.org/BloodPressureandyou/Medicines/Medicinetypes/ARBs" target="_blank">ARB </a>untuk kondisi mereka. Dan selama penggunaan obat-obatan dari kedua golongan tersebut, kadar kalium di dalam darah pasien harus senantiasa dipantau karena kedua golongan obat tersebut memiliki efek samping hiperkalemia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai <i>student </i>saya tentu tidak punya hak untuk semena-mena mengubah terapi pasien-pasien tersebut, namun saya bisa berdiskusi dengan <i>clinical pharmacist</i> yang ada di sana. Banyak sekali pembelajaran yang saya dapatkan selama saya <i>placement </i>di rumah sakit, terutama ketika saya harus memilih satu orang pasien untuk kemudian saya jadikan studi kasus. Studi kasus saya yang pertama adalah tentang penanganan hipoglikemia pada seorang pasien diabetes mellitus type 2. Obat-obatan diabetes mellitus atau DM memang memiliki efek samping hipoglikemia, sehingga dalam studi kasus yang saya kerjakan saya belajar bahwa penyesuaian dosis obat anti-DM dapat membantu mengatasi hal tersebut, sambil tentunya tetap menjaga agar pasien berada dalam kondisi euglikemia dan terhindar dari komplikasi-komplikasi diabetes mellitus. Studi kasus kedua saya adalah tentang anemia pada pasien gagal jantung atau <i>heart failure</i>. Sebelum masuk ke rumah sakit, pasien tersebut tidak mendapatkan terapi untuk kondisi anemia-nya, padahal anemia sendiri dapat memperburuk kondisi gagal jantung yang ia alami. Di kasus ini saya belajar memilih terapi yang tepat untuk kondisi anemia pasien tersebut, sambil memperhatikan bahwa pasien tersebut sudah berusia cukup lanjut sehingga fungsi organnya mungkin sudah mengalami penurunan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Sounds interesting, isn't it? It is, indeed!</i> Walaupun sangat tidak mudah mengerjakan kasus-kasus tersebut, terlebih karena saya sebagai <i>pharmacist </i>dituntut untuk mengedepankan <b><i>evidence-based medicine practice</i></b>, alias pemilihan terapi berdasarkan fakta ilmiah dari penelitian yang sudah dilakukan. Dan berbicara mengenai <i>evidence-based practice </i>sendiri, kita tahu bahwa jurnal penelitian ilmiah yang beredar di luar sana jumlahnya sangat banyak, puluhan ribu jurnal tersedia. Oleh karena itu para <i>healthcare professionals</i> membutuhkan kemampuan <b><i>critical appraisal</i></b> yang mumpuni. Di Term 1 ini saya juga mendapatkan kuliah mengenai <i>critical appraisal</i> ini, dimana saya harus melakukan <i>assessment </i>terhadap suatu jurnal ilmiah untuk menentukan apakah penelitian yang dilakukan di jurnal tersebut akan memberikan benefit bagi pasien yang saya 'tangani'. Misalnya nih, suatu jurnal yang meneliti efek obat A, yang menurut data metabolismenya terkait dengan fungsi hati, untuk penyakit tertentu, hasilnya adalah obat A bermanfaat dalam menangani penyakit tersebut. Tapi kalau kita baca lebih lanjut, ternyata pasien-pasien dalam penelitian tersebut mempunyai fungsi hati yang normal, sedangkan pasien yang kita tangani memiliki fungsi hati yang terganggu. Akhirnya, hasil dari penelitian tersebut tidak dapat serta merta kita terapkan pada pasien tersebut. Oh iya, saya menggunakan <a href="http://www.casp-uk.net/#!casp-tools-checklists/c18f8" target="_blank">CASP </a>tool sebagai alat bantu melakukan <i>critical appraisal</i> untuk suatu jurnal, dan cukup membantu kok :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pengalaman menarik yang terjadi sewaktu <i>clinical placement</i> adalah saya mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan pasien. <i>Clinical pharmacist</i> memang bertugas untuk melakukan wawancara <i>drug history</i> atau riwayat penggunaan obat pasien tersebut sebelum ia masuk rumah sakit. <b><i>Drug history taking</i></b> ini bertujuan untuk melakukan rekonsiliasi terapi obat yang dilakukan oleh pasien, dan menentukan apakah terapi tersebut akan dilanjutkan karena indikasinya masih berhubungan dengan kondisi pasien saat ini, ataukah dihentikan karena indikasi obat tersebut sudah tidak cocok lagi. Oh iya, di UK pasien disarankan membawa semua obat-obatan yang biasa ia gunakan di rumah bila ia masuk rumah sakit, terutama untuk pasien-pasien penyakit kronis yang memang mengkonsumsi obat-obatan dalam jangka panjang. Menurut saya sih hal ini bagus banget, karena bisa menekan biaya penggunaan obat juga. Misalnya nih, pasien diabetes mellitus yang mengkonsumsi metformin secara rutin, daripada biaya pengobatan bertambah karena ada resep baru untuk metformin, lebih baik ia membawa metformin yang biasa ia gunakan. Apalagi di negara dengan konsep asuransi kesehatan yang berasal dari pajak seperti UK, optimalisasi biaya pengobatan melalui cara-cara demikian sangat dipentingkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Melakukan <i>drug history taking</i> ini sangat menyenangkan sekaligus menantang menurut saya. Pertama, lagi-lagi karena saya dituntut berbicara dalam bahasa Inggris yang <i>polite </i>karena yang saya hadapi adalah pasien, dan tentunya hal ini juga mengasah kemampuan <i>listening </i>saya. Beberapa pasien usianya sudah tua, mereka kadang lupa obat apa saja yang mereka gunakan. Beberapa pasien lagi malah sangat antusias karena ada yang mengajak mereka mengobrol, dan <i>drug history taking </i>yang harusnya hanya berkisar dari 5 hingga 10 menit bisa menjadi obrolan panjang berdurasi 30 menit, termasuk cerita pasien tersebut mengenai kejadian 'heroik' hemodialisis di sebuah bus padat penumpang di Karibia menggunakan alat peritoneal dialysis miliknya <i>(I miss you my cheerful Mr. S, you are such a nice person)</i>. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat seorang <i>clinical pharmacist</i> berbicara dengan pasien, ia juga dapat menanyakan apakah pasien tersebut mengalami efek samping obat yang mengganggunya atau tidak. <i>Pharmacist </i>juga bertanggung jawab memberikan konseling mengenai penggunaan obat pasien saat pasien tersebut akan pulang dari rumah sakit. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kesimpulan yang saya dapatkan dari hasil menjalani <i>clinical placement</i> ini adalah bahwa <i>pharmacist</i> di UK diterima dengan cukup baik oleh rekan-rekan sejawat dokter dan perawat, karena mereka memang mampu memberikan <i>service </i>yang mendukung kerja health care professionals yang lain. Mereka berdiskusi dengan dokter mengenai terapi, dan mereka paham betul tentang terapi pasien. Belajar tiada henti, dari pengalaman, dari kasus, dari sesama kolega. Itulah yang dikatakan tutor saya saat saya mengakui bahwa saya cukup <i>overwhelmed </i>dengan semua hal yang harus dilakukan untuk menjadi seorang <i>clinical pharmacist </i>yang mumpuni.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kejadian menarik lain di Term 1 ini adalah saya berkesempatan berbincang-bincang dengan Chief of UK Clinical Pharmacy Association, Mr. Mark Borthwick, di kantornya di John Radcliffe Hospital, Oxford. Kedatangan saya sebenarnya lebih ke arah berbincang mengenai topik disertasi saya, karena <i>project </i>yang akan saya lakukan sedikit banyak adalah 'meneruskan' <i>project </i>yang dahulu pernah beliau lakukan. Tapi kesempatan tersebut tentunya saya manfaatkan juga untuk mengobrol dengan beliau soal dunia <i>clinical pharmacist</i> sendiri. Saya bercerita mengenai kondisi di Indonesia dimana apoteker kebanyakan hanya melakukan kegiatan dispensing saja, sangat sedikit dari mereka yang bersinggungan langsung dengan pasien. Di luar dugaan saya, Mark berkata bahwa di UK sendiri pun masih banyak <i>health care professional</i> yang tidak 'ngeh' dengan keberadaan <i>pharmacist</i>. Jadi, sang <i>pharmacist </i>itu sendirilah yang bertanggung jawab membuat dirinya dikenal banyak orang. Bagaimana caranya? <b><i>Offering service. And since pharmacist is a medicine expert, the service should be on optimising the use of medicine itself.</i></b> Satu hal lagi yang beliau katakan pada saya. <b><i>Change is not done in one quick time, it needs process. And it started
with one or two people who want that change to be happened.</i></b> Ngena banget, dan mengingatkan saya kepada alasan mengapa saya ada disini. Ngomomg-ngomong, hal senada juga pernah diungkapkan Professor Barry Jubraj saat beliau menyampaikan kuliah mengenai Role of Pharmacist in Hospital, bahwa <b><i>you couldn't change the world, but (at least) at the time you die, you'll make difference(s)</i></b>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Whoa, it turns out to be a long post one!</i> Terimakasih kepada <i>hazelnut latte</i> dan Costa Camden Road (kece banget tempatnya, di pinggir sungai) yang menemani saya menulis semua ini. Semoga saya selamat secara akademik dalam melewati term-term berikutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salam manis dari London (yang selalu PHP katanya bakal salju tapi nggak saljuan terus)!</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-85303446629050109212014-11-15T06:44:00.001+07:002014-11-15T06:44:49.241+07:00'Gue pengen sekolah lagi!'<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Kata-kata 'Gue pengen sekolah lagi!' rasanya sudah cukup sering saya katakan sejak saya lulus Apoteker dua tahun lalu. Biasanya kata-kata itu rajin terlontar jika 1) saya sedang jenuh bekerja, 2) saya sedang iri hati melihat foto teman-teman Facebook yang sedang kuliah di luar negeri, dan 3) saya memang sedang di jalan yang benar: ingin menimba ilmu.</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Belajar buat saya adalah pekerjaan paling asyik di dunia. Gimana enggak, duduk manis, buka literatur, tenggelam dalam indahnya ilmu pengetahuan, dan kemudian jadi pintar. Maka dari itu, saya rindu sekali dengan bangku sekolah. Walaupun saya sama sekali nggak rindu sama ujian-ujiannya sih <strike>terutama ujian Apoteker ITB yang astaganaga banget susaaaaahnya</strike>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setahun pertama kerja, saya sama sekali nggak serius memikirkan soal rencana sekolah lagi ini. Saya terbuai banget dengan kenikmatan punya duit sendiri, kartu debit yang bisa digesek bahkan cuma buat beli yoghurt di minimarket, dan terutama jalan-jalan kemana-mana. Tapi, suatu hari di bulan Juli 2013, saya mulai mengubah omongan 'Gue pengen sekolah lagi!' menjadi sesuatu yang pasti.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semuanya dimulai ketika saya, yang pagi itu sedang sarapan di sebuah hotel di Kota Solo (biasa, kerjaan), tiba-tiba iseng membuka <i>browser </i>dan mengetik 'Master Clinical Pharmacy' di tab pencarian. Yup, itu jurusan yang saya inginkan untuk pendidikan lanjutan ini. Seperti sudah diduga, mesin pencari menunjukkan ribuan <i>entry</i>, dan hasil pencarian teratas adalah <i>website-website</i> perguruan tinggi di seluruh dunia. Saya buka satu persatu <i>entry </i>teratas, baca-baca sekilas, hingga akhirnya saya tiba di <i>website </i><a href="http://www.ucl.ac.uk/pharmacy/courses-and-PhD/msc-clinical-pharmacy" target="_blank">ini</a>. Sungguh, saat itu saya langsung mengeluarkan notes dan pena saya, mencatat alamat <i>website </i>tersebut, melingkari tulisan saya tersebut dan memberikan kalimat 'ini menarik banget sumpah!' di sebelah lingkaran tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan sejak saat itu, tujuan saya bulat untuk daftar ke program MSc Clinical Pharmacy, International Practice and Policy di University College London. Bahkan dengan gaya (atau nekat?)-nya saya sama sekali nggak menyiapkan pilihan kedua. Bukan apa-apa, saya merasa jurusan yang lain nggak begitu ngena di hati saya. Buat apa saya sekolah sesuatu yang saya nggak sukai? Ngomong-ngomong, saya baru tahu kemudian jika <a href="http://www.ucl.ac.uk/" target="_blank">universitas </a>tujuan ini masuk dalam daftar lima perguruan tinggi terbaik tingkat....... dunia. Ketawa miris banget saat tahu fakta itu!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Eh, kenapa harus di luar negeri sih Ties? Pengen nyari bule? Pengen gegayaan? Nggak. Jawabannya sesederhana saya pengen merasakan secara langsung sistem kefarmasian, terutama bidang klinis, di negara yang sudah maju. Biar nanti saat saya pulang ke negeri tercinta, saya tahu apa yang harus saya lakukan supaya kefarmasian klinisnya nggak kalah yahud sama negara-negara maju tersebut. Yah, jelek-jelek gini, saya cukup idealis soal ilmu dan penerapannya. Hehe.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap hari saya buka <i>website </i>program tersebut, sampai-sampai hapal sama semua persyaratannya. Yah, nggak ada yang mudah. Haha, ya iyalah. Yang pertama dan terutama tentunya adalah <i>motivational letter</i>, atau yang biasa saya singkat dengan motlet. Motlet ini, menurut hemat saya, adalah kunci paling kunci dari syarat pendaftaran kuliah Master. Motlet ini semacam <i>essay </i>yang menggambarkan siapa kita, <i>background </i>pendidikan dan riwayat pekerjaan kita yang <i>related </i>sama bidang Master yang mau kita <i>apply</i>, <i>future goal</i> yang ingin kita capai terkait bidang tersebut, kenapa kita cocok untuk dipilih menjadi mahasiswa program tersebut, dan tentunya kenapa kita memilih program tersebut. Saya, dengan segala keterbatasan-namun-tetap-harus-perfeksionis, mulai menulis motlet saya sekitar bulan September 2013 dan selesai di bulan....... Desember 2013. Hahaha... Iya, 3 bulan lebih untuk dua halaman essay! </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun kedengarannya bikin males, namun saya menikmati sekali proses ini. Saya <strike>yang waktu itu masih jomblo</strike> biasanya mengerjakan motlet tersebut setiap <i>weekend</i>. Tempat favorit? Pojokan Starbucks Bintaro Sektor 9, ditemani segelas hazelnut latte (biasanya <i>grande</i>. Udah nggak mempan sama ukuran <i>tall </i>doang). Pembuatan motlet ini saya mulai dengan riset kecil-kecilan soal bidang yang ingin saya tekuni (harus banget hukumnya kita paham sama bidang yang kita mau tekuni), terutama <i>update </i>terbaru soal keilmuan di bidnag tersebut. Kemudian, tentunya <i>drafting</i>. Mulai menulis (dengan segala keterbatasan dalam bahasa Inggris), hapus, nulis lagi, hapus, gitu seterusnya. <i>Proofreader(s)</i> mutlak ada banget! Soalnya kita harus memastikan orang lain paham sama apa yang kita tulis. Bersyukurlah saya, dikaruniai teman-teman yang sangat sangat baik hati yang mau proofread motlet saya, apalagi mbak <a href="http://wandering-ish.tumblr.com/" target="_blank">ini </a>yang berhasil mengubah bahasa Inggris ala anak kelas 3 SD yang saya buat menjadi rangkaian kata-kata yang <i>sophisticated</i>. <i>Couldn't thank you enough, </i>Yot<i>.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil bikin motlet, sambil mengusahakan <i>recommendation letter</i> juga dong! Program yang saya tuju mengharuskan saya mendapatkan satu <i>letter </i>dari dosen semasa kuliah, dan satu <i>letter </i>dari pimpinan tempat saya bekerja. Nah, karena ini berhubungan sama orang lain, yang tentunya juga sibuk dengan pekerjaannya, maka dari jauh-jauh hari kita sudah harus <i>sounding </i>dulu sama beliau-beliau. Saya sih tipe orang yang sukanya tatap muka, jadi waktu saya mau minta tolong dosen saya buat memberikan rekomendasi untuk saya, ya saya bela-belain pergi ke Bandung untuk bertemu beliau. Mendapatkan <i>recommendation letter</i> ini memang gampang-gampang-susah, tapi kuncinya adalah pada komunikasi <i>interpersonal </i>yang baik deh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Syarat 'heboh' berikutnya adalah kemampuan berbahasa. Karena saya pengen kuliah di Inggris, saya harus tes IELTS. Perjuangan selengkapnya tentang persiapan saya menuju tes IELTS bisa dibaca di postingan <a href="http://pinkishsailor.blogspot.co.uk/2014/06/taking-ielts-prep-test-result.html" target="_blank">ini </a>(ngiklan). Saya segitu nggak pedenya dengan kemampuan saya, jadi saya belajar dimana-mana, bahkan di pesawat terbang kalau sedang berdinas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menyiapkan semua hal tersebut nggak mudah, apalagi karena saya bekerja, Saat-saat menyerah bahkan pernah datang pada saya, saat ada sandungan yang membuat saya nggak bisa melangkah maju, apalagi mendaftar. Selama beberapa minggu saya sama sekali nggak menyentuh hal-hal soal sekolah ini, dan kerjaan saya cuma ngomel-ngomel aja. Sampai suatu sore, saat sedang berenang dengan Mbak Anis, kakak senior terbaik di mantan kantor saya dulu, saya merasa 'ditampar' dan jadi <i>gearing up</i> lagi buat bisa sekolah. Sore itu saya sibuk curhat sama Mbak Anis tentang 'Gue pengen sekolah lagi!' ini, disertai dengan omelan-omelan tentang betapa menderitanya hidup saya karena satu dan lain hal eksternal yang menghalangi jalan saya. Saat itu saya berharap dapat puk-puk dari Mbak Anis, tapi kakak cantik saya itu malah berkata 'Kamu tuh nggak pantas ngeluh. Kamu belum mulai perang, udah takut duluan'.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mbak Anis nggak sedang memarahi saya, tapi saya bersyukur karena Tuhan menyadarkan saya lewat kata-katanya. Iya, betul! Saya tuh baru wacana aja pengen sekolah lagi, tapi belum ngapa-ngapain! Sambil terus berdoa, saya kembali giat berusaha. Dan akhirnya, suatu hari di bulan Januari 2014, dengan tangan gemetar saya meng-klik tombol 'Submit application' di <i>website </i>UCL. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekitar seminggu kemudian, saya dapat e-mail dari School of Pharmacy-nya langsung, isinya memberitakan bahwa aplikasi saya sudah diterima, dan...... mereka minta saya <i>submit another essay</i>, kali ini topiknya sesuatu yang sangat fundamental tentang kefarmasian. Ketawa miris lagi. Duh Gusti, mau sekolah susah banget yo. <i>Essay </i>kali ini beres dalam waktu tiga hari, kembali merongrong ibu <a href="http://wandering-ish.tumblr.com/" target="_blank">ini </a>untuk <i>proofread</i>. Plus Mbak Anis juga buat konten-nya, saya inget banget diskusi sama Mbak Anis di Solaria Lotte Mart Bintaro hahaha...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Essay </i>kedua pun dikirim, tapi saya nggak perlu menunggu lama untuk kecewa. Pihak sekolah menyatakan aplikasi saya masih akan dipertimbangkan dan dibicarakan dahulu dengan Director of Programme-nya, karena satu dan lain hal. Membaca e-mail tersebut membuat saya menangis, jujur saja. Bukan karena sedih tidak diterima di universitas tersebut, tapi karena saya tiba-tiba merasakan semua kelelahan jiwa dan raga selama menyiapkan pendaftaran, hanya untuk ditolak. Memang sih mereka nggak menyatakan kalau saya fix 100% ditolak, tapi kata-kata dalam e-mail tersebut sangat menggambarkan bahwa probabilitas saya dapat diterima hanyalah 20-30%.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari demi hari berlalu, saya pun sudah <i>move on</i>. Kata-kata 'Gue pengen sekolah lagi!' sedang tertidur di pojok hati yang paling dalam. Saya sibuk kembali dengan pekerjaan. Hingga suatu malam, saat sedang bertelepon ria dengan <a href="http://ariesadhar.com/" target="_blank">mas-mas ini</a>, saya menerima sebuah e-mail. Dari UCL. Hati ini rasanya langsung berpindah ke mata kaki begitu membaca sender-nya. Saya baca, dan lemaslah kaki ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>I got conditional offer. From the programme of my dream.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hanya tinggal mengirimkan hasil IELTS saya, jadilah statusnya <i>unconditional offer</i>. Rasanya saat itu badan saya berubah seperti jeli, terlalu sulit untuk diam tegak. Tidak henti-hentinya saya bersyukur, sambil cubit-cubit diri sendiri, karena sesungguhnya bahkan dengan status 'dipertimbangkan' tuh ini semua terlalu manis bahkan untuk sebuah mimpi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
*</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
'Gue pengen sekolah lagi!' adalah titik awal dimana saya merumuskan mimpi ini. Namun seperti apa yang dikatakan Mbak Anis, ngomong 'Gue pengen sekolah lagi!' seribu kalipun tidak akan membuat saya sekolah, jika saya tidak berusaha. Niat tidak akan pernah bermakna jika ia diam saja disana, tanpa pupuk untuk menjadikannya nyata.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan disinilah saya, kedinginan di suhu 10 derajat kota London, menulis semua ini, suatu refleksi indah dari perjalanan saya. Terimakasih Tuhan. Terimakasih Mamah, Papah, dede. Terimakasih teman-teman caem, Terimakasih <a href="http://ariesadhar.com/" target="_blank">mas</a>. Gimanapun, dukungan doa dan semangat dari kalianlah yang membuat saya ada disini.....</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Baiklah, kembali pada <i>essay</i>. Hah, <i>essay </i>lagi? Iyalah, perjuangan yang sesungguhnya <i>justru </i>baru dimulai saat kuliah, bukan sebelumnya!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNKxMgJw9J0kTmgnj5q1A-gYqvDT2yxkwbFMdOYBn50k4jGv4PTgo9mW4F5MpXYOSFNJDi6rxcVVZFNk5tfFbLpPaNOiBQnORncjkqiIAXQOjvgZ6cpocb2NeqZEKXu3TteoW_G0Vdrg/s1600/IMG_20140708_230048.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNKxMgJw9J0kTmgnj5q1A-gYqvDT2yxkwbFMdOYBn50k4jGv4PTgo9mW4F5MpXYOSFNJDi6rxcVVZFNk5tfFbLpPaNOiBQnORncjkqiIAXQOjvgZ6cpocb2NeqZEKXu3TteoW_G0Vdrg/s1600/IMG_20140708_230048.jpg" height="320" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-40362914469048566092014-11-07T06:08:00.003+07:002014-11-07T06:08:30.466+07:00Pelayanan Paspor Online di Kanim Bandung<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Hola! Setelah lama tidak memperhatikan blog ini akhirnya saya punya waktu luang untuk sedikit santai dan posting banyak (banyak!) hal menarik yang saya alami beberapa bulan terakhir ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti sudah diketahui oleh khalayak ramai (cih), mulai September ini saya resmi menjadi mahasiswa (lagi) di salah satu kota tersibuk di dunia: London. Pindah ke tempat sejauh ini tentunya membutuhkan banyak sekali persiapan, terutama dokumen. Salah satu dokumen paling sakti buat pergi keluar negeri sudah pasti adalah paspor. Saya terakhir bikin paspor tahun 2009, dan masa berlakunya berakhir Januari 2014 kemarin. Ya sudah, akhirnya saya pun harus memperpanjang paspor untuk keperluan sekolah kali ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada saat saya membuat paspor pertama kali tahun 2009 itu, saya inget sekali bahwa saya harus datang tiga kali ke Kantor Imigrasi. Kedatangan pertama untuk mengisi formulir dan mengumpulkan dokumen yang relevan seperti akte kelahiran, kedatangan kedua untuk foto dan wawancara serta pembayaran biaya pembuatan visa, lalu kedatangan ketiga untuk mengambil paspor yang sudah jadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu itu sih gampang banget melakukan semuanya, maklum masih mahasiswa yang waktunya fleksibel banget. Sedangkan saat saya melakukan pengurusan paspor kemarin, saya sedang berstatus sebagai karyawan yang sudah jelas waktunya terbatas. Apalagi cutinya. Jadilah saya harus pintar-pintar mengatur waktu supaya bisa mengurus paspor.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untunglah teknologi informasi sudah maju! Jadilah saya berpikir untuk menggunakan layanan pembuatan paspor secara online. Asumsi saya, jika menggunakan layanan ini, saya cukup sekali saja datang ke Kantor Imigrasi, yaitu pada saat pengambilan foto dan wawancara. Jadi kan cutinya juga cukup sehari saja, hehe.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Teknologi informasi memang boleh maju, tapi saat itu, rasanya menyebalkan sekali mencoba membuat paspor secara <i>online</i>. Bagaimana tidak, mengakses website Dirjen Imigrasi sebagai langkah awal pembuatan paspor <i>online </i>tuh membutuhkan <i>effort </i>dan doa banget! Pertama, dia suka nggak bisa diakses kalau jam sibuk. Jadilah saya nongkrongin laptop subuh-subuh demi bisa akses dan masukin data pendaftaran. Kedua, dulu, pas jaman saya <i>apply</i>, semua dokumen harus di-<i>upload</i> saat pendaftaran <i>online</i>. Ini nih yang butuh <i>effort</i>, berkali-kali dokumen saya gagal ter-<i>upload</i>, padahal udah sesuai sama ketentuannya. Tapi sepertinya sekarang udah beda lagi program pendaftaran <i>online</i>-nya. Masalah krusial lain adalah menentukan hari kita datang ke Kantor Imigrasi. Ini agak <i>tricky </i>menurut saya, karena biasanya tanggal yang <i>available </i>adalah sekitar seminggu dari saat kita melakukan pendaftaran tersebut. Jadi, kalau baru daftar malam ini, sepertinya mustahil kita bisa memilih tanggal besok atau lusa untuk janji temu di Kantor Imigrasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masalah data diri dan <i>upload </i>dokumen beres, sesi berikutnya adalah membayar biaya pembuatan paspor. Waktu itu saya diharuskan bayar di Kantor Cabang Bank BNI dimanapun sambil bawa semacam surat pengantar yang akan dikirim via <i>e-mail</i> setelah kita menyelesaikan pendataan <i>online</i>. Yang patut diperhatikan adalah adanya tenggat waktu untuk membayar ke bank terkait.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah semuanya beres, maka kita tinggal datang saja ke Kantor Imigrasi di hari temu yang sudah kita pilih. Nah, disinilah saya merasakan reformasi birokrasi! Jadi di hari H, saya datang jam 7 pagi ke Kantor Imigrasi Bandung. Sudah ada antrian yang mengular, membuat saya sedikit panik. Ternyata oh ternyata, itu antrian buat yang belum melakukan pendaftaran <i>online</i>. Sedangkan buat yang sudah melakukan pendaftaran <i>online</i>, tinggal memperlihatkan <i>print</i>-an janji temu yang dikirim via <i>e-mail</i> ke petugas di pintu. Petugas kemudian akan melakukan <i>scanning barcode</i> yang ada di janji temu tersebut, selanjutnya kita dapat nomor antrian deh. Oh iya, dokumen yang harus dibawa di hari H janji temu adalah semua dokumen asli (biasanya sih KTP, KK, paspor lama, tapi bisa bervariasi tergantung kepentingan masing-masing individu), dan materai 6000 rupiah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Layout Kantor Imigrasi Bandung sudah banyak berubah dari sejak saya bikin paspor tahun 2009 itu. Bahkan mereka menyediakan <i>mother room</i>, yang menurut saya merupakan salah satu customer <i>service</i> yang oke. Proses pelayanannya juga cepat, saya cuma menunggu sekitar 15 menit untuk kemudian dipanggil ke meja petugas. Petugas akan mewawancarai kita secara singkat, pertanyaan yang diajukan pada saya sih standar seperti hendak pergi kemana, tujuannya apa, hal-hal seperti itu. Setelah wawancara, petugas akan mengambil foto kita. Untungnya, foto saya kali ini kece. Nggak kayak paspor sebelumnya, haha. Ngomong-ngomong, tutor saya disini aja bilang foto saya di paspor kece loh. Haha. Kibas poni dulu ah. Selain foto, petugas juga akan mengambil sidik jari kita. Tapi udah canggih, pake <i>finger scanner </i>gitu. Nggak kayak di Polres Cimahi yang masih pake tinta hitam haha...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>And that's all!</i> Setelah semuanya beres, kita akan diberi tanda terima untuk pengambilan paspor yang sudah jadi, yaitu tiga hari kerja setelahnya. Tiga hari kemudian saya datang dan voila, nggak sampai 5 menit antri, paspor baru sudah di tangan. Oh iya, buat Anda yang ingin memiliki paspor lamanya, harus bawa materai 6000 yah dan menandatangani semacam surat pengambilan paspor lama. Soalnya default dari Kantor Imigrasi adalah paspor lama akan ditahan jika tidak diminta oleh pemilik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekian dulu reportase (yang sudah mengendap dari bulan Juni, hahaha) mengenai pembuatan paspor online di Kanim Bandung. Pokoknya dari saya sih nilainya 8 dari skala 10 buat Kanim Bandung. Bravo!</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-13437030631752100372014-08-21T19:55:00.000+07:002014-08-21T19:55:40.612+07:00Things I'm Gonna Miss<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
It has been one year and ten months since I came to Bintaro and start my first formal job ever. Yesterday, August 20 2014, was the last day I could contribute something for my company. As usual, saying goodbye is so damn hard, especially because my work mates are so cool and awesome and kind.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Not doing the eight to five daily routine anymore makes me reminiscing the good experiences I had with this job. Surely, they're way too nice to be left behind, and here comes my thought on some things I'm gonna miss.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Doing business trip will be the main thing I'm gonna miss! This is the most awesome aspect of my past job, I could travel all around Indonesia archipelago, for free! There were works to do, of course, but I still found it very fun. Let's do the count! Out of 34 Indonesia's provinces, I've been visited 15 of them, working purpose! Wiihii... I consider that as an awesome achievement, haha! Another fact of these business trips was the super heavy schedule: I could be at three different city located at three different islands within five working days! I was boarding on a plane with the same feeling as if I jump into the angkot in front of my kosan. My kosan mates even getting used to my schedule that made me couldn't be find in kosan for a week, or even more.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
The demanding schedule also compelled me to be a creative-with-time person. For example, I had to accustomed myself on doing anything in a riding taxi, from sleep, eat, rehearse my presentation, and even doing make-up. Pak Wawan is a Blue Bird taxi driver who used to be my regular, and he was also accustomed to this habit of mine, especially when I had a 5 am flight to be caught, haha...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
But after all, traveling surely is one of the loveliest things to do on earth. I could interact with many people from many different places and cultures (all hail Indonesia and its diversity!), went to awesome places, and of course, tried many (many!) Indonesian culinary, right in its origin. Don't blame me for this overweight body of mine, because the temptations were so damn hard to resist. I mean, how come you could miss a bowl of hot Coto Makassar, even if you had a plate of Mi Titi Panakukkang's before?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Despite of that, being alone almost everywhere was another fact of the job. At the airport, at the train station, at the plane, at the train, at the hotel room, you name it. Yes, my business trip was kind of a solo trip, so clingy girl would not welcome here. I'm a genuinely sanguine and a very social girl actually, who really need to be in a group or crowd to feel happy. But I tried to enjoy my solitude, usually it is earplug and tablet and smart phone which always be my saviors. Another fun thing to do when I was alone was to monitor people's gesture around me, how they react to problem, how they communicate. One 'weird' thing that I realize is that I could reduce my fear on something 'magic' during my working time. I used to be a fainthearted person, especially when it's come to something like ghost etc, so I don't really like being alone on a place I have not ever been. But I found myself comfortable living alone at many hotel room, even ones that said to be scary. Thank God, I never encountered any scary moment, and hopefully I would never ever experience any of that.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
I think I will also miss doing my main job: public speaking a.k.a presentation. I had done presentation in many settings, from small group presentation with only five audiences, to large scale audience, for example in front of nearly 200 general practitioners. It was sometime scary, I admit, to speak scientifically in front of doctors or professors who are the masters of their respective field of practice. But I like it, especially when they appreciate what I was saying. And in my opinion, doing presentation in a small city's hospital feels more passionate than doing it in a metropolitan hospital, because the audience were really gave their greatest attention to what I delivered, asked so many questions, and sometimes they even took a note about the 'lesson' I gave.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Work mates are definitely next thing to be missed once I resign. In my department, we're working more like a family than mere office mates. Some of them are my sweet escapes, whom I could share my stories with. From laugh bursting to tear jerking stories, they always there. I think I'm gonna tell about them further on another post :) But leaving them makes me really sad. There will be no more hanging around after office hours, no more sleepover nights at their kosan, no more stupid Sametime chat, no more lunch at the Dining H(e)all, no more restroom's lame joke, and so on. Oh, here come my teary eyes. They really made my days, and made the working load to be much bearable. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Look! What a wonderful job I had! Yes, of course there were some unpleasant moments too, but I just want to remember only the gracious things and try to forget the bad ones. Hey, life is already complicated, why should we always beef about what has happened? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
But, even though it was a great first job, life must goes on, and I have to let it go to catch my dream. I am really grateful that God blessed me with this challenging yet fun working experience, and moreover I thank Him that I could pass it all well.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Thank you, and I'm gonna miss those precious moments so much :) </div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-T2r_6fiZqFI/U_XqZoBchZI/AAAAAAAAAZU/XWfkKgbAIGI/s1600/IMG_20140820_201636.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-T2r_6fiZqFI/U_XqZoBchZI/AAAAAAAAAZU/XWfkKgbAIGI/s1600/IMG_20140820_201636.jpg" height="320" width="320" /></a></div>
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-60942121201634344292014-08-02T14:58:00.003+07:002014-08-02T14:59:52.719+07:00Brown and Cony<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Few days ago, <a href="http://ariesadhar.com/">he </a>bought a new smartphone. To welcome this brand new (and obviously more sophisticated than the previous one) phone, he installed the LINE application, which is widely known as a chatting application with cool stickers feature.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Finally, we could chat along on LINE! This is kinda good news for me, since I'd love to use the stickers to express my feeling toward him. Fortunately, LINE itself has a broad range of lovey dovey stickers, especially between their two main characters: Brown and Cony. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Everyone who using LINE regularly must know Brown, the bear with not so much facial expressions, and Cony, the (female) rabbit with her moody attitude. Their love story has been pictured with many stickers set, there are <a href="https://store.line.me/stickershop/product/955/en">Brown and Cony's Lovey Dovey Date</a>, <a href="https://store.line.me/stickershop/product/1474/en">Brown and Cony's Cozy Winter Date</a>, and even the <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/My_Love_from_the_Star">My Love from Another Star</a>'s LINE sticker using Brown and Cony to play the part of Do Min-jun and Cheon Song-yi.</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://ecx.images-amazon.com/images/I/71C0oGFiR2L._SL1500_.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://ecx.images-amazon.com/images/I/71C0oGFiR2L._SL1500_.jpg" height="320" width="200" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://thumbs2.ebaystatic.com/d/l225/m/mFeCYkTPKMtWNXKQpolZw5A.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://thumbs2.ebaystatic.com/d/l225/m/mFeCYkTPKMtWNXKQpolZw5A.jpg" height="400" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
While sending him (a lot of) Brown and Cony stickers, I suddenly realize that Brown and Cony could be the figures that describe us on our daily life. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
He would be Brown: expressionless face, small talking, sometimes with careless attitude, but has a big heart. I would be Cony: a moody but usually happy, loud, expressive, and sometimes annoying.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
They might be have different personality (if not distinct), but in the end, they could be on a relationship. Stupidity, clumsiness, and even 'war' could take place on their daily life, simultaneously with their happiness and lovey dovey story.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
So do we.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
I will always be a fussy girl who love to nag at him-because that is one of the ways I could indicate my affection-and make him angry with my occasional clumsiness. He will always be a man-on-general-basis who doesn't really care whether I wear pink or red lipstick, and will always calm me down on my panic situation. But in the end, we love the way we live our life, just like Brown and Cony will love and hate each other at once. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Because, you know, relationship is a package containing in-turn sweet saying and bickering that make the persons deeply understand each other as the time goes!</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-27912162051485217152014-06-18T10:28:00.002+07:002014-06-18T10:35:03.809+07:00Me and (so called) Airport Fashion<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://snsdkorean.files.wordpress.com/2012/06/snsd-incheon-airport-pictures-to-taiwan-3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://snsdkorean.files.wordpress.com/2012/06/snsd-incheon-airport-pictures-to-taiwan-3.jpg" height="266" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>I'm not a devoted full-time fashionista, but I do care about my daily appearance</i>. Iyalah, sebagai cewek pada umumnya, saya akan meluangkan sedikit waktu untuk memikirkan w<i>hat to wear, head to toe.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menilik fakta bahwa saya adalah karyawati biasa-biasa-saja di suatu perusahaan yang mengharuskan <i>employee</i>-nya menggunakan seragam dari hari Senin hingga Kamis, harusnya persoalan <i>outfit of the day</i> bukanlah masalah besar buat saya. Tapi namanya juga cewek, tetep aja saya suka ribet mengenai hal ini, <i>especially when it comes to the fact that I am an airport(s)-frequent guest.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Yes, airport fashion.</i> Saya pertama kali mengetahui <i>term </i>ini karena saya fans berat salah satu <i>Korean girl group</i>, <a href="http://girlsgeneration.smtown.com/" target="_blank">SNSD</a>. Nah, <i>the ladies of SNSD</i> ini selalu tampil <i>amazingly fashionable</i> setiap kali mereka ada di <i>airport </i>untuk <i>flight </i>ke tujuan-tujuan konser/pemotretan/aktivitas apapun. <i>Designer items head to toe, from baseball cap to sunglasses and even their iPhone cases, airport fashion</i> menjadi salah satu ajang mereka untuk <i>brand endorsement </i>sekaligus membuktikan kekecean <i>style </i>mereka <i>whenever they are, including on the departure time.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtjSM4KhEPBvi0rnDQKLvb8tldrZa-gFW_bqhY9P3Du5fc8GDj8rIYiYH8cF4AvLwrb0fwMo_8unVr9H3Qqa99LPJgO1JqZO_PfymJT8AX3pM1GvRMXoufVs8new0JqqskMwd4zvBnTx0/s1600/cf12.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtjSM4KhEPBvi0rnDQKLvb8tldrZa-gFW_bqhY9P3Du5fc8GDj8rIYiYH8cF4AvLwrb0fwMo_8unVr9H3Qqa99LPJgO1JqZO_PfymJT8AX3pM1GvRMXoufVs8new0JqqskMwd4zvBnTx0/s1600/cf12.jpg" height="640" width="480" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><u>source: http://snsdoverload.blogspot.com/</u></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7bXyyQ0OMMz9e4YchWb2-Bi08q5ZMBgRyx_zinTOBLC8kGTbdbHbDlbux62dEpxZq_-4OZ7Zy3D6JgC8k2nUvzTzY60W2bYoqhX32lWeGRAyuJCSvtxzI41sIKan_7a6D-Ol9QQTTyg/s1600/PhotoGrid_1403056968152.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7bXyyQ0OMMz9e4YchWb2-Bi08q5ZMBgRyx_zinTOBLC8kGTbdbHbDlbux62dEpxZq_-4OZ7Zy3D6JgC8k2nUvzTzY60W2bYoqhX32lWeGRAyuJCSvtxzI41sIKan_7a6D-Ol9QQTTyg/s1600/PhotoGrid_1403056968152.jpg" height="400" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">My forever favorite from the 9: Jessica. <br />
Her airport fashion is simple yet gorgeous, and her arrogant face makes the outfit even better!</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak beberapa tahun lalu, airport fashion adalah sesuatu yang <i>common</i>, nggak cuma di dunia Kpop saja. Silakan berkunjung ke <i>airport-airport</i> di Indonesia and<i> you'll see people in the most updated style wait for their flights.</i> Kece abis, istilah saya sih.<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_NuQ1asHchXU/S1BHnaXxOuI/AAAAAAAABqE/H2tKPgZpZV4/s640/celebrities+at+airports.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/_NuQ1asHchXU/S1BHnaXxOuI/AAAAAAAABqE/H2tKPgZpZV4/s640/celebrities+at+airports.jpg" height="320" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hollywood's airport looks. <br />
source: http://www.fashionfoiegras.com/2010/01/celebrity-airport-style.html </td></tr>
</tbody></table>
<i>Some people might think it is unnecessary</i>, ngapain coba heboh-heboh dandan mau naik pesawat doang. Ngapain juga pake <i>heels</i>, kesandung bangku pesawat baru tahu rasa deh. Tapi, kalau kita lihat dari sudut pandang yang lain (<i>my own POV, actually,</i> haha), ada banyak alasan untuk tampil <i>stylish </i>di <i>airport</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai karyawati yang kunjungannya ke <i>airport </i>sudah barang tentu untuk bekerja, saya sering merasa salah tingkah kalau pakai baju santai macam <i>jeans </i>dan kaus oblong biasa. Yup, <i>simply because I'm on duty</i>. Untuk tujuan ini,<i> formal outfit</i> yang paling sering saya gunakan di <i>airport </i>tentunya seragam kebangsaan: kemeja biru atau putih, celana atau rok dan <i>blazer </i>biru dongker. Dengan berpakaian seragam, lengkap dengan sepatu yang sesuai <i>(usually I wear my 5-cm-heels, not the stiletto one, of course)</i>, saya merasa lebih percaya diri dan tidak saltum alias salah kostum. Terutama jika dapat penerbangan dengan maskapai <a href="http://garuda-indonesia.com/" target="_blank">ini</a>, yang <i>mostly </i>penumpangnya adalah orang-orang yang juga <i>on duty</i> dan berpakaian rapi, serta biasanya sudah berumur. Dengan menggunakan <i>formal outfit</i>, saya merasa ada rasa profesionalisme yang tercermin dalam <i>appearance </i>saya, <i>so that I could tell them that 'hey, don't (always) judge me by my age!'</i>. Haha, hebring amat ya. Tapi kira-kira seperti itulah. Kebosanan yang kadang melanda karena berpakaian seragam yang gitu-gitu aja cukup disiasati dengan aksesoris: kalung dan gelang adalah andalan utama saya. <i>Accessories are small things that really work for appearance-booster!</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain <i>outfit</i>, tampilan muka alias <i>make up</i> juga menjadi perhatian saya. Habis rasanya kurang aja gitu kalau <i>bare-faced</i> pergi kemana-mana, apalagi biasanya setelah <i>landing </i>di destinasi tujuan saya akan segera meluncur ke tempat bekerja. Kalau lagi dapat <i>flight </i>subuh dan harus berangkat jam 3 pagi dari kosan, ya saya akan bangun jam 2 subuh buat dandan. S<i>ounds so crazy, yes? But I enjoy it.</i> Minimal sih pakai BB <i>cream </i>dan bedak dan lipstik, biasanya ini edisi malas. Kalau edisi <i>sregep </i>alias rajin, ya lengkap aja sama <i>eye makeup</i>. Sampai di tempat tujuan juga biasanya WC adalah tempat pertama yang saya tuju, selain untuk buang hajat, juga untuk cari cermin buat benerin <i>makeup </i>dan menghapus minyak-minyak dengan kertas minyak. <i>By the way</i>, dari pengalaman-pengalaman saya, <i>wearing mascara while on board is a big no</i>. Entah kenapa kalau ketiduran di pesawat bakal ada bekas-bekas maskara yang agak ganggu di kelopak mata bagian bawah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya bukannya nggak pernah 'nakal'. Beberapa kali saya cuek pakai celana pendek dan T-shirt pas flight, bisanya kalau flight saya hari Minggu <i>(hey, that's originally my holiday!)</i>. Tapi selalu ada perasaan rikuh, nggak nyaman, saat masuk <i>lounge </i>atau pesawat (<i>again</i>, apalagi kalo naik maskapai <a href="http://garuda-indonesia.com/" target="_blank">ini</a>) dengan <i>outfit </i>kaya gitu. Sekarang sih saya udah jarang tampil cuek beybeh gitu, kalaupun mau tampil santai minimal saya pakai <i>dress </i>selutut atau atasan yang sedikit 'manis' macam <i>babydoll</i>. <i>After all</i>, mau hari Minggu pun, ini judulnya tetap <i>business trip</i>, <i>so </i>saya pikir berpakaian dengan tema menjaga <i>business things</i> tetap baik bagus juga buat dilakukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>By the way</i>, seragam tersayang sering menjadi jebakan batman juga buat saya. Paling sering sih ketemu petinggi-petinggi perusahaan yang juga lagi <i>flight</i>. Kadang ketemu beberapa <i>user </i>produk juga yang <i>easily recognized me and my job from this uniform,</i> haha. Kalau udah begini biasanya saya selalu sigap senyum dan langsung <i>behave </i>(contoh: nggak ngambil makanan dengan rakusnya di <i>lounge</i>).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>After all, doing airport fashion</i> menurut saya adalah masalah mendongkrak kepercayaan diri. Kenyamanan kadang menjadi nomor dua, saya akui iya. Saya pribadi sih tetap <i>prefer to wear heels than sneakers, simply </i>karena saya merasa lebih pede memadukan <i>business suit dengan heels, despite of</i> kaki saya pegel-pegel seharian pakai <i>heels</i>. Nggak usah <i>branded </i>juga dari atas sampe bawah, yang penting tetap rapi dan enak dilihat. <i>Lastly</i>, semuanya kembali ke kenyamanan dan kepedean masing-masing individu untuk mengenakan pakaian saat bepergian dengan pesawat terbang ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Happy traveling!</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibqm-TuYajHY6MBbiowzUw1L1fS8ewIlR5nNhtQy1XA0ZsvjOfO4CFG2gns69QbJFHJBUuiJhyphenhyphenhSHl4wfWDSycEU78itj2fuLl3m5L5sXDA3XQwtBX0FxjE17o8G706JnFNXTYW9ISeA/s1600/IMG_20140503_114500.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibqm-TuYajHY6MBbiowzUw1L1fS8ewIlR5nNhtQy1XA0ZsvjOfO4CFG2gns69QbJFHJBUuiJhyphenhyphenhSHl4wfWDSycEU78itj2fuLl3m5L5sXDA3XQwtBX0FxjE17o8G706JnFNXTYW9ISeA/s1600/IMG_20140503_114500.jpg" height="200" width="200" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-11067181026827573452014-06-16T17:50:00.005+07:002014-06-18T10:41:57.606+07:00My Daily Menu: Flight's Delay!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://patdollard.com/wp-content/uploads/2013/04/flight-delayed.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://patdollard.com/wp-content/uploads/2013/04/flight-delayed.jpg" height="212" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">source: patdollard.com</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span id="goog_1087249054"></span><span id="goog_1087249055"></span> Sebagai seorang karyawati yang sering mendapat mandat untuk bekerja di daerah-daerah yang harus ditempuh menggunakan moda pesawat terbang, salah satu menu harian saya adalah menghadapi musuh-dalam-selimut bernama <i>delay </i>alias penundaan atau keterlambatan jadwal penerbangan dari jadwal seharusnya. Saya nggak tahu keadaan di negara lain, tapi penerbangan-penerbangan domestik di negara tercinta ini 80%-nya selalu <i>delay</i>, sepanjang pengalaman saya. Saking seringnya kena <i>delay</i>, rasanya saya sudah imun sama <i>these delay thingy</i>, sampai-sampai <i>delay </i>sekitar 30 menitan sudah masuk ke ranah ah-biasa-aja buat saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://www.quickmeme.com/img/53/533939ca54483bac6795c0c827ced98b3b73bc1a083350e456e97d2f812b276b.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://www.quickmeme.com/img/53/533939ca54483bac6795c0c827ced98b3b73bc1a083350e456e97d2f812b276b.jpg" height="320" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">source: http://www.quickmeme.com</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kenapa sih harus <i>delay</i>?</b> Mungkin ini pertanyaan paling mendasar dari semua penumpang pesawat terbang. Sepanjang pengetahuan saya, <i>delay </i>bisa terjadi karena beberapa hal. Pertama, karena keadaan cuaca yang memang tidak mengizinkan pesawat untuk menjalani penerbangan. Biasanya <i>delay </i>macam ini terjadi di sekitar bulan November hingga Februari, dimana curah hujan sedang tinggi-tingginya. <i>Delay </i>karena kondisi bencana alam juga dapat saja terjadi, misalnya saat saya harus <i>cancel </i>penerbangan saat terjadi <a href="http://pinkishsailor.blogspot.com/2014/02/vulcantine-day-me-eruption-and-february.html">e</a><a href="https://www.blogger.com/null" target="_blank">rupsi Gunung Kelud pada Februari 2014</a> yang lalu. <i>Delay </i>semacam ini, menurut saya, sangat patut dipahami. Ya iyalah, daripada disuruh naik pesawat dalam kondisi hujan badai halilintar saya sih mendingan sabar menanti aja sampai semuanya kondusif, daripada mengalami resiko tinggi kecelakaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alasan kedua terjadinya <i>delay </i>adalah kendala teknis, baik dari maskapai penerbangan maupun dari kesiapan bandar udara sebagai prasarana paling penting dalam transportasi udara. Mungkin inilah alasan utama dari banyaknya <i>delay </i>yang saya hadapi. Saya pernah kena <i>delay </i>hampir tiga jam untuk penerbangan dari Bandar Lampung ke Jakarta karena pintu pesawatnya rusak. Tak usahlah menyebutkan maskapai yang saya gunakan saat itu, tapi yang jelas saat itu saya deg-degan banget. Emang sih pihak maskapai langsung mendatangkan teknisi untuk memperbaiki kerusakan tersebut, tapi yang bikin deg-degan adalah keterangan salah satu petugas berseragam maskapai tersebut saat saya tanya <i>progress </i>perbaikannya: "Kita berusaha betulkan sampai 100% bener sih Bu, tapi misal nggak bisa 100% betul, ya kita akan terbang lebih rendah." <i>Oh nooo!!</i> Enggak gitu juga sih Mas, ya harus 100% lah, gile apa kalo tiba-tiba di atas Selat Sunda pintunya kebuka. Hii, amit-amit pisan. Pernah juga saya kena <i>delay </i>dua jam untuk penerbangan dari Jakarta ke Palu karena penggantian pesawat. Hal terparah dari <i>delay </i>ini adalah saya jadi tidak bisa menghadiri acara (alias kerjaan) di tempat tujuan. Saking kesalnya, saya langsung menulis <i>e-mail</i> kepada maskapai terkait dan menumpahkan semua unek-unek saya (karena lagi marah jadi pake bahasa Inggris, sok nggaya). <i>E-mail </i>tersebut langsung dibalas dalam waktu 1x24 jam (juga dalam bahasa Inggris), isinya permintaan maaf dari si maskapai. Hmm, pelayanan kelas premium emang beda, plus mungkin karena saya menyertakan nomor kartu-sakti-warna-emas itu kali yah. Tapi sekali lagi, dalam hal ini saya lebih memilih keselamatan sih, dibandingkan terbang tepat waktu namun beresiko terhadap <i>safety</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Versi lain dari <i>delay </i>karena hambatan teknis adalah kepadatan lalu lintas bandar udara asal maupun tujuan. Pesawat dalam kondisi baik, maskapai tidak berkendala, tapi <i>runway </i>alias landasan yang digunakan padat, saking banyaknya pesawat yang ingin menggunakan landasan tersebut. <i>Delay </i>jenis ini nih yang membuat saya sering tepok-tepok dada. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Bandar Udara Soekarno-Hatta sebagai bandara andalan saya sudah sangat parah kondisi <i>traffic</i>-nya. Menurut situs <a href="http://www.airport-world.com/home/general-news/item/3674-top-10-airports-passenger-traffic-in-2013">airport-world.com</a>, pada tahun 2013 Bandara Soetta adalah bandara tersibuk kedelapan di dunia dan keempat di Asia Pasifik. Uh-wow banget bukan? Efek dari padatnya <i>traffic </i>di Soetta adalah pesawat harus antri untuk dapat<i> take-off </i>ataupun <i>landing</i>, dan hal ini sudah jelas mempengaruhi ketepatan jadwal penerbangan. Dan sudah jelas, <i>delay </i>pada suatu jam penerbangan akan merembet pada jadwal-jadwal berikutnya. <i>So</i>, makin malam, makin panjanglah durasi <i>delay</i>-nya, bisa sampai hitungan jam. Bandara lain di Indonesia yang bisa-dipastikan-selalu-<i>delay</i> adalah Bandar Udara Juanda di Surabaya. Walaupun Bandara Juanda udah menambah satu terminal baru, ternyata <i>runway </i>yang digunakan itu-itu saja, <i>so the delay problems still couldn't be helped</i>. <i>By the way, in my opinion,</i> untuk mengatasi problem ini, solusi yang paling masuk akal adalah membangun sebuah bandara baru untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat yang tinggal di wilayah Jabodetabek, sehingga <i>load </i>Soetta bisa berkurang. Kabarnya sih pemerintah akan membangun bandara baru di daerah Karawang. Saya berharap semoga rencana ini bisa segera direalisasikan, plus kalau boleh <i>request </i>semoga akses menuju bandara baru tersebut (semacam tol, angkutan pemadu moda, dan lain-lain) juga mudah diakses dan nyaman digunakan. Kenapa saya berpendapat demikian, karena saya percaya bila transportasi udara di Indonesia kondisinya membaik, maka akan meningkat pula produktivitas secara ekonomi dan sosial baik di daerah asal dan tujuan.</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://setkab.go.id/media/article/images/2014/01/09/a/n/antre_take_off.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://setkab.go.id/media/article/images/2014/01/09/a/n/antre_take_off.jpg" height="183" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Antrian pesawat di Soetta. Source: setkab.go.id</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>What to do on delay time?</b></i> Secara marah-marah karena <i>delay </i>tuh hanya akan menghabiskan energi saja, lebih baik mengisi waktu <i>delay </i>dengan perbuatan bermanfaat. Saya sih biasanya mengerjakan kerjaan kantor <strike>(sudah tentu bohong)</strike> pada saat <i>delay</i>. Kegiatan lain tentunya <i>surf the internet.</i> Tinggal masuk <i>lounge</i> (kalau lagi dapat maskapai <a href="https://www.garuda-indonesia.com/id/id/index.page">ini</a>), atau cari cafe terdekat buat nebeng wi-fi. Bisa juga <i>blogging</i>, seperti yang saat ini saya lakukan saat terkena <i>delay </i>dari Surabaya menuju Jakarta. Membaca buku juga merupakan pilihan bijak, makanya saya selalu bawa sebuah buku di tas saya atau <i>e-book</i> di tablet. Telepon orangtua atau pacar juga bisa menjadi alternatif pengisi waktu. Kalau nggak punya pulsa, cukup sms atau WhatsApp <a href="http://ariesadhar.com/">pihak terkait</a> dan bilang "telepon aku dong". Hihi. Pilihan lain yang paling <i>ultimate </i>tentu saja mencari pojokan untuk bersandar dan kemudian tertidur pulas. Bahaya dari tertidur saat menunggu pesawat tentu saja kemungkinan <i>missed the boarding time</i>, apalagi di bandara kayak Juanda yang sudah nggak menggunakan teknik pengumuman lewat pengeras suara. <i>So </i>pilihan ini biasanya nggak saya lakukan, apalagi saya termasuk manusia yang kebo banget kalau sudah tidur. <i>By the way the point is</i> nggak usah kesal, cemberut, apalagi ngamuk kalau kena <i>delay</i>, karena terbukti makin bikin bad mood.</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://sd.keepcalm-o-matic.co.uk/i/keep-calm-its-only-flight-delay.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://sd.keepcalm-o-matic.co.uk/i/keep-calm-its-only-flight-delay.png" height="320" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">source: keepcalm-o-matic.co.uk</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Anyway</i>, <i>delay </i>nggak selamanya berujung pada kesengsaraan. Dalam sesi <i>delay </i>karena pintu pesawatnya rusak tadi, saya <span style="font-size: x-small;">(yang waktu masih single and available)</span> jadi bisa berkenalan dengan seorang cowok yang juga berada di penerbangan yang sama. Ngobrol-ngobrol pun dilakukan, dan pas saya sudah geer stadium empat, si cowok berkata "Eh, kamu punya <i>powerbank </i>nggak? Pinjem dong!". Kampret, ternyata dia cuma ngincer <i>powerbank </i>saya doang, hahaha.Sesi <i>delay </i>lain (lupa darimana dan kemana) membuat saya berkenalan dengan seorang ibu yang bekerja sebagai manager distribusi sebuah perusahaan wadah bekal terkenal. Beliau bercerita bahwa karirnya dimulai dari <i>direct seller</i> yang mengetuk pintu demi pintu untuk berjualan produknya. Semua dijalani selama enam belas tahun, dan sekarang beliau sudah bisa berkeliling Eropa dari hasil <i>reward </i>atas <i>achievement </i>penjualannya. Pesan beliau agar 'anak muda itu harus sabar, jangan mau instan saja saat bekerja' sungguh menohok saya sebagai anak kemarin sore yang kadang menuntut fasilitas setara dengan mama saya yang sudah berkarir puluhan tahun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>By the way</i>, sebenarnya ada peraturan pemerintah yang mengatur mengenai tanggung jawab maskapai penerbangan berkaitan dengan <i>delay </i>ini loh. Semuanya tertuang dalam <a href="http://hubud.dephub.go.id/files/km/2011/PM%2077.pdf">Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara</a>. Bila kita simak <a href="http://m.dephub.go.id/read/berita/direktorat-jenderal-perhubungan-udara/pemberian-kompensasi-akibat-delay-bukan-untuk-beratkan-maskapai-6681">penjelasan berikut</a>, kompensasi bisa berupa <i>refreshment </i>alias makanan ringan yang dibagikan pihak maskapai pada penumpang, hingga kompensasi dalam bentuk uang. Tapi di PM tersebut juga disebutkan bahwa kompensasi ini tidak berlaku apabila <i>delay </i>disebabkan karena faktor cuaca dan faktor teknis/operasional, yang detailnya disebutkan lebih lanjut dalam PM terkait. <i>So far</i> sih saya selalu dapat kompensasi dalam bentuk <i>refreshment </i>yang selalu saya syukuri sebagai bentuk makan malam gratis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Flight's delay</i> memang tidak dipungkiri adalah salah satu kegiatan yang menghabiskan masa muda saya yang berharga ini. Tapi saya selalu ikhlas apabila <i>delay </i>yang terjadi berkenaan dengan <i>safety assurance</i> kita saat bepergian. Kalau <i>delay</i>-nya karena profesionalitas yang kurang memadai dari maskapai penerbangan sih, cukup tepok dada aja sambil bilang "selambat-lambatnya <i>delay </i>pasti akan berangkat juga kok".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Have a good flight, readers!</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-85044950356916537522014-06-06T10:25:00.000+07:002014-06-06T12:55:17.320+07:00Taking the IELTS: The Prep, The Test, The Result<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Ada suatu kesibukan baru dalam hidup saya sejak bulan Oktober 2013 hingga April 2014 kemarin: menyiapkan diri untuk tes <a href="http://ielts.org/" target="_blank">IELTS</a>, <i>or the International English Language Testing System</i>. IELTS, <i>as we know</i>, adalah suatu tes untuk membuktikan <i>proficiency </i>atau kemahiran kita di bidang Bahasa Inggris. Tingkat kemahiran kita akan diukur dengan angka, yang berkisar antara 0-9. <i>By the way</i>, IELTS ini emang bukan satu-satunya <i>English proficiency tes</i>t yang ada dan banyak diakui secara internasional sih. Ada juga TOEFL dan banyak yang lainnya. <i>In my case</i>, <i>I prefer</i> IELTS karena negara tujuan saya (tujuan apa hayo, hihi semoga bisa dibahas di post-post berikutnya hihi) adalah United Kingdom, dan setahu saya negara-negara British Commonwealth emang lebih <i>prefer </i>IELTS daripada TOEFL. <i>By the way</i> lagi, saya kemarin dapat e-mail dari suatu universitas berbasis UK dan mereka memberitahu bahwa per 6 April 2014, TOEFL sudah tidak diterima sebagai syarat <i>English proficiency</i> untuk mendapatkan UK Visa Student Tier 4. Untuk lebih jelasnya mungkin bisa dibaca <a href="http://www.ets.org/toefl/important_update/update_toefl_uk" target="_blank">disini </a>ya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Back to me and my IELTS test</i>. FYI, saya belum pernah ikutan tes IELTS sebelum ini. TOEFL sih udah pernah, tapi hanya yang <i>paper based</i>, intitusional pula. <i>So </i>saya cukup deg-degan nih karena dihadapkan dengan target dapat nilai minimal <i>overall </i>6.5 dengan nilai minimal setiap <i>section </i>adalah 6. Ada empat <i>section </i>yang diujikan dalam tes IELTS: <i>listening, reading, writing, </i>dan <i>speaking.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kegiatan persiapan saya mulai dengan tanya-tanya pengalaman beberapa teman yang sudah lebih dulu tes. Ada yang bilang tesnya susah, ada yang bilang biasa aja, macem-macem deh. Tapi yang jelas semua teman tersebut memberi nasehat bahwa saya sebaiknya belajar dan mempersiapkan diri dengan baik sebelum tesnya. Bukan apa-apa, tes IELTS ini harganya cukup mahal, sekitar 2,5 juta rupiah, jadi bodoh aja rasanya kalau asal-asalan ngambil tes dan nggak lulus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu teman, <a href="https://twitter.com/kikippe" target="_blank">Kiki</a>, berhasil dapat <i>overall score</i> 7 buat IELTS-nya. Kata Kiki, dia banyak belajar mandiri. Dari Kiki pula saya dapat rekomendasi beberapa buku untuk latihan IELTS. Salah satu yang dia <i>recommend </i>adalah Barron's. Saya beli bukunya, harganya sekitar 300 ribu, di Kinokuniya Plaza Senayan. Saya coba kerjakan tes-tes yang ada disana. Pertamanya sih masih agak <i>awkward</i>, terutama pas bagian listening. Saya kebiasa dengar American accent di film atau lagu, sekalinya listening dengan British accent, butuh beberapa waktu buat g<i>etting used to it</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah mengerjakan soal-soal di Barron's, saya memutuskan untuk ikut <i>mock exam</i> alias semacam <i>try out </i>IE:LTS ini. Saya ambil tes-nya di <a href="http://www.ieducindonesia.com/" target="_blank">IEDUC</a> Bandung. Kayanya dia punya kantor juga di Jakarta, tapi saya kebetulan hari itu lagi pulang kampung ke Bandung, jadi sekalian aja. Harga <i>mock exam</i>-nya sekitar duaratus ribu rupiah saat itu. Namanya juga <i>mock exam</i>, ya situasinya dikondisikan seperti tes aslinya nanti. Dan masalah utama saya saat <i>mock exam</i> ini adalah <i>time management</i>. <i>Seriously I run out of time</i> banget. Hasil <i>mock exam</i> keluar, saya dapat L6.5R6.5W5.5S5.0. Gilaaa, PR banget buat ngejar nilai bagus!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Melihat hasil tersebut, saya berpikir mau nggak mau saya harus les buat <i>preparation </i>IELTS. Nah, ini nih masalahnya, secara saya adalah karyawati dengan jadwal kerja ter-tidak fleksibel untuk les-lesan begini. <i>So</i> dari sekian banyak pilihan tempat <i>preparation</i>, saya pilih <a href="http://www.indonesia.idp.com/student_services/examination_services/ielts/ielts_workshop.aspx" target="_blank">IELTS preparation workshop</a> yang diadakan oleh IDP Pondok Indah. Cuma seminggu dan tempat serta waktunya bisa dikejar <i>after my office hours</i>. Syukurlah, saya berhasil mengosongkan jadwal seminggu <i>full </i>bebas dari tugas luar kota.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pengajar workshop saya adalah seorang <i>native </i>bernama John, yang juga adalah IELTS <i>examiner</i>. John baik, bersedia diskusi, dan yang jelas orangnya <i>to the point</i>. Pas saya bilang target saya adalah dapet <i>score</i> 7, dia senyum dan bilang <i>"that will be hard, though"</i>. Hahaha, sialan. Tapi saya nggak tersinggung, saya anggap itu <i>challenge </i>dari dia supaya saya kerja keras. Selama <i>workshop </i>John banyak memberikan tips-tips yang berguna untuk tes. Oh iya, jangan harap bakal diajarin lagi <i>basic English</i> ya disini. Secara namanya <i>workshop</i>, jadi ya fokusnya pada <i>how to prepare for the IELTS</i>-nya aja, bukan pelajaran bahasa Inggris. Enaknya ikutan les <i>preparation </i>kaya gini, ada yang menilai buat <i>writing </i>dan <i>speaking section</i>, secara nilai saya di dua <i>section </i>tersebut mengkhawatirkan dunia banget.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beres seminggu <i>workshop</i>, saya masih belum pede untuk langsung ambil tes. Saya merasa masih perlu banyak berlatih, terutama ya di <i>writing </i>dan <i>speaking section </i>tadi. Saya berlatih menggunakan buku kumpulan soal IELTS yang dikeluarkan oleh Cambridge, suer deh tingkat kesulitannya maknyus banget buat belajar. Selain belajar dari buku soal, saya juga melatih kemampuan <i>listening </i>dengan menonton film berbahasa Inggris tanpa <i>subtitle </i>(<i>my favorite will always be Om Benedict Cumberbatch and his Sherlock series</i>), rajin mendengarkan radio berbahasa Inggris via <a href="http://www.listenlive.eu/uk.html" target="_blank">streaming online</a> (BBC kalau lagi serius, Capital FM London kalau lagi pengen ajeb-ajeb). Buat melatih <i>speaking</i>, saya mengajak beberapa teman buat nemenin saya ngobrol <i>in English</i> (<i>thanks a lot</i> buat Mbak Anis, <a href="http://yosephinedian.wordpress.com/" target="_blank">Yosi</a>, Dek Alda), atau kalau lagi sendirian ya <i>self talking</i> aja sama cermin, di WC, pokoknya malu-maluin. Kemampuan <i>writing </i>saya juga masih ababil, terutama <i>vocabulary </i>saya yang kurang variatif, so saya banyak membaca koran, artikel, hingga literatur berbahasa Inggris. Setiap <i>vocabulary </i>baru yang saya temui saya catat, sehingga bisa jadi referensi untuk bahan <i>writing</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah merasa (sedikit) lebih siap, saya mencanangkan tanggal 5 April sebagai <i>test date</i> saya. Seminggu sebelum tanggal tersebut saya mendaftar <i>online</i>, dan disambut kenyataan pahit bahwa semua <i>test centre</i> (bahkan Bandung dan Surabaya) udah <i>full booked</i> buat ujian tanggal tersebut. Alamak! Terpaksa saya (dengan sedikit dimarahin sama <a href="http://ariesadhar.com/" target="_blank">mas-mas ini</a>) mengundurkan test jadi tanggal 12 April. Pendaftaran dan pembayaran dilakukan <i>online</i>, setelah itu kita harus datang ke kantor cabang IDP terdekat (soalnya saya ambil <i>test</i>-nya di IDP. Kalau di Jakarta selain IDP, penyelenggara lain adalah IALF dan British Council) untuk <i>finger-scanned</i> dan foto.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>D day!</i> Saya dapet <i>venue </i>tes di Apartment Pondok Indah Golf. Test dimulai jam 8, tapi jam 7 saya sudah rapi jali ada di <i>venue</i>. Sesuai saran dari sahabat saya si Vava yang sudah pernah IELTS, saya makan nasi goreng ('harus nasi sarapannya!') plus kopi (beli di Sevel dekat kosan, haha). Di dalam ruang test sendiri boleh bawa air minum asal wadahnya transparan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat sudah duduk di bangku test rasanya deg-degan banget. <i>First section, listening</i>. Sebelum mulai, pastikan kita bisa mendengar audio dengan jelas di tempat kita duduk. Ingat! IELTS ini bentuknya <i>mostly</i> isian dan bukan<i> multiple choice</i>. Nah, isian <i>means </i>kita harus mengisi dengan <i>spelling </i>yang tepat. Salah <i>spelling </i>ya coret. Kurang 's' di akhir kata sebagai bentuk <i>plural </i>juga coret. Gunakan juga huruf kapital sesuai dengan kaidahnya, misalnya di awal kata yang berupa nama orang atau tempat. Dan karena audio untuk <i>listening test</i> ini hanya dimainkan sekali saja, pastikan untuk selalu <i>move on</i> dan jangan hilang fokus bila di tengah-tengah soal kita mengalami kesulitan menjawab. Yang menjadi <i>distractor </i>kalau tes <i>listening</i> biasanya kalau ada soal yang berhubungan dengan angka (misal nomor telepon), atau <i>spelling </i>suatu nama. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Listening </i>sudah dilalui, saatnya saya lanjut ke <i>section </i>berikutnya: <i>reading</i>. Cara saya mengerjakan tes <i>reading </i>adalah sebagai berikut: saya <i>screening </i>dulu tipe soal yang diberikan untuk tiap bacaan, kemudian membaca cepat bacaan tersebut <i>(usually no more than 2 minutes for each passage)</i> sambil menggarisbawahi kata atau kalimat yang tersurat dalam pertanyaan yang sudah sempat saya <i>screening </i>tadi. Setelah itu saya membaca betul-betul masing pertanyaan yang diajukan, dan mencari jawabannya di bacaan tadi (seharusnya mencari dimana letak dari jawaban tersebut akan lebih mudah karena kita sudah sempat <i>screening </i>bacaannya terlebih dahulu, bukan?). Sebenarnya ada banyak cara mengerjakan lain, tapi <i>so far</i> saya cukup sukses dengan pendekatan ini sih hehe.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Section </i>berikutnya adalah <i>writing</i>. Momok terbesar saya, <i>actually</i>. <i>Writing </i>ini ada dua task, task kedua bernilai dua kali lipat dari task pertama. So, curahkanlah 80% perhatianmu pada Task 2. Jangan berlama-lama di Task 1, cukup 15 menit, maksimal 20 menit. Kebanyakan teman-teman saya yang <i>failed </i>di <i>writing section</i> ternyata menaruh perhatian berlebih pada Task 1 sehingga Task 2 tidak dikerjakan dengan baik. Menurut tutor saya waktu preparation, ada beberapa hal yang dinilai di <i>writing section ini</i>. Pertama adalah <i>response </i>kita pada pertanyaan yang diberikan (misalnya untuk Task 1, kemampuan kita mengidentifikasi poin penting dari grafik atau diagram yang diberikan). Kedua, <i>coherence </i>atau kesesuaian isi tulisan dengan pertanyaan pada soal. Ketiga, <i>lexical resource</i>. Semakin banyak kita gunakan <i>vocabulary</i> yang lebih formal (contoh: gunakan <i>'obtain'</i> untuk kata <i>'get'</i>), semakin baik nilai kita. Keempat adalah <i>grammar</i>, jadi sediakan beberapa menit di akhir untuk memeriksa kembali <i>grammar </i>yang kita gunakan. Sebelum memulai menulis, saya biasanya membuat <i>mind map</i> mengenai topik yang ditanyakan. Kemudian, membuat kerangka kasar isi per paragraf. Intinya, rencanakanlah dahulu apa yang hendak kita tulis dengan matang, baru kemudian mengembangkannya. Jangan terburu-buru ingin langsung menulis tanpa perencanaan yang baik, karena bisa jadi kita <i>stuck </i>di tengah-tengah dan berujung pada pemborosan waktu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Section </i>terakhir adalah <i>speaking</i>. Disini kita akan berhadapan dengan seorang penguji atau <i>examiner</i>, <i>native speaker</i> tentunya, yang akan memberikan beberapa pertanyaan pada kita. <i>Speaking test</i> sendiri terdiri dari tiga <i>part</i>. Pada <i>part </i>pertama, biasanya <i>examiner </i>meminta kita menceritakan mengenai diri kita dan hal-hal umum yang berhubungan dengan diri kita: <i>family, hobby, school, work, daily life, etc</i> selama kurang lebih dua menit. Kemudian pada <i>part </i>2, <i>examiner </i>akan memberikan sebuah kertas berisi topik dan beberapa pertanyaan mengenai topik tersebut. Kita akan diberi waktu satu menit untuk mempersiapkan poin-poin yang akan kita utarakan, kemudian selama dua menit berikutnya kita harus menceritakan topik tersebut serta menjawab pertanyaan yang diberikan pada sang <i>examiner</i>. Ibaratnya, kita lagi presentasi mengenai topik yang diberikan. Part terakhir, lebih berupa diskusi antara sang <i>examiner </i>dengan kita, topiknya biasanya nggak berbeda jauh dengan topik di <i>part </i>dua. Pengalaman saya, <i>examiner </i>saya orangnya cukup baik, <i>full smile</i> pula, sehingga saya rileks dan tidak tegang. Penilaian pada tes <i>speaking </i>ini, menurut yang diajarkan tutor saya, hampir sama dengan <i>writing section</i>. <i>Fluency and coherence, lexical resource, grammatical range, </i>serta <i>accuracy and pronunciation</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selesai sudah serangkaian test IELTS, saatnya menunggu 13 hari untuk mengetahui hasil nilai saya. <i>Preview</i> hasil test kita bisa diakses secara <i>online </i>di <a href="https://results.ielts.org/" target="_blank">sini </a>dengan memasukkan nama lengkap dan nomor ID yang kita gunakan saat test. Sungguh saya sangat deg-degan membuka website tersebut pada hari itu, sambil doa tak putus-putus, ternyata hasil yang saya dapat <i>beyond my wildest expectation</i>. Kaget, dan tentunya sangat bersyukur. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
IELTS test harus saya akui bukanlah sesuatu yang mudah, namun bukannya tidak bisa dipersiapkan dengan baik, bukan? Latihan, latihan, dan latihan adalah kunci utama kesuksesan tes IELTS menurut saya. Bukan hanya latihan dari soal yang sudah ada, tapi latihan membiasakan diri kita dengan English dalam hidup sehari-hari. Jangan lupa berdoa dan <i>stay focus</i> selama tes, niscaya hasil yang baik akan datang pada kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Big thanks to <a href="http://ariesadhar.com/" target="_blank">mas-mas baik</a> yang sudah menemani saya selama hari tes, your presence really reduced my worry!</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com19tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-21356106317179121052014-05-08T14:10:00.000+07:002014-05-08T14:10:28.146+07:00My Weekdays Escape: Lumajang, B29, dan Negeri di Atas Awan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcXpY3_NydXIyE1vYlN6f1NN5Gx48Dzwl0NDyCj-DBiv7AjnfqzkrYJyQ3PMgi_fDuVkZ1UCS31aqDhQFBsMIpczdWxGkpY5C6Lfn4gSYh5H9x1Z_gCq6wRkdFYhC_SyvyguIhZ4c68A/s1600/20140507_144628.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcXpY3_NydXIyE1vYlN6f1NN5Gx48Dzwl0NDyCj-DBiv7AjnfqzkrYJyQ3PMgi_fDuVkZ1UCS31aqDhQFBsMIpczdWxGkpY5C6Lfn4gSYh5H9x1Z_gCq6wRkdFYhC_SyvyguIhZ4c68A/s1600/20140507_144628.jpg" height="480" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ties, awal Mei tugas tiga hari berturut-turut ya, dua hari di Lumajang dan sehari di Jember."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikianlah titah dari Pak Bos pada saya di suatu hari kerja. Meh, <i>another episode of </i>jelajah Jawa Timur nih, pikir saya. Baiklah, sebagai karyawati yang (ceritanya) baik, saya pun mengiyakan dan segera membuat <i>itinerary </i>perjalanan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
'Petualangan' dimulai di suatu Senin subuh yang damai, saya naik pesawat dari Jakarta ke Surabaya, kemudian naik kereta api dari Stasiun Gubeng Surabaya ke Jember. Eh, kenapa ke Jember dulu? Iya, soalnya <i>area manager</i> cabang sana tinggal di Jember, jadi nanti saya akan pergi bareng beliau ke Lumajang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semalam istirahat di Jember, Selasa pagi saya pergi ke Lumajang bersama sang area manager, Pak Rony. Perjalanan Jember-Lumajang ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam (plus acara berhenti ngemil pastel yang sumpah-enak-banget, ada di Toko Soponyono, daerah perbatasan Jember sama Lumajang), medan cukup oke, plus pemandangan yang teduh dan damai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lumajang ini ternyata terletak di kaki Gunung Semeru. Pantesan aja hawanya cukup bersahabat, plus kotanya emang nggak begitu besar, sehingga rasanya nyaman aja. Di Lumajang ini saya menginap di Hotel Gajah Mada di Jl. P.B. Sudirman. Hotelnya <i>fine </i>kok, bersih dengan harga yang sesuai pula.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dua hari kerja di Lumajang, Rabu siang setelah beres presentasi Pak Rony bertanya pada saya mau jalan-jalan kemana. Wah, saya <i>clueless </i>banget, <i>so </i>saya menyerahkan semuanya ke Pak Rony.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Oke Bu, kita ke B29 saja yuk!"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hah, B29? Apaan tuh? Saya sih taunya itu merk detergen. Tapi ternyata bukan B29 yang itu kok. B29 ini, menurut Pak Rony, adalah kampung tertinggi di Pulau Jawa. Wuih, bakal seru nih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami pun berkendara sekitar sembilan puluh menit perjalanan ke arah luar kota Lumajang, dan setelah beberapa saat terpampang baligo besar bertuliskan 'Selamat Datang di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru'. <i>Whoa whoa whoa! This is gonna be awesome</i>, saya pikir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQ2YbgV7BkPs2KFhXuDBZOtwuFY6PjrR0wKH0iT32FKLdfFnglIBMPDzDZTzET50ETP4JK-lEZ-WcdYx6ddS6gIumA8u2hmPvptnZ3W-d55dxdLG_-J72mlxmidn3JbOh9g10zy5hxYg/s1600/20140507_134711.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQ2YbgV7BkPs2KFhXuDBZOtwuFY6PjrR0wKH0iT32FKLdfFnglIBMPDzDZTzET50ETP4JK-lEZ-WcdYx6ddS6gIumA8u2hmPvptnZ3W-d55dxdLG_-J72mlxmidn3JbOh9g10zy5hxYg/s1600/20140507_134711.jpg" height="300" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Jalanan menuju Desa Argosari</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Kami terus melaju menuju sebuah desa yang bernama Argosari. <i>So far</i>, jalanan masih bersahabat banget, aspal, dan bisa dilewati dua mobil dari arah yang berlawanan. Yang nggak bersahabat sih medannya, banyak banget tikungan tajam yang merupakan tanjakan. Gile, udah nanjak, tikungan tajam pula. Sedap.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_m_iO0KZQEiebnB9Fp3-Fc0SO8hlEwLjHIrsZazb_sJqp5L-DAXV4YYRv1MVJOMs0oZ8HV5ThuUYo44OHKymTefumKqCmAlpacmKPKoKSh3h5__Xckut4NmCFPrFmugdbB5lqD9QIWA/s1600/20140507_134801.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_m_iO0KZQEiebnB9Fp3-Fc0SO8hlEwLjHIrsZazb_sJqp5L-DAXV4YYRv1MVJOMs0oZ8HV5ThuUYo44OHKymTefumKqCmAlpacmKPKoKSh3h5__Xckut4NmCFPrFmugdbB5lqD9QIWA/s1600/20140507_134801.jpg" height="300" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gerbang Desa Argosari</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Kira-kira 3 km dari gerbang desa Argosari, kami mulai merasa bahwa medan jalanan ke depan sudah tidak bisa dilalui lagi dengan mobil. Akhirnya kami berhenti di pinggir jalan dan menunggu penduduk yang lewat untuk kami tanyai soal akses menuju B29. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari keterangan beberapa penduduk yang melintas, akses satu-satunya menuju ke B29 adalah menggunakan ojek sepeda motor. Okesip, kami pun menyewa motor tiga orang penduduk setempat. Harga ojek yang kami sepakati adalah Rp 40.000 PP per ojek. <i>By the way</i> harga ini bisa bervariasi, bisa jadi lebih mahal kalau naiknya dari titik yang lebih bawah dari tempat kami berhenti. <i>Driver </i>ojeg yang saya naiki namanya Pak Tuwi. Beliau orang Suku Tengger asli, dan sehari-hari bermata pencaharian sebagai petani kentang dan bawang merah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Motor digas dan kami pun mulai menapaki jalan menuju B29. <i>Oh</i>. <i>My</i>. <i>God</i>. <i>The journey is more challenging to the adrenaline than riding Halilintar at Dufan!</i> <i>Seriously, it's very not recommended</i> buat wisata keluarga bersama anak kecil, atau buat wanita hamil. Jalan setapak yang sangat <i>off-road</i>, jurang di sebelah kanan, bukit di sebelah kiri. <i>Seriously I have to give ten thumbs</i> <i>to </i>Pak Tuwi yang jago banget ngendarain motor di medan kaya gini. <i>But despite of the off-road</i>, <i>the scenery is spectacularly beautiful.</i> Bayangin bunga-bunga liar yang tumbuh di kiri-kanan, berpadu dengan lahan bawang merah, di ketinggian dimana awan adalah teman seperjalanan saking rasanya dekat banget. Yup, julukan buat daerah ini adalah Negeri di Atas Awan :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZfCR2bsYtDT-btGzf3xksNkjxrRs-1utgjFL_TtX4epVtO-TvhB79e4RouCihfU8MPWg-cvLpx4ipzv2rRcf_sIlR6vtmDi2zKRmq2hSS8PkPOmIHOrFrX2SwJudtZhr_ZFWfyDd-Vw/s1600/20140507_144644.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZfCR2bsYtDT-btGzf3xksNkjxrRs-1utgjFL_TtX4epVtO-TvhB79e4RouCihfU8MPWg-cvLpx4ipzv2rRcf_sIlR6vtmDi2zKRmq2hSS8PkPOmIHOrFrX2SwJudtZhr_ZFWfyDd-Vw/s1600/20140507_144644.jpg" height="300" width="400" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU8Hh3Fyi2jgTp5nBJPqkfbNWHUgLPJtzCWQti3kvPcjseh_70RkCSxlqULBThJcmCMZTGeMNp_3BaJ9YAtGCaM0w4Cyc1Pv809I700sX9G9Mr31M4fRa49FyLPF4dVC_FYU9q7hY4BA/s1600/20140507_142012.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU8Hh3Fyi2jgTp5nBJPqkfbNWHUgLPJtzCWQti3kvPcjseh_70RkCSxlqULBThJcmCMZTGeMNp_3BaJ9YAtGCaM0w4Cyc1Pv809I700sX9G9Mr31M4fRa49FyLPF4dVC_FYU9q7hY4BA/s1600/20140507_142012.jpg" height="400" width="300" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sepanjang perjalanan, Pak Tuwi bercerita tentang B29 ini pada saya (iya, beliau bisa banget cerita dengan santai, sambil nyetir motor di kondisi <i>off-road</i>, sementara saya di kursi penumpang berdoa semoga saya nggak terjungkal dan mendarat dengan posisi pantat duluan). B29 sendiri adalah singkatan dari Bromo-29. Bromo, karena daerah tersebut masih termasuk ke dalam rangkaian pegunungan Bromo. 29, karena titik tersebut berada 2900 meter di atas permukaan laut, dan diklaim sebagai tanah tertinggi di Pulau Jawa. B29 ini sendiri masih masuk ke dalam wilayah administratif Kabupaten Lumajang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah sekitar 20 menit mengendarai motor-rasa-Halilintar, tibalah kami di titik B29. WHOA! <i>This is breathtaking scenery!</i> <i>I can see Bromo from above. Yup, from above! Interesting, isn't it?</i> Jadi titik B29 ini memang secara ketinggian kabarnya lebih tinggi daripada Bromo, makanya kita bisa memandang Bromo dari atas disini. Eits, belom semua. Toleh kiri, dan puncak Gunung Semeru pun dengan gagahnya hadir memanjakan mata. Superb!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqPJeByV4JY2-s22kXALBJ0f6q0nt-eywcU1fj82WcRGGRbzrcz-JDIfI0fpR9YenMOuGXdT1B9BNmFmIG8e44zfhHIcKbY_ERqeb9MNMMhVlxlnd0jx65SiEBth8dQlmNBhH7nV_mUw/s1600/IMG-20140507-00564.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqPJeByV4JY2-s22kXALBJ0f6q0nt-eywcU1fj82WcRGGRbzrcz-JDIfI0fpR9YenMOuGXdT1B9BNmFmIG8e44zfhHIcKbY_ERqeb9MNMMhVlxlnd0jx65SiEBth8dQlmNBhH7nV_mUw/s1600/IMG-20140507-00564.jpg" height="480" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bromo Mountain, right in front of my eyes</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggZf2-Db0EJTEwtwrdORotyOAIx1xcaCPHhagKcN9JTsKg3V8issPhqhGRz3rtHknWnn0LvyJknVIk9elNOK17VUJwuFr5Mowt9DLZK4zrNvbPJjOXeI78sn-ZC-UlQiEtx0I6HlTxeA/s1600/20140507_151944.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggZf2-Db0EJTEwtwrdORotyOAIx1xcaCPHhagKcN9JTsKg3V8issPhqhGRz3rtHknWnn0LvyJknVIk9elNOK17VUJwuFr5Mowt9DLZK4zrNvbPJjOXeI78sn-ZC-UlQiEtx0I6HlTxeA/s1600/20140507_151944.jpg" height="640" width="480" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Puncak Gunung Semeru, gagah!</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Kami pun naik lagi ke suatu tanah lapang dan mulai membuka bekal makan siang: ayam bakar. Kalau kata Pak Rony, ini adalah ayam bakar terenak yang pernah ia makan seumur hidup. Hahaha, boleh juga. Disini kami bertemu dua orang pecinta alam yang sedang mendirikan tenda dalam rangka ingin melihat <i>sunrise </i>esok hari dari titik ini. Ternyata oh ternyata, Pak Rony <i>turned out to be</i> pecinta alam juga <i>while he was younger</i>, so nyambunglah beliau ngobrol sama dua orang yang kami temui tadi. Dari pembicaraan mereka, ada satu hal yang saya tangkap: kabarnya Semeru sekarang kotor, sejak banyak orang berbondong-bondong datang kesana tanpa pengetahuan lingkungan hidup yang cukup (kata mas-nya itu sih <i>most likely</i> imbas dari pemutaran film 5 cm beberapa waktu lalu).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Angin disini cukup dingin, walaupun panas matahari pukul 4 sore masih cukup menyengat. <i>By the way,</i> <i>mostly </i>masyarakat asli sini selalu pakai sarung kain yang disampirkan di bahu mereka. Wajar sih, <i>the wind is so breezy.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>So that was it!</i> Setelah beres makan ayam-bakar-terenak-versi-Pak-Rony, kami pun bersiap turun dan kembali ke kota karena waktu sudah menunjukkan hampir pukul empat sore.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hmm, <i>wait a sec</i>. <i>Have I mention that I made it there with complete business suit and a 5 cm heels?</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Oh yes, I did that.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>And I believe that there's a high possibility I'm the only one who do that. Crazy, yes? Hahaha... I admit that!</i> Beberapa cowok pecinta alam yang ada di lokasi sampai bingung, ini mbak-mbak nyasar darimana nih. Bahkan Pak Tuwi sempat stres waktu liat saya nekat naik bukit pake <i>heels</i>. Ya maklum, ini <i>event impromptu</i>, kabur setelah beres kerja, <i>so </i>saya mana persiapan kostum. Tapi toh saya (syukurlah) selamat-selamat aja kok, tanpa kekurangan sesuatu apapun, kecuali lengan bagian bawah yang nyeri karena pegangan kencang di motor.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9Ga5FvtfdfKzBPB9F-gTatzq6pD1P5wSydEdHsWMQVO39ARmeQOnvnewR4v7JDzEqMvUvI66PD847N8X9zdHmg5kQJr86gWVvs4TH0mQXZ8tLusj1viQLlPHzhwCLf2cSlrmZ4HsMvA/s1600/20140507_145444.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9Ga5FvtfdfKzBPB9F-gTatzq6pD1P5wSydEdHsWMQVO39ARmeQOnvnewR4v7JDzEqMvUvI66PD847N8X9zdHmg5kQJr86gWVvs4TH0mQXZ8tLusj1viQLlPHzhwCLf2cSlrmZ4HsMvA/s1600/20140507_145444.jpg" height="400" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Made it with blazer and heels, yeay!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyWBq3QTDl5hMLtkQy0kzGZZVaKlRCqvxKtRVZqkiaCIKQOE9uPlCmYYNl9BVvORfx937IydOUGHDWN3d7BAZxzVRqTHxy6W4WH_W1IhzwXLRyk7fqCfKL8CM2LM7sQKh67ufQllBCHg/s1600/IMG-20140507-00566.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyWBq3QTDl5hMLtkQy0kzGZZVaKlRCqvxKtRVZqkiaCIKQOE9uPlCmYYNl9BVvORfx937IydOUGHDWN3d7BAZxzVRqTHxy6W4WH_W1IhzwXLRyk7fqCfKL8CM2LM7sQKh67ufQllBCHg/s1600/IMG-20140507-00566.jpg" height="300" width="400" /></a></div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSrMVaUUtvJ7BdfGGNwW0mZoj18Xu0ihdm7ECAxyiQxO_QD_sV4XMvOsVBt6_sCYE6qFJYswzyxJSFxpA5xU48fb_uarrcnFPy1KAwa8BWm2b_vS0O4kNMOpY758fg1x_8VKig9Rvi9w/s1600/IMG-20140507-00571.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSrMVaUUtvJ7BdfGGNwW0mZoj18Xu0ihdm7ECAxyiQxO_QD_sV4XMvOsVBt6_sCYE6qFJYswzyxJSFxpA5xU48fb_uarrcnFPy1KAwa8BWm2b_vS0O4kNMOpY758fg1x_8VKig9Rvi9w/s1600/IMG-20140507-00571.jpg" height="300" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Literally Negeri di Atas Awan. Since I'm higher than the cloud :D</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
B29, Desa Argosari, Kabupaten Lumajang. <i>Highly recommended</i> banget buat dikunjungi. Sebaiknya pas <i>weekday</i>, karena kabarnya kalau <i>weekend </i>rame banget, dan <i>space</i>-nya nggak seluas itu, jadi pasti <i>crowded</i>. Sangat disarankan membawa kamera yang bagusan dikit, atau <i>at least </i>kalau mau pakai <i>phone camera</i>, jangan lupa bawa <i>powerbank</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Satu lagi. Jagalah kebersihan dan kelestarian alamnya ya! :) </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRy18mNB4M9Ola4-L9cIskdjzKWUhgNK9gtxGEypV_NSUlkCFqWTKiJhdpF26c6y6dIxS5HAnSIg7GPwMDHJ8-lL1GvT2PZPruya5YEytRAQVxS-vk8dJGF7CSUIxpKhsmciRKMj4P4g/s1600/IMG-20140507-00567.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRy18mNB4M9Ola4-L9cIskdjzKWUhgNK9gtxGEypV_NSUlkCFqWTKiJhdpF26c6y6dIxS5HAnSIg7GPwMDHJ8-lL1GvT2PZPruya5YEytRAQVxS-vk8dJGF7CSUIxpKhsmciRKMj4P4g/s1600/IMG-20140507-00567.jpg" height="480" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-5107952298123987442014-02-28T00:20:00.000+07:002014-02-28T00:20:30.498+07:00Vulcantine Day: Me, Eruption, and February 14<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
14 Februari 2014</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari pertama sejak terjadinya erupsi Gunung Kelud. Erupsi hebat yang menyebabkan semburan hujan abu ke daerah-daerah sekitarnya, bahkan hingga ke Bandung yang berada di Jawa Barat. Kebetulan, saya menjadi salah satu manusia yang turut mengalami cukup banyak kejadian sebagai kompensasi dari erupsi tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semua ini bermula karena sejak tanggal 10 Februari saya bertugas di Kota Malang, yang notabene berjarak kurang lebih 100 kilometer dari Gunung Kelud. Tanggal 13 Februari malam, <a href="http://ariesadhar.com/" target="_blank">mas-mas ini</a> bertanya pada saya bagaimana kondisi saya terkait erupsi Kelud. Sebagai anak yang cuma nonton Channel V di kamar hotel, sejujurnya saya bahkan nggak akan tahu Kelud erupsi kalau nggak diberitahu Mas Arie. Dan sejujurnya lagi, ilmu peta buta saya ini jongkok banget, sehingga saya nggak langsung <i>connect </i>hubungan antara erupsi Kelud dan posisi saya di Malang. Oke, mari minta bantuan pada Gmaps! Ketik-ketik di <i>search engine</i>, voila! Saya pun terhenyak. Kok (ternyata) deket sih dari Malang? <i>Channel </i>TV langsung saya pindah ke channel berita nasional, dan gambar-gambar yang ditampilkan cukup membuat saya sadar bahwa ini bencana besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjftACK8n4ZsMSPAbC5pvWDaFJcfuejq0l7zHo0XsnHGR1Ed0OuMI8zRaERuMCXqZtyMLm_HiRSnLow9NbbO2UioMqrBmJKDClBXj8RhsXY2smO4u_SYyCBfZrbOaGe_uICUbbCwhYOyw/s1600/Screenshots_2014-02-27-21-52-30.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjftACK8n4ZsMSPAbC5pvWDaFJcfuejq0l7zHo0XsnHGR1Ed0OuMI8zRaERuMCXqZtyMLm_HiRSnLow9NbbO2UioMqrBmJKDClBXj8RhsXY2smO4u_SYyCBfZrbOaGe_uICUbbCwhYOyw/s1600/Screenshots_2014-02-27-21-52-30.png" height="320" width="208" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hasil searching di Gmaps tentang posisi saya dan Gunung Kelud</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Saya masih berusaha menenangkan diri karena berita-berita belum menyebutkan efek erupsi pada Kota Malang. Tapi ketenangan yang sudah berhasil saya capai itu tidak berlangsung lama, karena beberapa saat kemudian saya melihat kilatan seperti petir berwarna agak merah di langit sebelah barat saya, di arah dimana GPS saya menunjukkan posisi Gunung Kelud.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau saya panik, cara terbaik untuk mengatasinya adalah berbagi kepanikan pada orang lain. Maka saya segera <i>chat </i>dengan <a href="http://wandering-ish.tumblr.com/" target="_blank">ibu ini</a> dan <a href="http://likeg6k.tumblr.com/" target="_blank">ibu ini</a> via Line. Berbagai saran mulai mereka berikan, dari mengisi <i>full </i>air minum, <i>charge </i>semua <i>gadget </i>dan <i>power bank</i>, hapalin letak tangga darurat, sampai larangan pakai daster saat tidur ('biar lo bisa cepet kabur dengan <i>outfit </i>yang cukup oke kalau amit-amit ada bahaya') dan anjuran tidur dengan bawa tas berisi semua perlengkapan ('pas dulu Bandung gempa heboh, gue tidur pake tas selempang loh. Biar cepet kalo mau evakuasi'). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sungguh, malam itu saya sulit tidur. Setiap kali mau memejamkan mata, rasanya takut bakal terjadi apa-apa. Tapi saya pantau du luar jendela, Kota Malang masih <i>fine</i>, sehingga setelah berdoa saya pun bisa tidur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terbangun jam 5.30 pagi, Kota Malang <i>was so perfectly fine</i>. Jadi ceritanya, seharusnya saya <i>flight </i>balik ke Jakarta dari Malang ini jam 10.45. Nggak ada hujan abu sama sekali. Mungkin karena menurut pemberitaan, angin bertiup ke arah barat dan barat daya Kelud, sedangkan saya ada di timur Kelud. Langkah pertama tentunya tetap memantau berita, dan mendapati kabar bahwa beberapa bandara sudah <i>closed</i>, antara lain Surabaya, Solo, Yogyakarta. Segera saya menelepon ibu dan bapak bos yang berada di Jakarta. Mereka menginstruksikan saya untuk bersiap-siap <i>extend </i>menginap di Malang <i>in case flight</i> saya <i>delayed</i>. Saya lalu mencoba menelepon kantor Garuda Indonesia cabang Malang, dan mereka menyatakan bahwa baru saja mereka menerim kabar bahwa bandara Malang juga ditutup sampai waktu yang tidak ditentukan. <i>Moreover</i>, mereka menyarankan saya <i>refund </i>saja tiket saya karena tidak ada yang bisa memprediksi kapan bandara bisa kembali beroperasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Okaay, itu berarti saya harus SEGERA mencari jalan lain untuk kembali ke Jakarta. Seperti saran beberapa orang, alternatif paling <i>favorable </i>tentu saja menggunakan kereta api. Namun sebelum memutuskan, tentunya harus diskusi dulu dengan bos di kantor, berhubung ini dalam rangka dinas. Setelah sesi-sesi telepon heboh, akhirnya keputusannya adalah bahwa siang ini saya akan ke Surabaya dari Malang, <i>handle </i>kerjaan tim di Surabaya (harusnya Mas Lubbi yang isi, tapi kan beliau juga nggak bisa flight dari Jakarta), lalu naik kereta dari Surabaya ke Jakarta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Baiklah! Langkah utama adalah mengamankan tiket kereta dari Surabaya ke Jakarta. Cek <i>online</i>, puji Tuhan masih ada buat malam ini. Saya langsung lari-lari (literally lari!) ke Alfamart dekat hotel untuk membeli tiket kereta. Saat semua sudah terlihat beres, mbak-mbak Alfa nya memberitahu saya bahwa pembayaran tidak bisa dilakukan dengan debit, harus <i>cash</i>. What? Ya saya mana ada <i>prepare cash </i>sebanyak itu! Akhirnya saya batalkan transaksi, dan lari ke Indomaret yang berjarak beberapa meter. Hal pertama yang saya tanyakan tentunya adalah apakah mereka menerima pembayaran dengan <i>debit card</i> atau tidak, haha. Syukurlah bisa, tapi <i>amazingly </i>tiket kereta untuk malam ini yang sekian menit lalu masih <i>available </i>di toko sebelah, sekarang sudah <i>sold out</i>. Astagaaa... Ini sih udah jelas semua orang yang <i>flight</i>-nya di-<i>cancel</i> langsung beralih ke kereta. Saya cepat-cepat mengubah jadwal menjadi keesokan harinya, dan syukurlah masih tersedia <i>seat</i>. Setelah saya menyelesaikan transaksi, saya segera menghubungi Mbak Ocha supaya membantu saya <i>booking </i>hotel di Surabaya malam ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah episode lari-lari demi tiket kereta (kemana-mana jalan kaki), saya merasa lapar dan baru sadar sedari pagi belum sempat sarapan. Saya pun kembali ke hotel dan berpikir bisa sarapan dengan tenang. Sambil nyeruput teh manis, saya menelepon travel jurusan Malang-Surabaya. Puji Tuhan, masih ada seat untuk keberangkatan jam 10. Saya lirik jam, jam 9. Okesip, keburu banget. Saya pun segera deal dan meneruskan ke menu sarapan berikutnya: nasi goreng.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Baru dua suap, saya tiba-tiba baru ingat bahwa saya belum <i>refund </i>tiket <i>flight </i>saya! Waduh.... Piye ki tuips. Berdasarkan keterangan CS Garuda yang tadi pagi saya hubungi, <i>refund </i>harus dilakukan di kota keberangkatan. Makjang.... Itu artinya saya harus refund sebelum saya meninggalkan Malang dong, <i>which is</i> cuma sisa 40 menitan lagi sebelum travel saya jemput. Syukurlah, kantor Garuda Malang terletak di dekat hotel saya. Jadi saya cepat-cepat menghabiskan sarapan dan segera pergi untuk melakukan <i>refund</i>. <i>Of course, literally running. Again.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sampai di kantor GA, saya langsung lemes mendapati antrian pengunjung udah mengular. Saya dapat nomor tunggu 10, sementara antrian baru nomor 1. Saya pun segera menghubungi pihak travel Malang-Surabaya dan memohon-mohon supaya mereka mau menunggui saya beres <i>refund</i>. Beruntung, mereka mau. Mungkin karena nggak tega mendengar suara saya yang memelas ini. Setelah hampir 40 menit, urusan <i>refund </i>pun kelar. Langsung cepat-cepat balik ke hotel, <i>check out</i>, dan naik travel menuju Surabaya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2Dbr2ixVuW3w-m5yCTo-STefVoNgwYK-ROpy44nzB1CgeK2dDiyZgNey3ZoTM_Ys3PCVM_lISF8h6LhtI58Ao3TU4xi85z75Q9_Nk1MOR9Y4wbqFUtDyPtkNMSln1VOCMskvlNMCZhg/s1600/Memo_20140214_061201_02-1%5B1%5D.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2Dbr2ixVuW3w-m5yCTo-STefVoNgwYK-ROpy44nzB1CgeK2dDiyZgNey3ZoTM_Ys3PCVM_lISF8h6LhtI58Ao3TU4xi85z75Q9_Nk1MOR9Y4wbqFUtDyPtkNMSln1VOCMskvlNMCZhg/s1600/Memo_20140214_061201_02-1%5B1%5D.jpg" height="152" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambaran kasar positioning tempat-tempat dalam cerita. Pardon me for the super-unartistic-doodling of mine :)</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perjalanan menuju Surabaya nggak bisa dibilang mudah, sepanjang jalan berasa kaya lagi di gurun karena abu tebal yang menghalangi pandangan. Tapi syukurlah, volume kendaraan saat itu tidak padat sehingga dalam jangka waktu 3,5 jam perjalanan saya sudah sampai di Surabaya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masih ada beberapa saat sebelum presentasi sore ini dimulai, saya pun leha-leha sejenak di kantor cabang Surabaya sambil makan empal penyet. <i>Finally, I could have some peaceful meal</i> setelah seharian ini rasanya lari-lari terus. Plus segelas kopi sebelum presentasi, sore ini rasanya cukup tenang untuk dijalani.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pulang presentasi, menyempatkan diri dulu pergi ke Stasiun Gubeng untuk menukarkan <i>e-ticket</i> saya dengan tiket 'beneran'. Prosesi penukaran ini juga agak bikin deg-degan sih, karena saya cukup <i>gambling </i>juga datang ke Gubeng jam 8 malam. Syukurlah, loketnya masih buka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya <i>touchdown </i>hotel juga sekitar jam 9 malam dan mendapati 'masalah' baru: <i>I didn't have any clean clothes left</i>. Maklum, cuma persiapan buat 5D4N aja, nggak ngira bakal <i>extend </i>semalam begini. Dan saya termasuk orang yang ogah pakai baju yang udah seharian dipakai, apalagi besok harus menempuh perjalanan panjang Surabaya-Jakarta<i> by train</i>. Ya udah, nggak ada pilihan lain: <i>let's rinse the clothes!</i> Saya pilih mencuci satu kemeja yang bahannya cepet kering kalau basah, dan beres nyuci saya memanfaatkan <i>hair</i> <i>dryer </i>hotel buat mengeringkan si kemeja. Syukurlah, besok paginya dia sudah kering dan bisa saya gunakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
15 Februari 2014</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jam 7 pagi saya sudah rapi jali tiba di Stasiun Pasar Turi, Surabaya. <i>Woah, what a crowd!</i> Seperti ramalan saya (dan memang dibilang juga di liputan-liputan televisi), semua orang beralih ke moda transportasi kereta api begitu tahu Bandara Juanda ditutup sampai waktu yang tidak dapat ditentukan. Dari segi <i>appearance </i>pun sudah kelihatan kok, secara hari itu Sabtu pagi tapi banyak orang pakai <i>business sui</i>t. Pasti karena <i>flight</i>-nya <i>cancel </i>dan nggak punya baju lagi buat <i>extend </i>semalam hihi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jam 8.15 KA Argo Bromo Anggrek yang saya naiki berangkat dari Pasar Turi. Hufft, <i>embrace yourself for this long (long!) journey, Ties!</i> Untunglah semalam saya sudah mendownload semua episode drama yang belum saya tonton, sehingga perjalanan menjadi lebih <i>bearable</i>. Ditambah dengan pemandangan sepanjang perjalanan yang memang bagus banget sih (walaupun mendung) dan percakapan via WhatsApp (uhuk) akhirnya 10 jam pun berlalu dan saya bisa <i>touchdown </i>Gambir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keluar dari kereta rasanya lemes banget. Kalau naik pesawat 10 jam udah sampai Australia kali ya. Kembali menghadapi ujian kesabaran menunggu antrian taksi burung biru seperti biasa, dengan cuek saya duduk aja <i>ndelosor </i>di trotoar Gambir. Capek soalnya, haha.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekitar jam 9 malam akhirnya saya sampai juga di kosan, yang sudah seminggu nggak dipukpuk sama yang punyanya itu. Ah, kasur! <i>How much I miss you!</i> <i>Despite of all this tiredness</i>, saya bersyukur banget masih bisa pulang ke Jakarta. Kalau <i>flashback </i>ke pagi hari tanggal 14 Februari itu, rasanya makin-makin bersyukur, bahwa di tengah erupsi yang berada di dekat saya, saya masih diberi keselamatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Oh, and the Valentine's Day?</i> Yah, cukuplah dirayakan dengan cukup stres melihat ornamen cupid segede pohon Natal dari bahan styrofoam warna pink dangdut di dekat <i>venue </i>presentasi saya sore itu. Kalau kata Pak Daud (area manager Surabaya) sih 'Ini Vulcantine Day bu Tiesa!'. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Yup, Happy Vulcantine Day then.</i> Semoga cinta selalu berada di sekitar kita, termasuk cinta pada sesama yang menjadi korban erupsi kali ini. :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-75785855848879746542014-02-11T13:33:00.000+07:002014-02-11T13:42:11.452+07:00My Weekdays Escape: Denpasar!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<i>Throwback Agustus 2013. What? Baru di-posting sekarang? Iya, thanks to <a href="http://ariesadhar.com/" target="_blank">mas-mas ini</a> yang ngomporin terus :p </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
~~~ </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Iya, Denpasar. Bukan Bali <i>as a whole package</i>. <i>Thanks to</i> flu dan batuk berat yang menyertai saya dalam perjalanan kali ini, <i>I had to bid adieu to those pretty beaches</i>, dan harus tepar di hotel memulihkan kondisi sebelum bekerja. <i>But anyway</i>, Denpasar pun menarik kok buat dijelajahi, buktinya saya dapet cukup banyak di 3D2N kali ini :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Day one</i>, seperti biasa pagi-pagi ke Soetta, yang ramainya udah ngalahin pasar Tanah Abang. <i>Check in</i>, <i>boarding</i>, nah pas masuk pesawat ini saya agak linglung. Jadi sekarang Garuda Indonesia menerapkan sistem penomoran seat yang baru buat pesawat-pesawatnya. Kalau selama ini nomor 1-5 itu punyanya <i>business class</i>, dan 6-akhir (tergantung jenis pesawatnya) itu punya e<i>conomy class</i>, dan nomor tempat duduknya pun ABC-DEF, sekarang ada pergantian yang cukup mencolok. Sekarang, nomor 1-10 itu punyanya <i>first class </i>(ini gaji berapa taun ya gue baru bisa naik <i>first class</i> hehehe), 11-20 punya <i>business class</i>, dan <i>economy class</i> dimulai dari nomor 21-akhir. Ini berlaku buat semua pesawat, nggak cuma pesawat-pesawat yang ada <i>first class</i>-nya aja. Alfabetnya pun bukan ABC-DEF buat model Boeing 737, tapi ABC untuk gang kiri (dari arah pintu masuk dekat kokpit), dan HJK buat gang kanan. <i>So</i>, pas liat <i>boarding pass</i> saya menunjukkan angka 25B, saya pede banget langsung jalan ke belakang, eh ternyata kebablasan karena 25 letaknya di depan. Hahaha.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rute Jakarta-Denpasar emang agak spesial (harganya juga spesial, heu), soalnya di baki makanan yang biasanya cuma berisi <i>main course</i> dan <i>dessert</i>, kalau di rute ini ada tambahan roti plus <i>butter</i>. Haha, lumayan, tambahan karbo. Mendekati Ngurah Rai, Mr Pilot mengumumkan kalau pesawat kami harus menunggu sekitar 20 menit lagi agar bisa mendarat, karena bandara sedang ditutup, <i>because Mr Vice President was using it</i>. Lumayan deh 20 menit muter-muter di atas laut, akhirnya setelah itu <i>landing </i>juga. Seperti biasa <i>landing </i>di Ngurah Rai juga serem-serem asik karena <i>runway</i>-nya terletak benar-benar di pinggir laut (<i>just like</i> Minangkabau Airport di Padang), jadi kalau liat keluar jendela ini pesawat udah terbang rendah banget tapi kok bawahnya masih laut semua.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Due to my condition</i> yang batuk-batuk tiada henti ini, akhirnya saya langsung ke hotel (Fave Jl. Teuku Umar) dan tepar tidur. Bangun sejam kemudian karena lapar, saya cuma makan di depan hotel karena males gerak jauh-jauh. Lumayan, dapet nasi tempong cumi bakar yang enak tapi super pedessss, plus jeruk nipis hangat untuk tenggorokan saya yang bermasalah ini. Nama tempat makannya Nasi Tempong Indra, letaknya di Jl. Teuku Umar Denpasar. Harga paket nasi tempong (isinya cumi bakar 4 <i>pieces </i>lumayan gede, tahu, tempe, dan ikan asin goreng, lalapan daun bayem dan terong yang dikukus, serta mentimun dan sambel) itu Rp 47.000, jeruk nipis hangatnya Rp 10.000 segelas. Nasi tempong ini sebenarnya adalah makanan khas Banyuwangi, tetangga seberang laut-nya Bali. Khas-nya adalah bau kencur di sambelnya, tapi saya sih suka, bikin sambelnya makin manteb aja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyJQcRveM5yh-cHv3bsggfc-DA2AMrCsEPekMZmngTtSH-asAlvcxyOqYiSGBphVmY7g01pPqtFDnIRMv0vdx_xrJq5LEp5EbVCRvWMXI_8h1gahJEfsd0_RkuEBiyy6uKCA_QtX5n5g/s1600/20130925_140921.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyJQcRveM5yh-cHv3bsggfc-DA2AMrCsEPekMZmngTtSH-asAlvcxyOqYiSGBphVmY7g01pPqtFDnIRMv0vdx_xrJq5LEp5EbVCRvWMXI_8h1gahJEfsd0_RkuEBiyy6uKCA_QtX5n5g/s1600/20130925_140921.jpg" height="320" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><u>Nasi tempong cumi bakar</u></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya sore harinya saya berencana pergi ke Kuta Square buat jalan-jalan sendirian, tapi setelah komtemplasi panjang, saya akhirnya membatalkan rencana tersebut, mengingat kondisi badan yang tidak memungkinkan, salah-salah malah tepar besok pas kerja, nggak lucu banget. Sedih sih, tapi kesedihan saya nggak berlangsung lama karena malamnya saya dikunjungi sama Dyan, teman menggila saya di PSM ITB dulu. Dyan sekarang kerja di Ubud, dan malem-malem bela-belain dateng ke Denpasar demi ketemu Jeng Tiesa, terharu banget. Kami (plus mas-nya Dyan, aheum) ngobrol-ngobrol sambil makan di angkringan di depan Happy Puppy jalan Teuku Umar dan sama-sama memesan nasi pindang ayam kampung, plus jahe madu buat saya dan es teh manis buat Dyan. Duhh, langsung nggak berasa ini tuh di Denpasar! Rasanya ini tuh angkringan mie jowo favorit kami di Jalan Balubur, Bandung, tempat nongkrong setelah latihan PSM (dan biasanya saya akan nebeng nginap di kosan Dyan berhubung rumah saya jauh dari kampus). Dyan masih tetap sama seperti yang saya kenal dulu: cungkring, petakhilan, tapi sangat menyenangkan. Saat waktu sudah menunjukkan <i>after-midnight</i>, terpaksa saya dan Dyan berpisah karena besok kami sama-sama harus bekerja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPGnnPP15W-k3YoXIXXCgXp1TZbHCNijxb_1tcX6iFfDgZBc6L55BUQuVVvxsZcTn8W4iy4AHXuglVihDvQUmZQ-3Logw1NP_1pJkE66PdMsNqlpOnx3PUJsXKX3i9og8lpE2sHPo4ig/s1600/20130925_220443.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPGnnPP15W-k3YoXIXXCgXp1TZbHCNijxb_1tcX6iFfDgZBc6L55BUQuVVvxsZcTn8W4iy4AHXuglVihDvQUmZQ-3Logw1NP_1pJkE66PdMsNqlpOnx3PUJsXKX3i9og8lpE2sHPo4ig/s1600/20130925_220443.jpg" height="320" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><u>With Dyan</u></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Day two</i>: kerja. Tapi, seperti biasa, selalu ada waktu buat saya berpetualang di tengah pekerjaan. Agenda saya hari ini adalah belanja (<i>girls will be girls!</i>) dan makan babi guling. Seperti biasa, teman baik saya berpetualang bernama GPS. Asyik, toko souvenir Krisna dan babi guling Chandra yang tersohor itu terletak dekat hotel! So, sehabis <i>breakfast</i>, dengan pedenya saya menyusuri Jl Teuku Umar berbekal GPS, celana pendek, kaos, dan sendal jepit. <i>Lesson learned</i>! Segala sesuatu yang terlihat dekat di peta nggak selamanya dekat di dunia nyata. Ditambah kemampuan saya yang jongkok banget dalam membaca peta, akhirnya ujung-ujungnya saya nanya juga sama beli tukang parkir. Syukurlah, setelah berpeluh di bawah matahari Denpasar saya sampai juga di Krisna.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://krisnabali.co.id/outlet-krisna-oleh-oleh-bali/" target="_blank">Krisna </a>ini adalah toko souvenir yang menjual berbagai oleh-oleh khas Bali.Tokonya cukup khas dengan hiasan patung Krisna berwarna biru tepat di pintu masuk. Setiap pengunjung yang masuk kesini akan diberi stiker yang bertuliskan nomor tertentu, meskipun sampai sekarang saya kurang paham itu maksudnya untuk apa. Hari itu saya membeli kaos buat Papa dan Dylan, daster buat Mama, kain pantai buat Mama dan Mbak Anis, segala macam aromaterapi, asesoris, dan printilan-printilan lain. Nggak lupa dong menghadiahi diri saya sendiri dengan beberapa potong baju. Selain itu, Krisna juga menyediakan aneka makanan khas Bali, jadi saya memborong beberapa box kacang disko dan pia. <i>And as alway</i>s, <i>shopping </i>selalu menyenangkan, kecuali ketika membayar. Tapi syukurlah Krisna menyediakan beberapa mesin EDC yang memudahkan hidup :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Capek berbelanja, saatnya makan! Kaki ini lalu melangkah ke Rumah Makan Babi Guling Chandra di Jl Teuku Umar (dengan segenap belanjaan dari Krisna). Nom! Saya memesan satu paket babi guling seharga Rp 40.000, isinya ada nasi, kuah, lawar, sate, dan tentunya daging babi guling. <i>I'm not really into meat</i>, jadi favorit saya disini malah lawar-nya, tapi yang versi nggak disiram pakai darah babinya sih. Tips dari saya, kalau makan disini harus pinter-pinter milih <i>spot </i>tempat duduk, karena jujur saja bau dari daging babi mentahnya masih menguar dari dapur ke area makan, dan baunya itu lumayan bikin eneg.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4TOvwWz-z74XY3RpwRD9sg47ESNuZ-9n0ugs9PQSZVN6a008EjMki_lwzIXbGtWNJSi4hbgOHVBtlirc0ZnP8GkDLRz8G6cHl41ChpiJyQXnRrfAdSyD7UDwrR4lbgIk5wcu5Trfixg/s1600/20130926_103941.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4TOvwWz-z74XY3RpwRD9sg47ESNuZ-9n0ugs9PQSZVN6a008EjMki_lwzIXbGtWNJSi4hbgOHVBtlirc0ZnP8GkDLRz8G6cHl41ChpiJyQXnRrfAdSyD7UDwrR4lbgIk5wcu5Trfixg/s1600/20130926_103941.jpg" height="240" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><u>Babi Guling!</u></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Day three: packing then working then going back to Jakarta</i>. Prosesi <i>packing</i>-nya sendiri adalah sesuatu yang cukup menegangkan, karena saya harus berusaha memasukkan semua belanjaan saya dalam koper karena alasan sederhana: saya males masukin koper saya ke bagasi pesawat (menunggu antrian bagasi di Soetta itu adalah penyia-nyiaan masa muda yang berharga). Untungnya kemampuan <i>packing </i>saya sudah lumayan <i>advance</i>: semua pakaian digulung sehingga lebih menghemat tempat :) Hari ini ditraktir sama rekan area Denpasar makan di <a href="http://www.warungbendega.com/" target="_blank">Warung Bendega</a> yang terletak di Jl. Cok Agung Tresna.<i> I love this place!</i> <i>Ambience</i>-nya sangat Bali dan mempunyai konsep <i>semi-open restaurant</i> tapi tetap teduh. Buat <i>lunch </i>saya memilih menu Nasi Campur Bali. Nasi putih yang dibentuk <i>cone </i>dengan berbagai <i>side dishes</i>: urap sayuran, kering kentang, ayam bumbu Bali, otak-otak tenggiri, sate lilit, ayam suwir yang dibumbui bawang dan cabe rawit, serundeng, telur asin, dan nggak ketinggalan kerupuk. <i>What a cuisine!</i> <i>Kind of reminding me to tumpeng</i>, versi individual. Rasanya enak banget, apalagi ditambah segelas es jeruk nipis. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5sqKgv_CXzAbGkPvzO9Ngu9pB9-PCa67THzTrr_KH1b1mIam5qZfALoWfrYJba5Q-xEk8ANfP70pVTi4cNd-h6r8W9whbikPdpOvVI93k0A9OzPjvGLzrcIS0qPLs92V10o3OVTQ78A/s1600/20130927_104331.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5sqKgv_CXzAbGkPvzO9Ngu9pB9-PCa67THzTrr_KH1b1mIam5qZfALoWfrYJba5Q-xEk8ANfP70pVTi4cNd-h6r8W9whbikPdpOvVI93k0A9OzPjvGLzrcIS0qPLs92V10o3OVTQ78A/s1600/20130927_104331.jpg" height="320" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><u>Patung Ganesha di Bendega</u></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEic0fiMJeDQQiCxTRpjNpTyF_iV2O-d0eGkT5ZUAbveqCBLM-WskBSA-vtoliJwzx5xmhjNGF6Zb9euEZS_Gi3wI805jubXunMRD6exEUDZo8j_5TeHn8JjzVEg9k9JIqB4vyEAfkIaag/s1600/20130927_140546.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEic0fiMJeDQQiCxTRpjNpTyF_iV2O-d0eGkT5ZUAbveqCBLM-WskBSA-vtoliJwzx5xmhjNGF6Zb9euEZS_Gi3wI805jubXunMRD6exEUDZo8j_5TeHn8JjzVEg9k9JIqB4vyEAfkIaag/s1600/20130927_140546.jpg" height="320" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><u>Nasi Campur Bali Warung Bendega</u></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beres kerja, masih ada beberapa saat sebelum <i>flight</i>. Saya pun minta diantar mencari oleh-oleh yang dipesan oleh sejuta umat di kantor: pie susu. Berdasarkan keterangan Bu Ayu yang notabene <i>native </i>di sana, pie susu paling enak namanya pie susu Regina. Pas ke sana, ternyata dia bukan berbentuk toko gitu, tapi hanyalah rumah biasa, letaknya di dekat Gereja Katedral Denpasar. Belinya aja pakai prosesi ketok pintu, dibukain pintu sama yang punya rumah, lalu bilang mau beli berapa banyak pie susunya. Tapi rasa pie susunya emang enak banget, nggak eneg, cocok untuk lidah saya yang kurang bisa menerima makanan manis. Oh iya, kalau mau beli pie susu disini sebaiknya telepon dulu sebelum datang untuk memastikan ketersediaan barangnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjedUdRnCVAA4QYTwjJzyLp5oJ9QLsSzB2ztyb8BPzKhAjaZO8m28FfeLMV4Ld-JEUjxP1WfH5WVLyww9l-Ir4hJfNgoVBX57ruQ0frH2OgMT8H8P4CVtha6JZzUBOOxJ8FniSN-4BSFA/s1600/20130928_191028.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjedUdRnCVAA4QYTwjJzyLp5oJ9QLsSzB2ztyb8BPzKhAjaZO8m28FfeLMV4Ld-JEUjxP1WfH5WVLyww9l-Ir4hJfNgoVBX57ruQ0frH2OgMT8H8P4CVtha6JZzUBOOxJ8FniSN-4BSFA/s1600/20130928_191028.jpg" height="320" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><u>Pie susu!</u></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Segala <i>list </i>titipan oleh-oleh udah <i>checked</i>, saatnya pulang. Perjalanan ke bandara cukup menyita waktu walaupun secara kilometer jaraknya nggak begitu jauh. Iyap, Denpasar macet banget! Apalagi saat itu sedang hot-hotnya persiapan Konferensi APEC. Bandara Ngurah Rai sendiri (saat itu) sedang mengalami banyak renovasi, sehingga direksionalnya cukup membingungkan. Tapi saya acungkan jempol ke tim janitorial-nya, karena WC nya rapi dan bagus banget. <i>Check in</i> beres, harus menerima kenyataan kena <i>delay </i>BEBERAPA jam. Maklum, lagi dapet maskapai 'ituh'. Ditambah kenyataan bahwa karena naik maskapai 'ituh' saya nggak bisa masuk <i>lounge </i>buat sekedar nyicip kopi atau cari koran, akhirnya saya menunggu dengan manis di <i>boarding room</i>, yang lebih parah ramenya dibanding Terminal Kampung Rambutan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jam 23 akhirnya saya <i>touchdown </i>Soetta. Duh! Si maskapai ini ternyata <i>landing </i>di Terminal 3 untuk penerbangan dari Denpasar ke Jakarta. Terpaksa lah saya kembali bete karena di terminal ini, yang namanya taksi burung biru itu susah banget dilihat penampakannya. Dan nasib karyawan ber-voucher, ya harus sabar nunggu antrian yang mengular. Syukurlah akhirnya bisa dapet taksi, sampai kosan langsung tepar. Untung betenya udah terobati dengan 4 bungkus pie susu di perjalanan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Well, that's all! I wish I could visit Bali again someday, holiday purpose</i>. Terakhir kesana pas <i>study tour</i> SMA, kali ini pengen rasanya pergi sama keluarga. Dan yang jelas, tanpa beban harus bekerja di Pulau Dewata!</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-72152605945049578172013-12-12T11:07:00.002+07:002013-12-12T11:07:33.182+07:00DON’T STOP DREAMING (HIGH)!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
</div>
<div class="MsoNormal">
-a note to reminiscence Octava Chamber Choir’s journey</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://m.ak.fbcdn.net/sphotos-b.ak/hphotos-ak-prn2/p206x206/1477343_10152037886138604_469434407_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://m.ak.fbcdn.net/sphotos-b.ak/hphotos-ak-prn2/p206x206/1477343_10152037886138604_469434407_n.jpg" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
This so called impossible-yet-ended-happily journey started
in a bright day in August, when Adi invited me and some others PSM-ITB alumni
to meet at Plaza Festival to discuss about ‘this year project’. For your
information, Octava Choir was established back in 2011, and we (<i style="mso-bidi-font-style: normal;">they, </i>actually, because I couldn’t join
them in the previous 2 years) usually gather around Christmas time to do some
Christmas carol. But this year, Adi, as our founder <i style="mso-bidi-font-style: normal;">and</i> music director <i style="mso-bidi-font-style: normal;">and</i>
manager, proposed us something bigger: to join the Magnificat Choir
Competition.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiehb_OfkyxAmQklidmITzhQg51i_S858BkJ5zXM2GrJ7ODwjZIRahEGUM6mJnfD6k6COQSzT0l0ay__LsLc4w8iKai-z1xdzBjMV0QdK1xcMUOUktjPkWa1wso2kUSCNHSadD9jj-ElQ/s1600/20131207_075843.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiehb_OfkyxAmQklidmITzhQg51i_S858BkJ5zXM2GrJ7ODwjZIRahEGUM6mJnfD6k6COQSzT0l0ay__LsLc4w8iKai-z1xdzBjMV0QdK1xcMUOUktjPkWa1wso2kUSCNHSadD9jj-ElQ/s320/20131207_075843.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
That day, the attendants of the meeting automatically agreed
with Adi’s idea. We found this quite challenging, and we even already boasted
up about ‘how will we spend the money prize, eh?’ things. Such a silly
arrogance, I know. But our adrenaline told us that we could do this, in
whatever ways.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
But there is no such thing like smooth, easy way in
anything. So did in our case. The first difficult we faced were where we should
practice. Many options came up, such as Prama’s or Doan’s house, but then kakak
Liza <span style="font-size: x-small;">(our 2030 IA ITB Chairwoman)</span> proposed a cool alternative: we could use the
house of IA ITB which is located in Hang Lekiu (around Pakubuwono area) to do
our practice. Wow! </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Then the rehearsal began a week later. The IA ITB’s house was
far beyond our imagination: it was fully equipped with everything we need.
Sofa, wi-fi connection, cable TV, pantry, even they provided tea and coffee
there. Heaven (#proudtobeITBalumna :p)! Unfortunately there were some times we
couldn’t use Hang Lekiu because the collided schedule with internal IA’s agenda,
so we had to find another rehearsal place. Once, we rehearsed at the Plaza
Festival and we ended up chased by the security because our voice disturbing
people’s peace, hahaha….</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Practice venue problem was solved, but another problem came:
rehearsal schedule. I started to realize that we were in the different
situation as before: now most of us are employee with tight work schedule (even
on the weekend!), and our workplace are scattering in different areas. It made
us <i>(or Adi, specifically)</i> fluttered about how to arrange a schedule that
everyone could attend. Most of the times the rehearsal only attended by less
than ten people (although in the beginning we agreed that a rehearsal will only
occur if there are more than 12 people attending), and I understand that it
made Adi confused, to that extent that one day he texted us saying ‘Bro and
sis, should we continue this project or just give it up? I remind you, they
will eliminate the choir with less than 20 members performing at the stage’.</div>
<blockquote class="tr_bq">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
‘Bro and
sis, should we continue this project or just give it up? I remind you, they
will eliminate the choir with less than 20 members performing at the stage’</div>
</blockquote>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
One by one, our members began to quit this project. Honestly,
I myself took quite a long time to consider his saying. I had been skipped the
rehearsal few times because of many reasons, and I must admit that sometime I
felt lazy to go to the downtown of Jakarta from Bintaro in a peaceful, precious
weekend of mine only to rehearse. Plus the crazy work load on October and
November, I felt like I want to give up. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
But then I remembered that it had been a long time since the
last time I sang on the choir. Actually I missed that feeling of being the
artist, standing in the stage, singing, harmonizing my voice with the others.
Additionally the songs were the sacred ones, which could be my way to praise
The Lord Almighty.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Then I came to the decision that I would still join the
project -- a decision that I will never regret. To fill up the empty places of
the absent members, Adi and Rio took the initiative to invite their friends who
were also chorister. Adi brought Prisca, Yuli, and Reza from his another-choir,
and Rio brought Tya, Aksa, and Ojan. Wow! Octava were so colorful!</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
We could not get sufficient rehearsal time because November’s
weekends were so packed of another schedule. Once, we were ‘forced’ to do
rehearsal in Friday night at Iota’s home. It was a hassle! Together with Ci
Caleuy and Yessie, I had to fight with Jakarta’s damn traffic to reach Iota’s
home, so did the other members. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Adi
decided that our very last rehearsal will be in the D day. Yes, rehearsal in
the D day! In fact, even the D day rehearsal did not attended by the whole team
because Meichan was still on her way from the airport. Hahaha… Sounds so
ridiculous maybe? But this is Octava, people. <span style="font-size: large;">Haughtiness </span>is the first word in
our dictionary, pardon us.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
When we entered the competition venue, I began to realize
that we were the one who did not wear uniformed clothes. The other choirs were
wearing nice uniform, but in our case we just have the dress code: the women
could wear anything as long as it is white, so we came up with different kind
of white dresses. But I found it fun, because the second word in Octava’s
dictionary is <span style="font-size: large;">pluralism</span>, indeed.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
The competition began as we entered the stage. Adi was so
trembling in the backstage, while I didn’t experience any tense or increase
heart beat or something like that. Maybe my heart is trained to face the
professors or specialists before so it gets used to intense situation haha. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
First song, Salve Regina, the mandatory one, and I (or
almost of us, if I may defense myself, LOL) failed to do a good attack because
honestly I (or we) was so shocked! I didn’t look that Henry, our conductor (who
was not standing in the front like in the common choir’s setting, instead he
was in line with us the chorister as a part of the singers), had raised his
hand to give us a start sign. Uh oh…. I started to sing in the third bar, God
please forgive me (or us).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Second song was Cantate Domino. This time, I must admit that
we did a good job! I love the decision (the very last minute decision,
honestly) that Henry will acts as an ordinary (I don’t know how to express it)
conductor and standing in front of us. His expression was really brought up our
mood, and I enjoyed singing the song soooo much. After we finished our
performance that silly grin still hung on my face because I was so satisfied
with our Cantate Domino. (you can watch our performance <a href="https://www.youtube.com/watch?v=Z5XqsA4qBAA" target="_blank">HERE</a>)</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
After that, we changed our costume and started to plan what
would we do next. We didn’t have any intention to wait for the champion
announcement, because we feel that ‘oh come on, with that imperfect mandatory
song, how come we can take a place? Just be realistic, we better go and have
some fun’. So we went to Plaza Semanggi and ate a lot there, continued with
watching Frozen for me, Iota, Andre, Ais, and Meichan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://m.ak.fbcdn.net/sphotos-c.ak/hphotos-ak-ash3/p206x206/1468570_10202653097510296_1636474814_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://m.ak.fbcdn.net/sphotos-c.ak/hphotos-ak-ash3/p206x206/1468570_10202653097510296_1636474814_n.jpg" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
After the movie ended,
five of us decided to just go back to our home. So Andre and I took the
TransJakarta. While waiting for the TJ, I said to Andre ‘Ndre, have you check
your WhatsApp? I begin to curious about the result, although I don’t have any
hope on it’. And Andre replied that no, he hadn’t check it. Then I took a look
on my phone and found there were 140 unread WhatsApp messages in Octava’s
group. My heart began to beat faster, I opened it and the first line I could
read up was ‘KALIAN JUARA SATU!’ from Aris.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWUbwqUpSiWv4UhtcWf8kIm7mZ7QrZC11mcA4qFU7Wb_Sr12H54C5iRLCStX3YRFgjXd2t6uT_J7fIaa8iSq5jrfbuV-rM3g72HEEu5YxRfIfgvn4gDPMSLAFOxZ_tjuZP1Yw3YoM40g/s1600/SC20131212-104714.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWUbwqUpSiWv4UhtcWf8kIm7mZ7QrZC11mcA4qFU7Wb_Sr12H54C5iRLCStX3YRFgjXd2t6uT_J7fIaa8iSq5jrfbuV-rM3g72HEEu5YxRfIfgvn4gDPMSLAFOxZ_tjuZP1Yw3YoM40g/s320/SC20131212-104714.png" width="192" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
‘Ndre!! We win! We win! WE WIN!!’ I said (no, more like I
shouted it) to Andre in such a crowded TJ. Andre’s eyes began to round and he
said his disbelief toward my word. He began to check his own phone and after
realize that we were actually won, he was started to join my shock wave.
Seriously, how come WE could win the FIRST place?</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Only God and the judges could answer that question. For me,
it was beyond victory: it was a gift from God for us, also it was a very actual
evidence God gave me to teach me that – I will quote the late Mr. Nelson
Mandela here – everything seems impossible until it is done. Octava dreamt to
be the best, but we faced some hurricanes on our way. We stood still, thrived,
keep going, and here we are: champion. We don’t have permanent rehearsal place,
we didn’t wear sophisticated uniform, we came from different places and
backgrounds, we didn’t have sufficient rehearsal time, but we could made it. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://m.ak.fbcdn.net/sphotos-d.ak/hphotos-ak-frc3/p206x206/1471195_10202653188672575_1180701212_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://m.ak.fbcdn.net/sphotos-d.ak/hphotos-ak-frc3/p206x206/1471195_10202653188672575_1180701212_n.jpg" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
That day, I learnt something from Octava. Don’t stop
dreaming. Dream as high as you can. Fight with all your extent, and somehow you
will get what you want. </div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; line-height: 115%;">Because God never asleep.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://m.ak.fbcdn.net/sphotos-h.ak/hphotos-ak-ash4/1460269_10202653172792178_1544099322_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://m.ak.fbcdn.net/sphotos-h.ak/hphotos-ak-ash4/1460269_10202653172792178_1544099322_n.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-49239591036274513.post-35137600491957679722013-07-26T22:47:00.001+07:002013-07-26T22:47:41.267+07:00Handwritten Letter: Meaningful but Forgotten<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Beberapa hari
yang lalu saya mendapat kabar dari mama saya bahwa ada sepucuk surat
datang dari sahabat saya <a href="http://theallottee.blogspot.com/">Vava </a>yang sedang bersekolah di Jerman. Nggak
sabar untuk segera pulang ke rumah, akhirnya kemarin saya pun membaca
surat tersebut.<br /><br /><i>Two pages, one litre of tears</i>. Itulah kira-kira <i>
summary </i>setelah saya membaca surat tersebut. Surat dari Vava ditulis
dengan tulisan tangannya, dan isinya semua tentang cerita-cerita penuh
cita dari Weingarten.</div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixbcQWbaH2bzgqMHBpdZz5-7DQplwPs6ZPg1pBbabxwK6mVbqLc30KN4W8108JgK6iBbvItERBZzkC-UwkbkydVtlOWQPURTXvhzJJR_dAFxi5qC_KFhQVuAwzizb6B4Sd0KOa-oyOqA/s1600/IMG_20130723_224804.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixbcQWbaH2bzgqMHBpdZz5-7DQplwPs6ZPg1pBbabxwK6mVbqLc30KN4W8108JgK6iBbvItERBZzkC-UwkbkydVtlOWQPURTXvhzJJR_dAFxi5qC_KFhQVuAwzizb6B4Sd0KOa-oyOqA/s320/IMG_20130723_224804.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Letter fromVava :)</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<i>Handwritten letter</i>. Sudah berapa lama ya
sejak terakhir kali saya menerima surat yang ditulis dengan tulisan
tangan seperti ini? <i>I realize that I'm an e-generation</i>: saya tumbuh
besar dalam dunia yang memanjakan saya <i>electronically</i>. <i>E-mail,
e-messenger, e-card, e-payment, e-banking, you name it. Yes, they are
helpful. But when we talk about social relationship, that e- thingy may
loosen up the warmth of greet someone non-electronically.</i><br /><br />Saya
dan Vava bukannya nggak pernah menggunakan kecanggihan dunia seperti <i>
e-mail, video call</i> via Skype, <i>chat </i>via WhatsApp atau Facebook, dan
lain-lain yang bisa di-<i>support </i>oleh <i>gadget </i>kami masing-masing. Tapi
malam itu, saat saya membaca surat dari Vava, saya menyadari, ada makna
yang lebih dalam, yang lebih emosional, pada <i>handwritten letter </i>
tersebut.<br /><br />Betapa saya merasa dua juta kali lebih kangen pada
sahabat saya ini saat membaca tulisan tangannya. Tulisan tangan yang
sama yang sudah saya kenal sejak kami berteman dari SMP, 12 tahun yang
lalu. Tulisan tangan yang sama yang mati-matian mengajari saya rangkaian
listrik saat les Fisika karena saya segitu bodohnya soal hal itu.
Tulisan tangan yang sama yang mencoret-coret partitur lagu yang kami
gunakan untuk berlatih <i>choir</i>. Aplikasi-aplikasi surat elektronik boleh
mempunyai ribuan <i>font style</i>, ratusan <i>emoticon</i>, puluhan warna warni, tapi
semuanya nggak bisa membuat saya meneteskan air mata seperti ini. Dan
rasanya cerita-cerita yang tertuang dalam surat tersebut terasa lebih
nyata karena saya membayangkan Vava melakukan <i>effort </i>lebih untuk
capek-capek menulis tanpa bantuan <i>keyboard gadget</i>.<br /><br />Dan memikirkan
betapa sepucuk surat ini, tinta-tinta yang tergores di dalamnya, dalam
naungan sebuah amplop ini, harus melewati Samudera Hindia untuk bisa
sampai dari Weingarten di Jerman ke Cimahi di Indonesia, rasanya ada
semacam <i>emotional added value</i> disitu, terasa lebih <i>meaningful
</i>dibandingkan yang sampai dalam hitungan detik.<br /><br />Yup, <i>handwritten
letter is meaningful but sometime it is forgotten</i>. <i>Handwritten letter</i> menurut
saya akan mengungkapkan secara lebih emosional apa yang hendak
disampaikan oleh sang pemberi pesan kepada penerimanya. Ya karena itu
tadi, dibutuhkan <i>effort </i>lebih serta afeksi yang besar. Tulisan tangan
adalah <i>signature </i>yang khas dari seseorang, tidak identik seperti halnya<i>
font style</i> yang akan memiliki rupa fisik yang sama walaupun diketikkan
oleh individu yang berbeda.<br /><br /><i>So, let's greet people we love by our
handwrite</i>. Nggak harus selalu, tapi mari menyempatkan diri melakukannya
sesekali. <i>Letter, cards, anything</i>. Lebih tidak efektif secara waktu dan
biaya mungkin iya, tapi saya pribadi percaya, lewat cara ini ada lebih
banyak afeksi yang bisa kita tunjukkan pada orang-orang tersayang.<br /><br /><i>Happy handwriting!</i> :) </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgScdQdw4-hFvnHmEsjH29W7F-ypEo9-P2-GFGhULgyYhT7n-KnuGSeESCWGVFsKcjETghKwbsnbcyvgbqvK2DHCa0oh4Of1mz2tkPa30wpZ8iSQgo-C-yAyz_U_zpPfHqUgFQQzz9zig/s1600/C360_2012-12-29-14-09-16.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgScdQdw4-hFvnHmEsjH29W7F-ypEo9-P2-GFGhULgyYhT7n-KnuGSeESCWGVFsKcjETghKwbsnbcyvgbqvK2DHCa0oh4Of1mz2tkPa30wpZ8iSQgo-C-yAyz_U_zpPfHqUgFQQzz9zig/s320/C360_2012-12-29-14-09-16.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHLKVmTvFvxrscepubVNz-pQL8dIIKKlRTSayDRpYiBlcbg6tn5FNgKaPJigjnHRhjDqczpH-ggAm6KEX074MES7JKtY4qHFSIbiT4bfF1u-Rj6JySHUxKLFp0iuSHZKRzy8F13FHoSg/s1600/C360_2012-12-29-14-10-20.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHLKVmTvFvxrscepubVNz-pQL8dIIKKlRTSayDRpYiBlcbg6tn5FNgKaPJigjnHRhjDqczpH-ggAm6KEX074MES7JKtY4qHFSIbiT4bfF1u-Rj6JySHUxKLFp0iuSHZKRzy8F13FHoSg/s320/C360_2012-12-29-14-10-20.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kalau postcard yang ini datang Natal tahun lalu :)</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07860382588175408404noreply@blogger.com4